Day-3 With You

50 3 0
                                    

Hari ini... 
Matahari bersinar cerah namun tidak menyilaukan mata, bagaikan bersahabat dengan para manusia.
Dibalik bercak cahaya yang berhasil masuk lewat celah gorden, terlihat wajah tampan yang masih terlihat begitu damai, membuat siapa pun yang melihat pasti akan merasa terbuai akan ketampanannya. 
Yoona tersenyum begitu tenang, merasa lega bahwa dirinya masih di samping sang kekasih. 

Perlahan ia elus wajah mulus sang suami bak kulit seorang model itu.
Hah.. padahal gak ada niat buat ganggu tidurnya, tapi... yaa... gimana dong, tanganku gatal, mau pegang wajahnya. Gumamnya merutuki perilaku dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, sorot mata tajam milik pria itu pun terlihat, iya, Jinho terbangun oleh kelakuan istrinya.
Tersenyum...

"Ah.. mian aku mengganggu mu"

Jinho hanya menyeringai "Gwaenchana.. lagian aku menikmatinya juga, kapan lagi bisa dibelai seperti ini?"

"Yaa.. mulai deh, byuntae"

"Loh? siapa yang byuntae, aku cuma menggodamu...hahaa... Ah atau jangan-jangan kau sendiri yang byuntae?" godanya lagi.

"Ya. Mana ada, gak lah.."

"hehehe iya deh, jangan cemberut dong hehe" godanya melihat Yoona berhenti mengelus wajahnya.

"sana mandi, antar aku ke supermarket hari ini" titahnya.

"Iya nyonya... " jinho pun pergi ke kamar mandi.

Flashback on

Pukul 04.00
Jinho terbangun dari tidurnya, ia sadari hari masih pagi sekali untuknya bangun. Terlihat dari matahari yang belum muncul dari persembunyian nya untuk membangunkan orang-orang.
Ia lihat jam di ponsel yang selalu ia simpan di atas nakas dekat ranjang, perlahan tanpa bersuara..
Tak ingin membangunkan wanita tercantik di sampingnya yang sungguh sangat ia cintai itu.
Tiba-tiba saja terlintas ingatan di saat pertemuan mereka berdua di rumah sakit. Jinho adalah tipikal pria yang tidak suka dengan hal berbau percintaan, apalagi sampai tergila-gila pada wanita.
Memang ia sudah hidup bertahun-tahun lamanya, bertemu dengan berbagai wanita cantik, seksi nan putih bagai permata. Pertemuan pertama dengan Yoona pun tak membuatnya terpesona, tapi.. ada satu hal yang menarik perhatiannya, wanita itu merupakan bidadari yang akan menarik perhatian sang malaikat maut yang sudah berjodoh dengannya sekalipun wanita itu fisiknya tidak menarik. 
Dari awal pertemuan mereka yang bernuansa mistis, Jinho tak terpikirkan akan dipertemukan lagi dengannya dalam beberapa hari. Ditambah keduanya memang bekerja di rumah sakit yang sama pada saat itu.

Ah.. Teringat rumah sakit. Aku hari ini harus kesana untuk cek kesehatan. gumamnya dalam hati.

Flashback off

Jinho akhirnya selesai mandi, ia baru teringat dengan janjinya pada diri sendiri untuk mengecek kesehatan. Sebelum Yoona masuk ke kamar mandi, ia menghentikan wanita itu.
"Wae?"

"Mianhae... aku baru ingat hari ini ada janji dengan orang penting, euhmm.. gimana kalau kita ke supermarket nya nanti sore?"

Yoona terdiam, terlihat ada kekecewaan dari sorot matanya "Aku gak penting untukmu?"

"Aniyaa.. bukan, bukan gitu. Maksudku, ini orang penting yang ada di posisi kedua setelahmu, euh... tapi, dia sekarang udah jadi yang terpenting, eh maksudku-"

"Sshh!" perlahan ia lepas genggaman Jinho di lengan kanannya.  "Pergilah, kalau itu hal penting buatmu" katanya seraya mulai menjauh, "Tapi..   jangan lupa, sore ini" katanya lagi sebelum akhirnya menutup pintu kamar mandi.

Agak lega sebenarnya istri tercinta mengalah. Ini juga demi Yoona sendiri, jika wanita itu tahu kejadian kemarin, mungkin dia akan sangat khawatir dan yang lebih buruknya lagi dia tidak mau kembali ke alamnya untuk selamanya.
Jinho bergegas pergi sebelum Yoona selesai mandi, sengaja ia lakukan agar istrinya tak mengikuti diam-diam. Walaupun ia tahu kini Yoona tak bisa sebebas dulu keluar rumah.

Setelah tiba di rumah sakit, ia langsung mengambil nomor antrian untuk mengantri karena pasien hari itu lumayan banyak dari biasanya. Tanpa sengaja, salah seorang sahabat Yoona menghampiri.
Sebenarnya malas jika harus bertemu salah satu diantara mereka, tapi apa daya jika ia datang ke rumah sakit tempat mereka bekerja.
"Hai, apa kabar? Udah cukup lama ya kita gak bertemu"

"Ahh.. Iya. Kabar ku baik, kau sendiri dokter Youngjae?"

"Ah hahaha jangan panggil aku gitu, kita kan udah akrab hehe.. Eherm.. yaa kabarku baik, hmm.. aku.. senang, bisa melihatmu berpenampilan rapi lagi seperti ini" ujarnya sembari tersenyum "Jujur, aku khawatir melihat penampilan mu yang sempat yah... berantakan. Kuharap kau bisa cepat mengikhlaskan dia"

Jinho mencengkeram bahu kanan Youngjae tiba-tiba,  membuatnya agak tersentak dan meringis "Tenang aja, aku akan baik-baik saja. Masalah ikhlas, kupikir sampai kapan pun.. dia gak akan hilang dari ingatanku. Jadi.. berhenti bersimpati padaku dan urus saja hidupmu sendiri, jangan sampai kau menyesal sepertiku".
Jinho pun pergi ke ruang dokter meninggalkan Youngjae yang terkejut dengan ucapan pria dingin itu.
"Waah.. makin dingin aja, haish"

Di ruang dokter.
"Tuan Cha Jinho... setelah pemeriksaan ini, hasilnya akan ada nanti setelah sekitar 30 menit, jadi anda bisa menunggunya di rumah sakit. Nah, hasilnya akan saya beritahukan lewat sms takutnya anda lupa untuk mengambil"

Setelah menuliskan nomor ponsel, Jinho memutuskan menunggu hasil sambil berdiam diri di atap rumah sakit, tempat yang paling ia benci namun juga tempat yang paling membuat dirinya bisa melepas rindu walau hanya sebentar pada sang istri.

Sementara itu di kediaman Jinho dan Yoona. Selesai mandi, Yoona hendak memasak untuk sarapannya, dengan raut wajah yang masih tertekuk akibat ulah suaminya tadi, membuat mood di pagi harinya ini hancur berkeping.
"Menyebalkan sekali. Kenapa gak bilang dari kemarin coba? Apa susahnya" gerutunya. 

Ding Dong

Berhenti, segera ia matikan kompor dan mematikan lampu seluruh ruangan agar terlihat seolah tidak ada pemiliknya.

Ding Dong

Bel rumah kembali berbunyi, entah siapa diluar sana. Namun pikirannya kini sangatlah buruk, jantungnya berdegup begitu cepat hingga mungkin saja bisa terdengar oleh orang lain jika ada yang berada di dekatnya.

Ding Dong

Lagi..

Rasa penasaran tiba-tiba saja menyelimuti dirinya untuk sekadar mengintip keluar, siapa pelaku yang mengganggu ketenangannya itu.
Perlahan namun pasti, ia intip dari balik gorden ruang tamu. Saking ketakutannya, jarinya pun gemetaran.
Hahh... sial. Gara-gara takut tertangkap malaikat maut, aku jadi gemetaran gini. Gerutunya lagi.

"Hanna"

Yoona langsung melihat keluar, tentunya dari balik gorden.
Terlihat Jinho yang baru saja tiba entah darimana.
Hanna langsung membungkukkan badannya "Mianhae.. jeongmal jeongmal mianhae.. kalau bukan karena aku, semua ini gak akan terjadi... Yoona, dia pasti masih ada disini.. bersamamu".

Wanita itu merasa bersalah atas kematian sahabatnya.  Namun Jinho tak ingin membahas permasalahan itu lagi. Sudah cukup penderitaannya setahun kemarin, kenapa mereka terus mengungkitnya lagi?
"Gwaenchana.. ini bukan salahmu sepenuhnya" Hanna kembali berdiri tegap, "Lagipula sudah terlambat untukmu meminta maaf seperti ini padaku. Seharusnya kau lakukan itu dari dulu"

"Iya.. aku tahu aku salah. Padahal kakak ku udah mengingatkan dari dulu, tapi.. aku baru berani sekarang"

"Wae? Kenapa harus takut hanya untuk meminta maaf? aku akan lebih menghargai permintaan maafmu jika kau lakukan itu dulu" terlihat raut wajah Jinho mulai mengeras "sekarang kupikir permintaan maaf mu ini gak bisa ku terima begitu aja. Kalau saja kau bisa membayar dengan hal setimpal seperti yang kurasakan selama satu tahun terakhir ini. Mungkin... aku bisa menerima permintaan maaf mu" lanjutnya.

Hanna terdiam sejenak sebelum akhirnya ia bertekuk lutut sembari menggosok kedua telapak tangannya, meminta mohon agar permintaannya di penuhi.
"Hiks.. Mianhae.. aku memang bodoh, hiks... baiklah kalau gitu, apa mau mu agar permintaan maaf ini kau terima"





"Pergilah dari dunia ini"







Hai readers.. 🙋

Untuk chapter ini, maafkan karena lebih sedikit dari sebelumnya😥
Tapi tenang aja, mau sedikit atau panjang ceritanya diusahakan bakal seru dan ga bosenin buat dibaca.

See you next chapter 😉




Who's My Love (Complete √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang