4) Keluarga wijaya

322 20 0
                                    

Jakarta, 1 februari

Sampai sekarang Ica masih tidak mengerti dengan ini semua. Kenapa otaknya semakin tidak bisa bekerja ketika melihat David semakin dekat dengan wanita itu.

"Ca, gue capek. Ngapain sih diikutin terus?".

"Sabar salsa, ini sepi keperluan masa depan".

Salsa mendengus sebal. Ia tak habis pikir dengan perilaku ica. Demi apapun ini benar-benar memalukan dan kurang kerjaan. Siapa yang mau menguntit seseorang sampai tiga jam begini?

"ica, lo pikir keperluan kita disini cuman buat liatin masa depan lo itu? Gue bosen, capek, lelah, ha-"

"DAVID!!".

Salsa membatu. Membeku seolah nyawanya hilang ditempat. Melayang begitu tau Ica baru saja memekik lantang hingga seluruh perhatian tertuju padanya.

Dengan cepat ica berlari menuju tempat david yang mendengus sebal. Dan wanita disebelahnya hanya tersenyum canggung.

"Hai David, ini siapa?". Tanya Ica dengan senyuman, meski nadanya terdengar menuntut.

Mendengar itu, wanita disebelah david mulai angkat bicara.

"david, dia pacar kamu? Kok gak pernah bilang sama tante? Aduh cantik banget kamu!".

Wanita yang sedikit lebih tua itu mencubit gemas pipi ica. Membuat David hanya mampu menghela frustasi. Kenapa gadis aneh ini berkeliaran dimana-mana? Kenapa David tidak pernah dipertemukan dengan gadis normal saja?

"Ta—tante? Tantenya David??". Gugup Ica.

"kenalin tante, nama saya Nafisha a.k.a ica, calon pacar David ali Pratama hehe". Lanjutnya lagi dengan senyum merekah. Berusaha menampilkan yang terbaik meski awalnya sudah sedikit berantakan.

Kini salsa yang tertarik dengan pembicaraan, mulai menghampiri Ica. Menatap wanita berusia tiga puluhan itu dengan sorot dalam. Seolah tengah memberi jawaban atas pertanyaan tak langsung yang dilayangkan wanita itu padanya kala melihat kehadiran Salsa disini.

Salsa tersenyum tipis. Menatap David dan wanita itu bergantian. Sebelum akhirnya berdeham normal.

"wah kalau ini siapa?". Tanya tante itu lagi.

"Kenalin Tante, Saya Salsa, temannya Ica". Sapa Salsa membungkuk dan mencium tangan wanita itu sebagaimana semestinya.

"Wah wah... Sekolah David pasti seru ya?  Orang-orangnya kelihatan seru. Iyakan David?". Ujar tante itu riang. Menyikut David yang hanya menyorot datar. Tak berniat menanggapi kehadiran Ica disini.

Sungguh ia benar-benar sedang tidak ingin bertegur sapa dengan gadis itu.

Terpaksa, David tersenyum kala tantenya yang nyaris sama hebohnya dengan Ica, menyikut lengannya kedua kali. Membuat laki-laki itu mengumbar senyum paksa dan membenarkan pernyataan tantenya.

"Iya Tante". Jawab David seadanya. Tak bisa bekerja sama seperti yang tantenya lakukan sekarang. Memilih menunjukkan diri aslinya. Bahwa ia benar-benar bosan dan muak. 

"Oh iya, Tante lupa. Nama tante, Tante Merry. Tante ini adiknya mama David". Ujar Tante Merry lembut.

"Kalau gitu Tante sama David pulang dulu ya". Pamit Tante Merry menjauh.

Ica mengangguk senang. Bahkan gadis itu masih sempat melambai penuh semangat. Meski David dan tantenya sama sekali tidak lagi menoleh kebelakang.

Seharusnya ini adalah momen yang bisa dicerna dalam satu kali tangkap.

Momen aneh.

Tapi entah kenapa Ica seolah tidak mempermasalahkan situasi aneh yang ia rasakan dari Tante Merry, David.

Thesaurus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang