20) Kecurigaan

194 16 0
                                    

benarkah?

Apa ini nyata?

Perlahan, Ica mundur beberapa langkah, tersenyum miris. Lantas mulai mengeluarkan hp nya yang sekarat. Menghubungi Bratney secepat mungkin.

Ica hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini saja.

Rasanya masih bagai mimpi ketika melihat Salsa untuk pertama kalinya pulang bersama David.

Baiklah, katakan ini lebay. Tapi apa baru saja David membatalkan janjinya karena akan pulang bersama Salsa?

Tak berapa lama, mobil Van yang mengantar Ica pagi tadi sampai di sekolah, gadis itu berlari, masuk dan duduk tanpa suara di dalam.

Harusnya hari ini ia bisa duduk dengan senyum sumringah. Menatap punggung David yang sibuk mengendarai sepeda motornya.

"Bratney".

"Ya nona?".

"Ica mau makan mie balap".

"Eh? Pinggir jalan? Nanti saya bisa suruh chef untuk buatkan khu—".

"Ica maunya yang di pinggir jalan". Tegas gadis itu membuat Bratney diam. Mengangguk patuh.

"Tolong belikan mie balap satu bung—".

"Dua bungkus".

Sontak semua orang dalam mobil itu menatap Ica penuh tanda tanya.

"Apa?". Ica melotot, membalas tatapan mereka semua.

Entah kenapa, siang ini Ica jadi begitu menyebalkan.

Pesanan Ica sudah siap, gadis itu mengeluarkan meja lipat dihadapannya, makan tanpa suara. Menikmati cita rasa tersendiri dari bumbu mie balap bercampur debu debu jalanan.

"Nona, lanjut makan dirumah saja, kita sudah sampai". Saran Bratney ragu. Juga tidak berani menyela kegiatan makan Ica yang sangat lahap itu.

"Bentar, kita keliling dulu, Ica lagi pingin makan di mobil. Keliling sampai mie Ica habis". Ucap Ica pelan.

Mau tak mau, mobil yang awalnya sudah terparkir dengan rapi kini kembali berkeliling komplek rumah Ica yang sangat luas.

***

"Sa? Jangan bengong terus, masih mikirin yang tadi ya?".

Salsa tersenyum tipis. Menerima uluran mineral dingin dari David.

"Padahal tadi rasanya kesal, tapi sekarang jadi gak tega dan kepikiran". Keluh Salsa, menyandarkan punggungnya pada sofa.

"Udahlah. Jangan dipikirin terus. Udah saatnya juga kita mulai serius".

Salsa mengangguk ragu. Kemudian eksistensinya teralihkan pada Tante Merry yang muncul. Membuat David mengangguk dan menepuk puncak kepala Salsa.

"Bentar ya".

Salsa mengangguk. Membiarkan David menyelesaikan urusannya bersama Tante Merry, sementara Salsa sibuk bergelut dengan fikirannya lagi.

David benar. Ada rasa dimana Salsa juga mulai lelah terus menerus mengalah dan memberi jarak.

Membiarkan orang lain mendekat dan masuk ketengah. Salsa hanya tidak mau Ica terjebak terlalu dalam. Gadis itu perlu tau yang sebenarnya.

Dan lagi, Salsa juga tidak bisa selamanya menahan cemburu. Meski Ica juga prioritasnya, tetap saja Salsa manusia yang memiliki keegoisan dan rasa muak.

Thesaurus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang