Destiny

78 2 1
                                    



Hiruk pikuk kota Seoul menemani kegelisahan yang dirasakan oleh Hanshik, Yoona dan Jaechan. Pasalnya mereka kini sedang bergegas menuju tempat yang diduga menjadi persinggahan terakhir Hanna. "Ya tuhan.. tolonglah bantu kami menemukan Hanna" gumam Yoona sambil mengatupkan telapak tangannya di depan dada.

"Berdoa tidaklah membantu" celetuk Jaechan yang duduk di depan bersama Hanshik yang sedang menyetir. Tidak terima dengan kritikan pria dingin itu, Yoona pun tak mau kalah "Lebih baik berdoa daripada berdiam diri seperti tidak peduli" katanya agak emosi.

"Damn... are you kidding me?!" bentak Jaechan mulai tersulut emosi.

"Ya... that's for you!" balas Yoona

"Damn doctor!!"

Tak tertahankan, Jaechan pun akhirnya memaki Yoona dan tepat sasaran. Tidak hanya Yoona yang langsung terdiam setelah mendengarnya, mobil pun berhenti mendadak karena ucapan kasar pria dingin itu. "Bisakah kalian diam?" kata Hanshik seraya melihat keduanya, lalu tatapan matanya terhenti ke arah Jaechan "Seharusnya kau memperbaiki sikapmu juga, bukan hanya tampang mu saja yang harus baik" setelah itu mereka pun terdiam dan melanjutkan pencarian.

Setibanya di salah satu gedung pencakar langit yang ada di kota ini, mereka memutuskan untuk langsung mencari Hanna, beruntungnya gedung ini sedang di renovasi dan tidak ada orang lain berlalu lalang. Dalam pencarian ini Yoona kebagian mencari ke lantai teratas hingga atap gedung. Setelah bersusah payah melewati beratus-ratus anak tangga akhirnya Yoona tiba di atap gedung tinggi itu, betapa mengejutkan sekali ketika melihatnya, atap gedung itu sangatlah bersih dan indah layaknya taman. Kini Yoona hanya terpesona akan kecantikan taman buatan tersebut dan berniat untuk melihat-lihat seluruh taman hingga melupakan tujuan awal ia datang kemari.

Sementara itu dua malaikat maut sedang berjalan kaki setelah baru saja selesai mencabut nyawa sepasang kekasih di tengah hutan Gunung Jiri.

"Jinho.. menurutmu hari ini kau akan dapat berapa mangsa? Hehehe.." tanya Hojin

".... Mungkin seratus, hehehe..."

"Jinho, aku sangat yakin kalau kita ini sudah ditakdirkan akan terus bersama kemana pun kita pergi. Sadar tidak? Dari dulu sampai sekarang tempat kita mencabut nyawa selalu... sama..."

"Ngomong-ngomong, apa istrimu sudah hamil?" tanya Hojin "Iya, baru berumur 3 minggu" jawab Jinho sambil tersenyum bangga.

Lalu jam penanda kematian milik Jinho pun bergetar lagi, menandakan adanya seseorang yang akan meninggal dunia dalam waktu beberapa menit. Dalam jam tersebut terlihat tulisan

"Monday, 02 July 2018 : 08.00 : Seoul City : Lee Han Na"

"Hanna??" gumam Jinho terkejut melihatnya. Tanpa sepatah katapun Jinho menghilang berbentuk kabut hitam, temannya hanya terdiam menyadari kepergiannya. Tak lama kemudian jam milik Hojin pun bergetar dan disana tertulis.

"Monday, 02 July 2018 : 08.00 : Seoul City : Ahn Yoo Na"

~~~

"Seperti yang kita ketahui bulan ini seharusnya merupakan waktu musim panas. Namun tiba-tiba saja hari ini tepatnya hari senin tanggal 2 Juli, seluruh Korea Selatan diguyur hujan salju. Jika dilihat dari ramalan cuaca yang ada, salju muncul lebih awal dari musim dingin sebelumnya. Banyak yang berpendapat bahwa hal ini diakibatkan dari pemanasan global. Dilaporkan bahwa suhu udara di Kota Daejeon hari ini mencapai 6 derajat. Kota terparah ialah Kota Seoul yang mencapai minus 1 derajat....."

"Buruk sekali.. pantas saja suhunya tiba-tiba jadi dingin..." ucap seorang perawat.

"Seharusnya kita tanyakan ke tuan Hanshik, mungkin saja ini pertanda buruk" timpal perawat lainnya.

Who's My Love (Complete √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang