Cool 20

2.3K 178 2
                                    

"Ali! Malem ini seminggu kedepan, sebulan setaun pokoknya gue nginep di rumah elu ya yaya" pinta brandon memelas di penjuru kantin saat sedang berkumpul.

Isal terkekeh mendengarnya. "Apaan gamau gamau" tolak ali tanpa rasa bersalah.

"Ih ali. Kan gaseru kalo ga ngumpul bareng bareng" ucap isal menimpa.

"Emang kenapa gabole si li? Gue tuh takutnya kalean ngomongin gue. Nanti dosa gue ilang" ucap brandon tak masuk akal.

Ali dan isal hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar tuturan brandon tadi.

"Eh itu ka prilly! Kaprilly pucet banget gila! Li liat li!" Ucap brandon heboh sambil menunjuk ke arah prilly yang tengah berjalan.

Ali dan isalpun mengagkat wajahnya, dan menaruh garpu lalu menatap ke arah yang brandon tuju

Pucet banget.

"Itu kaya buah kesemek mukanya" celetuk isal mengingat ngigat.

"Yemeh. Lo masi doyan kesemek sal? Ampun dah" timpal brandon sembari menoyor kepala isal.

Berbeda dengan ali, ia ingin menghampiri prilly. Tapi belakangan ini melow. Bagaimana?

"Ayo ali samperin ka prilly nya!" Titah brandon kesal karena ali terus bengong.

"Yah keburu pegi deh" ucap isal menimpa.

Alipun berbalik menengok ke arah brandon dan isal lalu menunjuk dirinya sendiri. "Gue? Malu ih" ucap ali kemudian.

"Yaela cepet cepet. Gue gorok kalo ga" paksa brandon mendorong bahu ali.

Ali pun berjalan malu ke arah prilly lalu mulai mensejajarkan langkahnya. "Ehm ka prilly?" Ucap ali berdehem.

Prilly pun menengok membuat anak rambut yang tidak terselip berterbangan mengikuti irama angin.

Cantik banget aslian! Apaan deh.

"Kenapa ali?"

Lihatlah, suaranya saja seperti tercekat. Ucapannya parau bersuara kecil. Yatuhann! Sakit apa sebenarnya ka prilly ini!.

"Kemaren katanya lo sakit ya?" Tanya ali basa basi. Tidak, lebih tepatnya ingin tahu.

Prilly pun menaikkan sebelah alisnya heran, kemana ali dingin?. Lalu tertawa. "Emang kabar gue sakit sampe ke sekolah ya? Haha" kata prilly tertawa hambar.

Ia jenuh, semu. Begitu ia tahu penyakit yang menyerangnya semalam, ia diberitahu oleh sang papa. Ia kaget, demi apapun lidahnya kelu. Tak bisa berkata apapun. Yatuhann! Prilly sangat ikhlas apapun jalan takdirnya. Jika soal penyakit ini apa hidupnya tidak lama lagi? Ah tidak tidak. Jangan pernah berkata seperti itu.

Tapi, bukunya, buku yang ia tulis ah ralat, yang ia terbitkan mampu menyemangatinya. Sebuah luntunan kata kata yang ia tulis mampu membuat hatinya tersentuh. Syukurlah, ia bisa lebih bersemangat jika habis membaca buku karyanya. Meskipun papa dan mamanya selalu sibuk bekerja.

Melihat prilly yang termenung, ali pun menautkan kedua alisnya dan menjentikkan jemarinya kedepan wajah prilly. "Ka prill?" Tanya ali pelan.

"Ah em. Apa apa?" Balas prilly saat tersadar dari lamunannya.

"Apa yang lo pikirin?" Tanya ali penasaran.

Prillypun kaku, menggaruk tekuknya yang tak gatal. "Awws" ia merasa nyeri dihidungnya. Beburu ia menutupinya meskipun masih terlihat oleh ali sedikit warna merah.

"Lo masih sakit? Liat idung lo mimisan. Mau gue lapin? Gue bawa tissue nih" tawar ali sedikit cemas saat melihat prilly.

Prilly pun menggelengkan kepalanya lalu berlari ke arah toilet untuk membersihkan hidungnya.

Saat selesai membersihkannya, ia pun menatap ke arah cermin didepannya. Menatap sendu wajahnya yang memucat, lengannya yang sudah terlihat lebih kurus dari sebelumnya.

