Jakarta, 4 februari
Malam yang indah ditaburi berbagai bintang disertai sinar rembulan menyinari wajah sempurna Ica. Senyum merekah yang dapat meluluhkan hati siapapun selalu terbit diwajah ica.
Semua pandang mata fokus memperhatikannya. Dan Ica juga sibuk dengan pandangannya. Pandangan mereka saling beradu. Membuat jantung gadis itu berdebar kencang. Sangat kencang.
Layaknya adegan sinetron, mereka sempat beradu tatap dalam beberapa menit. Menyampaikan beberapa pujian kecil yang mungkin tidak berani diungkapkan secara langsung.
"Da.. David ". Lirih Ica pelan. Membawa tubuhnya mendekat langkah demi langkah.
Begitu juga dengan David. Ia masih terkejut dengan siapa yang ia temui di acara tidak terduga ini.
Sungguh luar biasa. Penampilan david menyedot habis seluruh organ beserta sel sel dalam tubuh Ica. Baru kali ini ia melihat David memakai jas.
Sama halnya dengan David. Ia terkejut melihat ica yang begitu rupawan. Tanpa disadari wajah keduanya bersemu. Ia baru kali ini melihat Ica berpenampilan se dewasa ini.
Ica yang biasanya ia lihat selalu heboh layaknya bocah yang baru mengalami pubertas. Centil. Tapi kini. Semua pandangannya berubah. Ica... Cantik. Sangat cantik.
"Da—David ngapain disini?". Tanya ica. Ia masih berusaha menahan kehebohannya.
"ya jelas hadirin brand produk terbaru Wijaya lah". Ujar David acuh tak acuh.
"ya, inilah dia, launching brand produk terbaru WJY group!!".
"Mari kita sambut dengan tepuk tangan..!! Produk ini, keluaran terbaru dengan design paling maju di seluruh Asia. Dilengkapi fitur serba canggih yang bisa mengerti perintah tuannya. Baik isyarat, tatapan mata, ataupun pemindai saraf kepala—...".
"lo sendiri ngapain disini??". Tanya David basa basi.
"nemenin papa doang sih. Soalnya setiap kali launching papa selalu ngajak ica iku—".
"Ica!"
Ah, papa gak seru.
"eh, papa". Ujar Ica kikuk.
"kamu ngapain disini. Ayo duduk di depan. Masa anak papa di belakang..". Tukas papa semangat. Sebelum akhirnya sadar bahwa dia baru saja menjeda percakapan anaknya.
Fokus papa teralih pada sosok laki-laki dihadapan Ica.
"loh, ini siapa??". Tanya papa dengan senyuman kelewat ramahnya itu.
"halo om, saya david, teman ica".
David tersenyum lebar. Dapat ica tangkap ekspresi gugup david.
Ah, begitu ya? Hanya teman? Sejauh ini masih teman saja ternyata.
Ica hanya menundukkan kepalanya, tersenyum miris.
Sebenarnya apa lagi yang harus Ica lakukan agar perasaan "jatuh cinta untuk pertama kalinya" ini terbalaskan?
Atau memang tidak akan pernah terbalaskan?
Secara naluri saja, saat Ica merasa matanya mulai memanas, gadis itu segera mundur perlahan, berbalik tanpa mengucap sepatah katapun.
"Loh Ca? Kamu kenapa?". Tanya sang papa.
"Anak papa lagi sakit hati, nih". Batin Ica.
Dengan cepat ica menggeleng. Lalu ia mulai melangkah semakin jauh.
"Ica mau kemana, sayang?". Rasa khawatir itu mulai muncul saat Ica memaksa untuk segera pergi saja, ditambah wajahnya yang mulai pucat dan kusut.
"kan tadi papa bilang duduk di depan, ayuk". Ujar ica sambil memaksakan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thesaurus [END]
Teen Fiction"Aku, hanya akan menjadi masa lalu. Entah itu dilupakan, atau justru dikenang" -Nafisha. Awalnya, Ica berniat menjalani kehidupan SMA nya seperti pelajar normal lainnya. Menyembunyikan siapa dirinya. Menyembunyikan segala kekuatannya. Juga menyemb...