"Ngga brand, gue ga mabuk ini tadi malem. Sotau" kata ali tak terima atas tuduhan brandon yang menuduhnya meminum minuman haram itu.
Brandon pun menghembuskan nafasnya. "Ada isal di rumah lo kan?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut brandon. Ralat, pernyataan.
Brandon sewot, mengapa ali harus menerima isal untuk menginap dirumahnya? Ini mengingat tentang masalah dulu.
Sudahlah, brandon sangat amat sewot dengan sifat ali. Dan jalan pikirannya tentunya.
"Lo tau dari mana?" Ali kalah, ali kalah saat ini. Ia takut brandon nekat untuk menemui isal dirumahnya. Ia takut mereka bertengkar.
"Gapenting, lo bodoh ali. Lo bodoh! Kadang gedek gue sama lo sumpah. Dimana otaklo hah? Dimana?!" Teriak brandon berapi. Untunglah, ini jam istirahat kedua. Jadi kantin agak sepi karena kebanyakan siswa mengikuti istirahat awal. Ini tidak penting btw.
"Bran! Isal kasian! Isal gatau mau tinggal dimana. Makannya gue suru tinggal dirumah. Salah? Padahal niat gue bae" ucap ali membenarkan keputusannya.
Brandon pun menggelengkan kepalanya seraya menjambak rambutnya lumayan erat. "Lo masi mikirin soal kasian? Ali. Buka matalo, bokapnya isal yang bikin ayah lo masuk penjara! Dan lo masi mau baik sama anaknya? Cihh. Gue tau lo berubah pasti karena dia kan?" Ucap brandon meremehkan.
"Itu dulu brand, itu dulu. Lagian ayah juga ngaku salah kan? Jadi gue percaya aja."
"Lain kali pake otaklo! Bokapnya isal yang ngejebak ayahlo soal korupsi sama pelecehan itu. Ogeb dasar! Apalo? Mau bilang gue sotau? So? Gue uda ceritain ke ka prilly semuanya. Ah! Ali gue sebel sama lo sumpah deh" kata brandon greget sambil mengangkat kedua tangannya dan menekukkan buku jarinya seolah sedang ingin menyakar ali saat ini juga.
Prilly? Ali menaikkan satu alisnya.
"Kenapa? Gue?" Ucap suara dibelakang mereka. Yang membuat keduanya menoleh. Tanpa disuruh, prilly langsung duduk di depan brandon dan ali. Sambil menumpukkan dagunya diatas tangannya.
"Ali, lo cerdasan dikit. Alwi aja sempet bilang ke gue kalo dandanan isal kaga bener. Kenapa lo lemot? Kalo bokapnya isal jahat gabakal jauh ama si isalnya. Mikir!" Gertak brandon menyodorkan garpu dihadapan wajah ali.
Ali menatapnya ngeri, sedangkan prilly sedang menahan tawanya meskipun ia tak tahu topik apa yang sedang dibicarakan. Yang jelas ekspresi ali saat ini telah mengobati rindunya. "BRAND! DIA SAHABAT ELO! Sahabat gue juga brand! Lo gapantes caci hina dia. Dimana hatilo?" Balas ali dengan nada yang meninggi dan melemah diakhirnya.
"ITU DULU ALI! DULU. Sebelom papa elu masuk ke jebakan bokapnya isal" jelas brandon kembali.
Sepertinya prilly tahu pembicaraan ini. "Yang kata lo bokapnya ali disekap sama om? Om apaya? Lupa gue. Kan?" Tanya prilly membuka suara.
"Lo tau ka? Pasti dari brandon si mulut ember?" Tanya alikepada prilly. Yang dijawab anggukan oleh prilly.
"Gabaik banget kan ka prill? Eh si ali masi baik sama anaknya coba. Bego kan dia?" Kata brandon meminta pembela an. Prilly terlihat berfikir sejenak.
Anak yang dimaksud brandon adalah isal yang tadi diomongin keduanya kaliya? Fikirnya.
"Emang sampe kapan kalian bertiga sahabatan?" Tanya prilly kembali. Lumayan informasi
"Lulus SMP" Jawab brandon sesekali menatap tajam wajah ali dengan ekor matanya.
"Tapi katanya kejadiannya lulus SD begimana si?" Tanya prilly bertambah heran.