Prilly menitikkan air mata didepan cermin lumayan besar itu, ia merutuki nasibnya yang sangat amat miris.

Ia ingin terbebas, demi apapun ia ingin seperti semua orang.

Aku berhak memberhentikan ini bukan?

Fikiran prilly selalu melayang ke kalimat yang sering tiba itu. Benar saja, ia berhak. Tapi ia ingin menjadi seseorang yang amat kuat seperti ulasan dibukunya.

Percaya, indah atau tidak kedepannya. Tanam sebuah tekad agar hidup lebih kuat.

Yatuhan! Prilly sedih saat ini.

----

"Kenapa ka prilly lari li?"

"Ka prilly itu yang tadi ya?"

"Arghh! Berisik lopada" geram ali menatap tajam ke arah brandon dan isal.

"Nyelo dong, gue nanya doang padahal" kata brandon ikutan sewot.

"LIAT PRILLY GA?" Teriak salsa menghampiri ali, brandon dan isal.

"Oww, ada temen baru ternyata" salsapun menjulurkan tangannya kedepan wajah isal. "Gue salsa imudd" kata salsa membenahi anak rambutnya.

Isal tersenyum ngeri, tak lama ia membalas jabatan tangan salsa "gue isal"

"Isal, ko bisa bareng si duo sengklek ini?" Tanya salsa menyipitkan matanya.

Isalpun menatap malas. "Yaya, mereka sahabat smp gue" balas isal acuh.

"Ohemji, kobisa?" Tanya salsa kepo kembali. "ASTAGA! GUE NYARI PRILLY. ADA YANG NYARIIN SOALNYA" Ucap salsa kelupaan lalu mencari kesana kemari.

"Prilly dimana?" Teriak salsa menengok kesana kesini. "Lo liat prilly? Lo liat prilly? Lo liat prilly? Prilly wer ar yuu"

"Is berisik ka sal. Ka prill lagi di wc" balas ali datar.

"Biase ajedong, mau gue gosok tuh muka?" Tawar salsa, ah ini seperti ancaman.

"Emang mau ngapain ka sal?" Timpalan tanya brandon.

"Ada ema bapanya" ucap salsa kemudian berlari mencari prilly.

"Hah mau ngapain?" Gumam ali.

----

"Hah? Apa? Gamau mah prilly gamau" tolak prilly atas ajakan kedua orang tuanya.

"Ayo prill, kalo disono mama gaterlalu cemas sama kamu, lagian sambil lanjutin pengobatan kamu biar ada kemungkinan bisa sembuh sayang" rujuk mama prilly yang diangguki oleh papanya.

"Tapi prilly gamau. Percuma gabakal sembuh ma. Ayodong pa! Prilly gamau" kata prilly dengan berkaca kaca.

Salsa disitu ikut sedih, sahabat sehatinya, akan pindah berbeda benua dengannya. Eropa.

"Prill, siapa tau nyokap lo bener" tenang salsa pengertian.

Prilly menggeleng kuat. "Gue gamau sal gue gamau! Nanti lo gada temennya" tolak prilly lagi dengan air mata dikelopak matanya.

"Gue gapapa, aslian. Asal lo sembuh, gue seneng prill" kata salsa ikut menangis. Ia tahu keadaan prilly sekarang, ia tahu soal penyakit yang prilly derita, awalnya ia kaget. Amat sangat.

"Sall"

"Udah, lo ikutin apa kata orang tua lo. Gue yakin dan gue janji begitu lo pulang gue bakal jadi yang pertama meluk lo. Santai prill" kata salsa kemudian memeluk prilly.

"Mama papa jahat! Prilly gaseneng!" Teriak prilly menunjuk keduanya.

"Prilly lo tenang, nanti lo mimisan" kata salsa kembali membawa prilly duduk

"Tapi gue gamau sal! Gue gamau" kata prilly keukeh.

"Prill sayan--"

"Papa diem!"

"Sutt lo gabole kayak begitu. Lo bae bae ya. Jangan lupain gue" kata salsa melembut. Untung saja mereka sedang di kantor ruang khusus papanya prilly.

"Besok kita berangkat sayang" timpal mama prilly yang membuat prilly kaget bertambah.

"A--apa? Huh" kata prilly kemudian menghembuskan nafasnya kasar.

Ali diluar yang mendengar sedikit pertengkaran pun kaget, ka prillynya akan pergi.

Hai

FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang