Cool 13

2.1K 186 2
                                    

"Emang ibunya teman kamu kena penyakit apa? Ko bisa meninggal prill?" Tanya mama prilly saat prilly memasuki rumah. Prilly pun memutar bola matanya malas. "Umur ga ditentuin sama penyakit ma" balasnya datar.

Prilly baru sampai rumah, ia ingin rebahan. Pemakaman tadi sangat amat panas, ia tak tega melihat semuanya menangis. Makannya ia pulang duluan. "Lah?" Balas mama prilly kemudian menghampiri prilly yang sedang membuat minuman untuk mendinginkan tubuhnya.

"Umur itu bukan kaya yang kita mau, kita cuma ngejalanin. Gunain waktu baik baik. Luangin buat kumpul. Bukannya kerja" ucap prilly menyindir sang ibu kemudian berlalu dengan segelas es dingin di tangannya.

Mama prilly hanya menggelengkan putrinya itu. Ia tak habis fikir dengan jalan pikirannya itu. Selalu menyalahkan pekerjaan. Yang mama prilly fikir ia benar.

Di dalam kamar, prilly termenung. Ia sangat amat kasihan kepada ali dan alwi. Apa lagi saat ia mendengar certita brandon tadi. Seketika lidahnya kelu, tak bisa bicara. Ia tak tau harus berbuat apa jika ia menjadi ali. Ali sosok seorang pemimpin, ceria, selalu baik kepada semuanya. Padahal, takdirnya sangat amat pahit jika di bayangkan.

Flashback.

Semua orang yang melayat cukup ramai berdatangan dirumah ali, rumah yang dulunya terisi oleh kebahagiaan, sekarang berbanding terbalik. Semua orang berpakaian hitam. Ali dan alwi begitu sangat tampan disitu. Namun sayangnya, air mata selalu meluncur di pelipis nya.

Prilly dan brandon sedang diruang tengah, saat selesai pemakaman. Ali dan alwi entahlah kemana. "Ka prill? Lo tau? Gue sedih banget." Ucapnya. Yang diangguki oleh prilly. Karena prillypun merasakannya

"Gue kenal ali dari kecil, gue ingat waktu dia manja manjaan sama ayahnya. Kalo alwi digendong sama om syarief pasti ali cemburu. Ka prill, gue gatau harus begimana. Semuanya dateng tiba tiba. Itu juga waktu ali baru banget lulus sd" ucapan brandon terjeda, ia menutup matanya sejenak. Membiarkan air mata meluncur di mata indahnya.

"Umur segitu belum pantes tau soal masalah ini. Tapi gue gatau, takdir pingin ini terjadi. Dimana semuanya pecah, kacau, berantakan. Bahkan gue ngeliat sendiri waktu ali nolongin ayahnya pas diiket ama pak hendrik sialan itu. Disitu gue lagi jalan sama ali, gimana si jamannya sd gitu. Lagi seneng kesana kemari. Gatau pokoknya deh." Ucapan brandon

"Katanya tadi tau"kata prilly memotong ucapan brandon tadi. Brandon pun menampilkan wajah kesalnya.

"Gue belum selesai! Om syarief diiket, sambil kepalanya berdarah. Gue waktu mau nolongin ali ditahan sama anak buahnya itu. Ali lemes disitu, sd uda bisa ngelawan preman meskipun kalah. Untung aja ali ikut ekskul taekwondo sebelumnya. Ali meluk papanya eratt banget, nangis sejadi jadinya kayak kemaren. Papanya berdarah terus bilang 'ali pulang aja, bahaya disini' kata papanya sambil senyum" prilly telah menduga bahwa sifat ali turun dari papanya.

"Terus ali bilang gini ke pak hendrik 'bapa apa apaan? Ayah ali diapain? Ali laporin polisi nanti. Ali gaseneng ya kalo kaya gini, pingin ali tabok muka bapa tapi ali masi kecil, bapanya ketinggian. Ali gaseneng pokoknya' dia maki maki, lucu emang. Tapi di bernyali, amat sangat. Abis gitu pak hendrik keliatan nelpon polisi gitu. Galama polisi dateng, nangkep ayahnya ali. Ali yakin disitu kalo ayahnya gasalah, gue juga sama. Ali nangis kejer, terus ngejar ngejar. Ayahnya bilang gini 'ayah yang salah, ayah harus ditangkep polisi' kata ayahnya terakhir banget. Terus ali nangis luar biasaa. Dia gapercaya, gamungkin ayahnya kayak begini. Ada ulah licik dibelakangnya. Beberapa tahun dateng, ternyata gue tau kalo ayahnya ali gasalah, yang salah pak hendrik. Dia uda ngejebak ayahnya ali sama kasus korupsi sampe pelecehan. Gue tau soalnya gue perna denger waktu pak hendrik ngomong ama cewe yang soal pelecehan tadi terus tos tos gitu. Gue pingin kasi tau ali, tapi nanti ali sedih lagi. Ali kehilangan mamanya sekarang. Soal tembakan tentang peluru yang nyarang di otak sama bilih kanan jantung itu juga ditembak sama anak buah pak hendrik. Waktu itu ibu ali lagi nyari tau ke kantor pak hendrik. Eh taunya malah ditembak. Gue kesian sama ali" ucap brandon panjang lebar yang mampu membuat prilly menutup mulutnya tak percaya. Ia sangat ikut bersedih. Bagaimana pun juga, ali berperan penting dalam problem ini.

