Jakarta, 3 februari
Ica tak bisa lagi menahan kebahagiaannya yang mencuat keluar pagi ini. Benar-benar rencana Tuhan yang menyenangkan!
Ica bahkan menggeliat tak pasti. Menghentakkan kakinya ke lantai berulang kali. Ikut menaruh tangannya diatas kepala sendiri seperti yang David lakukan tadi. Seolah bisa merasakan kehangatan tangan laki-laki itu disana.
"Kenapa lagi Lo?". Tanya Salsa meski yakin cerita selanjutnya benar-benar tidak menarik.
"Hehehehe... Tau gak tau gak".
"Gak".
"Ih ini serius".
"Ya gue seriusan gak tau icaa..".
"Masa tadi David.. David... David kayak gini..". Lirih Ica lemah dengan senyum merekah hingga matanya melengkung sipit. Menirukan gaya bagaimana tadi David mengelus kepalanya.
Salsa menggeleng bosan. Sedikitnya merasa kasihan dan takut. Bingung harus menyela dari mana. Takut merusak kebahagiaan Ica yang sekarang.
"Terserah Lo aja". Hanya kata itu yang akhirnya bisa Salsa ucapkan ketika dirinya bingung harus merespon bagaimana.
Bel berbunyi, jam pelajaran dimulai. Waktunya pelajaran Ipa, kimia. Jadwalnya praktikum. Mereka akan belajar di laboratorium. Ica buru-buru memakai jas lab-nya, membawa sarung tangan karet, masker, dan kacamata lab yang selalu ia sediakan di lacinya.
"Ca ca".
"Hmm?".
"Lo ngerti rumus ini gak? Gue gak ngerti sumpah. Susah banget". Keluh Salsa. Mencoba sabar menghadapi jejeran rumus di hadapannya ketika seperti biasa sebelum memulai praktikum guru kimia mereka, pak Andi memberikan dua soal mengenai materi sebelumnya. Tujuannya agar pelajaran yang lalu, tidak akan terlupakan jika akan mempelajari materi yang baru selanjutnya.
"Lumayan ngerti sih. Tumben Salsa gak ngerti? Biasanya selalu bisa?".
"Gak tau ih. Mumet gue. Lagi gak mood belajar. Maunya main Hp doang seharian ini".
"Udah tenang aja. Kan kerja kelompok. Lebih gampang nanti ngerjainnya".
Ica mengacungkan jempolnya. Menandakan semuanya akan baik baik saja.
"Oke. Perhatikan bapak. Hari ini, kita bagi kelompok menjadi masing-masing tiga orang. Tapi karena jumlah satu kelas ganjil, akan ada satu kelompok yang anggotanya empat orang. Kerjakan dulu tugas halaman 43, baru selanjutnya kalian bisa memulai praktikum untuk bab ini". Titah pak Andi.
"Semuanya sudah bawa bahan kan?". Tanya guru itu lagi.
Semuanya mengangguk serempak. Pak Andi kembali fokus pada deretan kertas ditangannya. Sedangkan yang lain sibuk dengan teman satu kelompoknya.
Dengan cepat Ica menggamit beberapa temannya. Salsa dan Adit. Haha, sebuah keberuntungan Ica menggamit anak anak unggul dikelasnya.
Tersisa david. Tak ada yang berani mengajaknya bergabung. Mungkin karena David selama ini terlalu pendiam dan cuek? Hingga bahkan dengan anak laki-laki lain pun dia tidak terlalu dekat.
"sisa david ya? Silahkan david gabung di salah satu kelompok". Ujar pak Andi.
Ica tau semua kelompok berharap david gabung pada kelompoknya. Selain cuci mata, juga mempercepat kerja kelompok. Karna David yang memang pintar dan hebat di berbagai bidang.
Tak terkecuali ica, hatinya terus memohon agar david memilih kelompoknya.
Tapi di satu sisi, ica pasrah. Ia yakin david akan memilih kelompok yang dipenuhi oleh cowok. Gadis itu hanya menghela nafas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesaurus [END]
Teen Fiction"Aku, hanya akan menjadi masa lalu. Entah itu dilupakan, atau justru dikenang" -Nafisha. Awalnya, Ica berniat menjalani kehidupan SMA nya seperti pelajar normal lainnya. Menyembunyikan siapa dirinya. Menyembunyikan segala kekuatannya. Juga menyemb...