Why not? This is information hm
"Waktu SD Kan gatau kalo om hendrik itu bokapnya isal. Tau taunya waktu SMP Kelas dua, om hendrik datang ke sekola mau pindahin isal ke new-york. Gue wajar heran heran disitu." Jelas brandon yang diangguki oleh ali.
"Tapi begenya, si ali malah numpangin tempat tinggal buat si isal dirumahnya. Pakeannya kaya anak clubbing haus belaian. Apaan item item eoh jiji" lanjut brandon.
Alipun memejamkan matanya sejenak. "Tapi itu sahabat elu juga bran" ucapnya.
"Gue tau, tapi dulu. Ga sekarang, kenapa lo ga curiga? Ato isal uda mengaruhin elu dua minggu ini? Astaga ali! Sadar" panik brandon geram.
"Jangan pernah nyudutin isal dong! Dia baik brand. Di beda ama bokapnya. Lagi lo sotau banget" cerca ali.
"Isal itu licik ali!" Kata brandon keukeh.
Prilly pening disitu mendengar celotehan dua sahabat itu. Astaga, tidak jangan. Mengapa selalu pusing kepala belakangan ini? Hah! Prilly tak tahan.
Prilly langsung memegang hidungnya. Dan benar saja, ia mimisan kembali. Ini sangat tidak tepat.
Yatuhann, apa yang terjadi?
Sadar prilly terdiam, mereka berdua pun memberhentikan pertengkaran yang sangat risih itu. Lalu melihat ke arah prilly yang tengah memegangi kepala dan pangkal hidungnya.
"Ka prilly lo kenapa?" Tanya ali datar, tersirat sedikit nada kekhawatirannya. Brandon pun memutar bola matanya malas.
"Ka prill lo gapapa?".
Samar prilly menggeleng, ia menutup matanya pelan. Ah! Mengapa sangat pusing sekali? Sakit kepalanya sangat ama menyiksanya. Prilly mencoba memejamkan matanya dan mengigit bibir bawahnya, guna menghilangkan rasa sakit dikepalanya.
Ini nihil, prilly bangkit dari duduknya. "Gue--gue ke kamar mandi" pamitnya. Kemudian berlari cepat.
Ali dan brandon saling pandang satu sama lain. Sesekali menaikkan sebelah alisnya.
"Ka prilly kenapa ya?" Gumam brandon sedikit aneh, pasalnya ia sedikit melihat noda merah di jarinya saat menutup hidungnya.
"Ka prilly sakit apaya?" Tanya ali bodoh.
"Lo tuh emang bego! Kemana lo kemaren kemaren? Galo? Lebay lo. Sampe nyuekin ka prilly begitu" kata brandon tertarik untuk bertengkar kembali.
Memangnya ali cuek? Perasaan tidak.
"Apaan gaje. Gue biasa aja orang"
"Yemeh. Tunggu sore gue kerumah elu! Bakal gue marahin tuh si isal. Awas aje nutup mutupin gue gibeng lu ampe gepeng""Jangan bran--"
"Bodoamat gue gapeduli. Enak aja datang datang bawa pengarub buruk. Kan gabener tuh kalo ke begitu" maki brandon tak tahan rasanya ia ingin menggaruk wajah isal yang masih ia ingat itu.
"Tapi brand--"
"Ali! Pokonya gue dateng titik"
"Lo tega marahin sohib lo?" Pertanyaan ali sukses membuat brandon terdiam. Sedangkan ali tersenyum menyeringai.
"Apa dengan ucapan lo tadi itu bentuk pembelaan buat isal? Lo gadukung gue? Fine. Lo lucu ali" kata brandon mencoba tersenyum.
Ali pun kaku. "Tapi dia masih sahabat. Not failed besfriends."
"He is we enemy Ali!"
"Lo gabisa nganggep isal musuh gitu aja bran"
"Emang kenapa? Bukannya pantes?"
"Brand lo gilaa!"
"Lo lebih!"
"Argghh"
Brandon tersenyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farewell
FanfictionButuh waktu tak sedikit untuk membuat sidingin itu luluh. Dan kesekian butuh waktu untuk membuat keadaan seperti semula. Seandainya kamu tahu lebih awal. Farewell artinya ucapan selamat jalan, akankah semuanya bisa kembali?