Flashback off.

Ting.

Prilly tersadar dari lamunannya saat suara handphonenya berbunyi, lalu ia membukanya. Salsa ternyata.

Mamanya ali meninggal? Dan lo ngelayat ga ngasi tau gue. Sialan.

Iya, sori

Prilly pun mengsilent handphonenya lalu pergi untuk bersih bersih. Dan ia pun terlelap.

********

Pagi ini, sekolah dimulai, prilly sudah berada dikelas pagi sekali, ia ingin mencari moodnya yang entah kemana hilangnya. Ia duduk dikursinya, kemudian mulai menuliskan sesuatu di buku yang selalu ia bawa jika ia sedang dilema.

Sebuah kata masih mengandung makna, entahlah. Semenjak kamu pergi aku seperti mati rasa untuk mencintai yang lain.

Tulisnya, ia ingin menjadi seorang penulis. Bukunya sengaja tidak yang bergaris, isinya kata kata yang selalu menggambarkan hatinya saat ia menuliskan itu. Entah mengapa, ia ingin menulis tuntunan tadi, seperti akan ada yang terjadi kedepannya nanti. Buku yang ia tulis sudah ada 262 lembar, di kembar ke tiga ratus, ia ingin mencoba untuk menerbitkannya.

Prilly berjalan menuju kantin, ia melihat kesana kemari, mencari sosok ali yang ia tak yakin akan masuk sekolah sekarang, pasalnya ia takut ali masih berduka soal kemarin.

Prilly tersenyum melihat objek didepannya itu, ia melihat brandon yang tengah menghibur ali dengan berbagai lelucon, tetapi ali membalasnya dengan wajah datar. Prilly bersedih tidak melihat ali senyum seperti biasanya, pecicilan tepatnya.

"Ali kucing gue keguguran" adu brandon sambil mengerucutkan mulutnya kedepan, berharap ali akan membalas ucapannya dengan kalimat tak biasa.

"Suru kawin lagi aja cari bapak baru lagi terus ngehamilin deh tamat" balasnya, dengan nada dingin yang menusuk. Ini bukan ali, ali biasanya selalu terkekeh walau tak ada yang lucu. Prillypun terkekeh kecil dari kejauhan saat brandon putus asa untuk menghibur ali.ia pun menghampiri mereka. Entahlah, tak ada prilly dingin sekarang.

"Ali? Brand?" Sapa prilly mulai mendekati mereka berdua.

Ali pun melirik sekilas, lalu tersenyum kecil dan melanjutkan langkahnya kedepan. Brandon yang mengerti situasi pun berlalu, prilly mengejar ali. Mencoba mensejajarkan langkahnya dengannya. Sambil tersenyum memegang ujung tali tas nya "ali lo seneng pertama masuk sekola?" Sapa prilly basa basi.

"Seneng" balas ali singkat jelas.

Prilly pun menghembuskan nafasnya gusar. Ternyata susah mengajak ali mengobrol. Pantas saja brandon tak ada gairah kembali.

"Gue cantik kan pake cardi dari elu?"

"Cantik ka" balas ali dengan tatapan kosong. Prillypun beralih menatap ali dari depan. Dan meniupnya membuat rambut dan mata ali tertutup sempurna.

"Lo gacocok jadi dingin, lo uda ketelah pecicilan gue gasuka" kata prilly begitu ali membuka matanya, tatapan mereka bertemu. Ali tersenyum

"Gue ngikutin takdir ka" ucap ali kemudian mengelus rambut prilly lembut dan berlalu. Prilly mengangkat sati alisnya ke atas.

Takdir?

MAKIN GAJE. GUE APUS AJA APAYA?

FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang