22) Ketakutan

193 13 0
                                    

"Maligna?". Tanya Ginda kalut.

"Iya, Penyakit dimana sekelompok sel tumbuh tidak terkendali, dan kadang merusak jaringan di sekitarnya, atau bahkan menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui getah bening". Adipati mulai mengganti slide layar dibelakangnya. "Maligna juga diartikan pembelahan sel abnormal yang terjadi berulang"

"Bisa kah dipersingkat? Saya masih tidak faham".

"Tumor paling ganas yang pernah ada".

Sontak Ginda mengepalkan kedua tangannya.
"Apa ini sudah pasti? Sudah dicek berulang kali?".

"Sudah pak. Dan kita harus cepat mengambil langkah pertama. Jika tidak, maka tumor ini akan dengan cepat menyebar dan merusak jaringan lain, tumor ini sangat berbahaya". Tukas Dokter Adipati dengan serius.

Ginda mengusap wajahnya frustasi. Menyandarkan punggungnya pada sofa berbahan kulit itu.
"Baiklah, kalau gitu apa yang akan kita lakukan selanjutnya dok?".

"Sebaiknya kita coba cara pengobatan tumor biasa, karna tumor ini belum diberi klarifikasi jelas dalam dunia kedokteran "

Lanjut Adipati menukar slide layar dibelakangnya.
"Teripang mungkin bisa membantu tumor ini agar tidak terlalu cepat berkembang". 

"dimana saya bisa dapatkan teripang yang berkualitas tinggi?". Tanya Ginda.

"Cina, negara penghasil teripang terbaik menurut saya". Ujar Dokter Adipati.

Ginda dengan cepat membuka ponselnya, menelfon seseorang yang bisa membantunya.

( Bahasa Cina )
"Halo, ya ini Ginda"

""Ada yang bisa saya bantu tuan besar?""

"Saya ingin kamu carikan Teripang terbagus yang ada di sana, besok pagi barang itu harus sampai di rumah saya"

Pip.

"Baik pak, sampai sini saja pertemuan kita. Selanjutnya akan saya hubungi lebih lanjut mengenai penyakit ini. Atur pola makan ica, anda juga bisa olah teripang tersebut menjadi yang lain agar Ica tidak mudah jenuh, dan pastikan ica memakannya setiap hari". Ujar Dokter Adipati hangat. Keduanya berjabat tangan.

Ginda mengangguk, tersenyum tipis sebelum akhirnya keluar dari ruangan dokter itu. Berjalan gontai menuju ruangan VIP dimana Ica tengah dirawat dengan Najwa yang terus menggenggam jemari dingin Ica.

Rasanya Ginda tidak sanggup memberi tau apa yang terjadi sekarang. Ia tidak akan pernah sanggup menyaksikan anaknya pergi untuk yang kedua kalinya.

***

Najwa menutup wajahnya dengan telapak tangan. Menangis tanpa suara. Ia biarkan suaminya memeluk dirinya erat.

Tak pernah Najwa bayangkan sebelumnya bahwa putrinya itu akan divonis penyakit mematikan seperti itu.

"Sudah, jangan nangis lagi. Kita harus kuat, biar Ica juga bisa kuat". Bisik Ginda lembut, mengusap air mata istrinya.

Najwa mengangguk patah-patah. Tersenyum getir menatap suaminya.

"Ayo, Ica pasti membutuhkan kita". Ucap Ginda dan membawa istrinya berjalan kembali menuju ruangan Ica.

Di dalam ruangan VIP itu, Ica tampak terlelap damai dengan rona wajahnya yang belum kunjung kembali. Namun baiknya, suhu tubuhnya sudah berangsur normal.

Begitu sentuhan lembut Najwa sampai pada permukaan kulit Ica, membuat gadis itu mengerjap sadar, berusaha beradaptasi dengan cahaya sekitar.

"Ica..". Panggil mamanya lembut, mengusap pipi gadis itu. "Udah baikan sayang?". Tanyanya lagi.

Thesaurus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang