28) Alasan dari Segalanya

224 14 0
                                    

"Karena kami ingin kamu melupakan Tasha semenjak kepergiannya".

Ica melongo tak percaya. Menggeser piringnya yang sudah kosong. Menatap mamanya penuh tanda tanya.

"Loh? Kok gitu ma?". Tanya Ica tidak terima.

Najwa hanya tersenyum. Membawa tubuh Ica bersandar pada dadanya. Mengelus puncak kepala gadis itu manja.

"Kamu penasaran banget?".

"Banget!".

"Biar mama ceritakan, gimana baiknya Tasha dulu".

***

Dengan baju berwarna hitam dan celana training dan jaket berwarna abu-abu, Tasha menunggu dengan sabar bersama nenek dan beberapa sepupunya yang lain, di depan ruang bersalin.

Hari ini hari yang cukup mendebarkan bagi Tasha. Pasalnya gadis berumur 10 tahun itu akan segera mendapatkan adik baru.

Terbukti, Tasha yang tak henti mengangkat tangan, memejamkan mata dan berdoa dengan wajah dibanjiri keringat dingin. Berkomat Kamit ketakutan ketika jeritan pilu mamanya dari dalam ruangan itu sedikit sampai pada Indra pendengarannya yang tajam.

"Nenek... Mama baik baik aja kan?". Tanya Tasha cemas setelah doa nya yang sudah ia ulang sepanjang menit itu selesai.

Nenek mengangguk dengan senyuman tipisnya. Mengusap puncak kepala Tasha lembut.
"Pasti. Mama kamu kuat, kamu tenang ya, percaya sama nenek".

Mendengar ucapan sang nenek, Tasha mengangguk yakin. Mengacungkan jempolnya. Kembali menunggu dalam diam.

Selang beberapa jam, dokter bersama papa keluar. Tapi itu benar-benar perbincangan yang serius. Seperti agen yang sedang membicarakan misinya. Memaksa Tasha harus menunggu sebentar lagi sampai mereka selesai berbincang.

Akhirnya, nenek kembali duduk. Setidaknya harus ada satu orang yang akan menjawab segala pertanyaan Tasha nantinya.

"Nenek, dedek bayinya mana? Tasha mau lihat dong".

"Dedeknya lagi tidur. Harus istirahat. Kan tadi udah delapan jam kejar kejaran sama dokter di dalam perut".

"Tapi yang Tasha baca, harusnya kalau dedek sehat, dedek nangis nek. Kita bisa lihat dedek lagi di gendong sama mama pake kain mermaid". Ucap Tasha.

Nenek mengalihkan wajahnya. Berpura pura tidak mendengar.

"Nenek. Jawab, nek. Dedek baik-baik aja kan?". Tasha menggoyangkan tubuh neneknya. "Dedek gak sakit kan? Kenapa dedek gak nangis kenceng? Kenapa mama gak keluar keluar dari ruangan?".

"Tasha".

"Ya nek?".

"Tasha percaya sama nenek kan? Semuanya baik-baik aja. Dedek cuma perlu diperiksa sebentar sama dokter".

Pernyataan akhir yang tak sepenuhnya menjawab pertanyaan Tasha itu memaksa gadis kecil itu mengunci bibirnya rapat rapat.

Thesaurus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang