Cool 9

2.5K 180 0
                                    

"Akhirnya brand. Akhirnya selese juga dah ni acara. Cape gue benerdah. Kalo aja gue bisa dikipasin bidadari dari tadi gue. Gakaya elu gue minjem kipas malah rusak. Murahan tong tong" cerocos ali panjang lebar. Begitu sampai dirumah brandon langsung berbaring diatas sofa kamar milik brandon. Brandon yang mendengarnya pun hanya menggelengkan kepalanya malas karena sifat sahabat sehati nya itu.

"Berisik bego. Gue cape nih" eluh brandon sesekali memejamkan matanya yang terasa berat itu.

"Masa?"

"Hmm"

"Emang?"

"Mingkem tu mulut! Ato gue garukin pantat elu ." Kesal brandon melemparkan bandal mini ke wajah ali.

"Mau dong jadi pantatnya" goda ali.

Hufft. Brandon semakin dongkol rasanya. Ia menyesal mengajak ali kemari "balik lu tulul. Ajakin tuh sibowo" racau brandon takjelas karena ia terlalu mengantuk.

"Brand brand! Brand gue serius! Bangun ngapa tong" kata ali sembari mengguncang tubuh brandon.

"Apalagi fatamorgana?" Balas brandon sedikit melembut karena ia harus tenang jika menghadapi ali didepannya.

"Caelah. Fatamorgana pan bukan orang! Panas panas kakiku panas." Ucap ali dengan muka mendramatisir. "Asek. Ayodong ke mall ih! Katanya mau beliin gue distro ori. Begimana sih bullshit kek laki. Makannya gue gademen laki" ucap ali kemudian turun ke arah balkon kamar.

"Sabodo teuing" balas brandon acuh.

Ali melihat dari atas balkon banyak seseorang yang berlalu lalang kesana kemari dengan berbeda tujuan. Bahkan, ia terlihat tersenyum miris bila tak sengaja memandang keluarga kecil yang sangat bahagia.

Ibu dan ayah, mereka utuh. Tertawa lepas yang tidak menampakkan beban sama sekali. Ali ingin seperti itu, tapi ali yakin akan nasib. Ali percaya kepada nasib, bahwa nasib bisa membuatnya bahagia.

"Kadang kala gue inget. Sebelum gue ngelakuin hal apalah itu gue mikir beribu kali kedepannya. Gue takut keputusan gue salah. Nah, abis gue ngambil keputusan gue tau kesononya itu takdir yang harus gue jalanin so? Begood and do good. Apa yang lo lakuin sekarang bakal lo dapetin nanti" gumam ali mencoba tersenyum tipis. Mengingat akan jalan hidupnya saat ini.

Brandon yang tak mendengar suara ali yang mengganggunya itu mencoba bangun, dan menghampiri ali ke balkon.

"Percaya sama gue, dimana hati lo harus lo yakinin sama logika lo sendiri. Kadang kita harus berteman sama diri kita sendiri, biar gabisa jadi orang lain" sambung brandon menepuk pundak ali duakali. Ia tak sengaja mendenga gumaman ali tadi.

"Brand?"

"Guee tau lo sedih kan? Come on man! Gausa dipikirin. Loharus yakin yakin yakin" support brandon kepada ali.

"Alay lo, gue biasa aja"

"Lo kangen ibu lo kan?" Alipun mengangguk "kerumah sakit ayo. Abis itu ke mall sesuai yang gue janjiin sekalian ajakin alwi" ucap brandon. Alipun mengangguk setuju.

- - - - - -

"Ayo prill!" Paksa salsa kekeh.

"Tapi harus naik angkot titik. Kalo ngga gue gabakal ikut" balas prilly acuh.

"Pan ada mobil astaga. Ngepain naik angkot segala lagi. Malu maluin ntu namanya"

"Yauda Gausa"

"Eh iya dah iya" pasrah salsa harus mengikuti keinginan sahabat yang satunya itu. "Terus gabole bawa atm. Bawa duitnya harus duaratus rebu aja. Gada penolakan" putus prilly kemudian berlalu untuk bersiap siap.

Salsa bengong. Mengapa sahabatnya ini? Berubah drastis. Biasanya prilly paling heboh jika diajak ke mall. Tetapi sekarang?  Ada batasannya.

"Prill! Gue takut lo mati. Lo abis makan apaan ?" Gerutu salsa yang dibalas pangutan malas oleh prilly.

"Mau ga nih?" Tawar prilly kembali

"Iyadah iya ayo berangkat. Jeceh lo" balas salsa langsung menarik lengan prilly ke pinggir trotoar jalan dan menunggu angkot lewat.

"Bang" teriak prilly sembari melayangkan tangan kiri keatas.

Lalu mereka pun masuk ke dalam dengan tekukan wajah salsa yang berlipat. Prilly hanya biasa saja tanpa beban meskipun naik angkutan warga. Ia terus memagum bubble gumnya.

"Prill panass" eluh salsa sambil mengibaskan tangannya kesana kemari.

"Tahan. Alay lo" balas prilly acuh. Hidup tak seharusnya mewah bukan?

"Kiri bang" prilly pun memberikan dua lembar uang kepada abang angkotnya dan keluar dengan salsa yang masih mengelap peluhnya.

"Aduhh galagi deh gue naek kebegituan" salsa pun mengeluarkan kuncir rambutnya dan mulai mengikat nya ala ekor kuda.

"Iyain deh bawel" balas prilly kemudian berangkat masuk kedalam mall. Salsa pun menarik napasnya lega, huh sudah tidak panas kembali.

"Ayo prill gue pingin tas branded itu disitu" tunjuk salsa seperti seorang yang baru sembuh dari penyakitnya.

"Sal inget bawa duit cuma duaratus rebu elahh" ingat prilly kepada salsa yang kesenangan itu. Iya elah.

"Gue pingin beli sepatu aja deh bay"lanjut prilly berlalu ke ruko tempat sepatu. Salsa pun membuntutinya dari arah belakang.

"Gue mau! Gue yang grey ah, cakep kan ada perpaduan pink nya lucu!" Salsa pun menghampiri sepatu yang ia inginkan.

"Gue yang putih ah. Gue uda lama ga beli yang putih" jingkrak prilly kemudian mengeluarkan uang dari sakunya.

"Berapa mba?"

"Yang abu 195, yang putih 175" aba mba tesebut. Kemudian salsa dan prilly memberikan uang kepada mbanya itu.

"Nih, makasiya" mereka pun berlalu sambil menenteng dua kantung belanjaannya.

Mata prilly menyusuri cardi disekitarnya, ah! Bagus sekali.

"Sal gue mau itu ayo ayo sini sini" ucap prilly menarik salsa ke salah satu toko didepannya.

"Iss malu maluin bege" gertak salsa karena prilly terus mengarahkannya ke salah satu toko baju disitu.

"Mba ini berapa?" Tanya prilly antusias memilih cardi dihadapannya. Berwarna abu kehitaman itu.

"Itu 90" balas mba tersebut seraya tersenyum. Prilly pun tersenyum kikuk padahal uangnya hanya sisa dua puluh lima ribu.

"Hehe, kalo soft pink ini?" Tanya prilly kemudian.

"Itu harga di atasnya ada" kata mba tersebut. Prilly pun kembali kikuk dan melihat harganya.

Kurang sepuluh rebu

"Bentar bentar" ucap prilly kemudian merogoh sakunya mengeluarkan uang dua puluh lima rebu.

"Sal, pinjem duit elu dong" bisik prilly kepada salsa. Salsa pun memelototkan matanya lalu mengeluarkan sisa kembalinya tadi.

"Yah kurang goceng" eluh prilly kembali.

Lalu memasukkan tangannya ke saku celananya ha! Ada uang.

"Yahh uangny cuma ada tigapuluh dua rebu" ucap prilly kembali.

Lalu menarik salsa untuk mendekat.

"Gajadi deh mba" ucap salsa mewakili prilly yang kelihatan sangat malu.

Prilly pun berlari cepat menghiraukan salsa dibelakangnya.

"Prill malu maluin lo"

"Aduh sall tau gitu gue gabakal ke toko itu dah malu gue malu" ucap prilly kemudian.

"Makannye. Liat kantong dulu "

"Yakan gue gatau astagaaa"

"Suru siapa cuma bawa duit segitu. Kan gue bilang kurang"

"Apabaedah"

FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang