Cool 11

2.3K 170 0
                                    

Pagi ini, siswa baru dan siswa lama kembali masuk ke sekolah. Suasana terasa canggung, Semuanya berubah. Dengan senyuman dibibir tipisnya, prilly memasuki gerbang sekolah sambil memegang tali ujung tas nya.

"Senyum senyum mulu ni" seru gio sambil menghampiri prilly yang terlihat celingak celinguk

"Ngapain lo?" Ketus nya, tadiaja senyam senyum.

Gio hanya terkekeh sembari menggelengkan kepalanya "Tumben sendirian prill?" Gio pun duduk dibangku yang kebetulan ada di belakangnya.

"Nyari siapa emang lo? CI! CICI! Sini deh gio nyariin nih" teriak prilly ke arah civi yang sedang memakan steak nya. Sontak cici pun mengelap sisa makanan di sudut bibirnya dan berlari. Gio hanya melototkan matanya. Mampus mati! Pasalnya, cici adalah murid yang memiliki tubuh maxi. Bisa dibilang lebih besar seperti buntelan bakso.

Prilly dengan tanpa dosanya berlalu sembari terkekeh kecil. Melewati belakang sekolah.

"Ka prill! Tungguin gue" teriak seseorang tengah berlari lalu menghampiri prilly.

Prilly pun berbalik, dan menatap tajam orang itu. "Apasi? Pagi pagi ko rempong" gerutu prilly merasa risih.

"Santai dong. Sini sini ngobrol sama gue" ucap ali kemudian membawa prilly ke arah bangku taman dengan sedikit paksaan.

Alipun duduk dibangku itu. Dan menatap datar prilly. "Gue mau ngomong ka prill aish. Duduk ngapa" kata ali sambil memegang bahu prilly dan mendudukkannya.

"Cepet"

"Nanti makan makannya gajadi ya?" Tutur ali pelan. Bodoamat siapa peduli?

"Yauda. Uda kan? Setengah jam lagi masuk" gertak prilly lalu berdiri.

Alipun mendudukkan prilly kembali. Membuat wajah masam tercipta dibibir nya. "Tapi lo bisa nolongin gue ga?" Pinta ali sedikit memohon dengan tatapan sendunya.

"Gue sibuk"

"Yakin? Kalo nolongin buat ibu gue yg sakit mau ga?" Mohon ali kembali memelas.

"Emang Ngapain?" Balas prilly sembari menepis tangan ali yang sedikit memegangnya.

Alipun mulai serius, ia menundukkan kepalanya. Dan memangku lengannya dipaha, mulai melihat lurus kedepan.
"Lusa, ibu ulang tahun. Gue kangen waktu ngerayain yang dulu dulu. Dimana semuanya lengkap, ayah, ibu, gue dan alwi. Sekarang ibu sakit, tiga tahun belakangan kita semua gangerayain hari jadinya ibu." Alipun terlihat menarik nafasnya sejenak.

"Gue pengen tahun ini ngerayain lagi, gue pingin banget. Gue minta bantuan lo buat siapin semuanya, bareng gue, brandon sama alwi. Siapa tau ibu bangun. Mau?" Alipun mendongak lalu menatap kearah samping dimana prilly dengan mata berkaca kaca, ia haru mendengar cerita ali, dirinya saja yang masih mempunyai orang tua lengkap malah menghindar. Prilly pun memalingkan wajahnya. "Gue mau" balas prilly kemudian. 

Alipun mengangguk seraya tersenyum. Reflek iapun memeluk prilly dari arah samping. Prilly terkunci erat, lalu ia kaget. Hening. Alipun mulai sadar dan melepaskan pelukannya perlahan.

"So--sori gue seneng" kata ali terbata bata.

Prillypun menampilkan senyum kecilnya.

Ali membuka tas sekolahnya, dan mengambil sebuah kantung dari dalam tasnya. Lalu menutupnya kembali. Ia kembali melihat kearah prilly yang keheranan.

"Ini yang lo mau kan?" Tanya ali saat membuka kantung yang menampilkan cardi abu yang prilly harapkan kemarin.

Prilly pun merasa malu, skak mat! Darimana ali tahu jika ia mendambakan ini?

"Gapenting darimana gue tau ka, ini buat lo. Pake nanti waktu ibu gue ulang tahun ya" ucap ali kemudian menyodorkan kantung itu kedepan wajah prilly.

"Gue tinggal yak. Gue kan anak baru, ganteng lagi. Jadi gue gabole telat. Bay ka. Seeyou!" Pamit ali diiringi kekehan kecil lalu berlalu dari hadapan prilly.

"Makasi" gumam prilly hanya terdengar oleh dirinya.

Ia pun memasukkan cardi tadi kedalam tas ransel maroon miliknya. Dan berjalan keruang kelasnya.

Disepanjang koridor, sudah terlihat sepi. Sepertinya pelajaran sudah dimulai. Iapun acuh dan berjalan santai.

"Sal, brandon cuma mau nomor hapenya ka salsa. Ayodong ka ih dikit doang" pinta brandon mengejar salsa yang terus berjalan.

"Percuma kalo gue ngasi delapan angka doang. Kan nomor hape ntu duabelas yabodo amat" balas salsa jutek.

"Ka salsa ih jahat bangetdeh. Nomor doang apa susahnya si. Nanti brandon jajanin ka salsa deh"

"Mingkem ato gue tabok?" Tawar salsa terlihat seperti ancaman.

Brandon pun menutup mulutnya refleks. Salsa tersenyum penuh kemenangan kemudian berlalu.

"Brandon!" Teriak prilly kemudian berlali menghampirinya.

"Mau nomor salsa kan? Nih, tapi jangan bilang kalo itu yg ngasih gue yak. Bay" ucap prilly tanpa jeda kemudian berlalu.

"Yaallah rejeki baim emang nomplok terimagazehh. Ai lopyu
Ka prill!" Balas brandon tak kalah teriak kemudian memasukkannya kedalam saku.

********

"Mampus! Telat gimana ni.apalagi pelajarannya pak tua. Hadoooh" eluh prilly sembari menepak jidatnya.

"prilly" suara bariton membuat prilly berbalik. Dilihatnya pak egi sedang menatapnya tajam sembari membuka setengah kacamata. Ditambah kumis yang bergerak keatas kebawah.

"Eh bapak" ucap prilly cengengesan tanpa dosa.

"Kamu telat ato gimana?" Introgasinya.

"Ya telatlah pak. Ogah banget kalo becek becekan" jawab prilly

"Darimana?"

"Kepo naudzubilleh. Lanjut dehpak, pasti saya disuru ngepel sampe ruangan atas kan? Iya saya pel deh. Pala bapak juga bakal dipel ko" balas prilly panjang lebar kemudian berlalu begitu saja.

Ia berjalan kearah kamar mandi dan menaruh tasnya di salah satu loker. Iapun mulai mengambil pelan dan pewangi ruangan beserta ember disitu. Tak lupa menggulung jasnya agar keatas dan menguncir rambutnya layaknya kuda.

"Hufft mampus gue diurut dah pulang pulang" gumam prilly. Kemudian mulai mengpel lantai dari lantai tiga, sudah ia lewati dilihatnya kaka kelas yang memandangnya remeh. Iapun acuh saja, apalagi ka desi dengan dandanan menornya. Ah! Syukurkah. Ia pun beralih ke lantai dua.

Dilihatnya salsa dari arah jendela yang menatapnya dengan tatapan introgasi. Prilly pun bergidik ngeri, tak lupa gio yang menatap prilly kasihan. Ia ingin membantu. Tetapi ada jam pelajaran.

Huh. Satu lantai lagi. Paling bawah atau lantai dasar, ia terlihat begitu lelah. Iapun mengelap keringat nya yang sudah membasahi kerah bajunya. "Ayo satu kelas lagi" semangat prilly kediri sendiri kemudian kesadarannya hilang. Dilihatnya terakhir ali dan brandon sedang menatap khawatir kearahnya. Dan gelap!

FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang