Terserah!
××
Aku sedikit tersenyum ketika dia hampir menabrakku. Walaupun sedetik kemudian, dia tertegun menatapku.
"Bisa geser sedikit? Aku mau keluar"
"Tidak"
"Aku harus keluar. Sebentar lagi bel masuk"
Kring kring kring!
Ku balikkan tubuhnya kala dia lalai karena bunyi bel. Kini dia bersandar pintu. Aku terus memegang kedua pundaknya.
"Kau mau apa?" Tanyanya yang sudah ketakutan.
"Aku mau tanya sesuatu" ku sejajarkan wajahku dengannya. Hingga napasku mampu menerpa wajahnya.
"T-tanya apa?"
"Siapa orang yang kau sukai? Apa kau menyukaiku?"
"S-suka? Apa maksudmu?"
"Kau pernah berciuman? Minimal seperti ini"
Aku kalap. Aku tidak tahan dengan sikap dinginnya. Hanya dia orang yang berani berlaku seperti itu padaku.
Terserah saja jika dia terkejut. Terserah saja jika dia kehabisan napas. Terserah! Terserah! Terserah!
Akan ku tunggu sekuat apa pertahanannya. Akan terus ku coba melesakkan lidahku padanya. Terserah jika dia menangis. Terserah! Terserah! Terserah!
"Bagaimana? Nikmat, bukan?"
Aku tahu jika tubuhnya bergetar. Bahkan air matanya telah mengalir menerjang wajah polosnya.
Aku terus menatapnya. Dia pun masih terus bergeming dengan tubuh gemetar dan air mata yang semakin deras mengalir.
Tapi, semakin lama aku menatapnya hatiku menjadi nyeri. Ada perasaan bersalah yang mencuat secara tiba-tiba.
"M-maaf!" Lirihku seraya menghapus lelehan bening di pipinya. "M-maaf!"
Sontak dia berbalik membuka pintu dan menutupnya kasar. Kenapa ini menyakitiku?
Arg!
Aku frustasi sekarang. Ku acak-acak rambutku hingga berantakan. Bahkan aku berteriak keras penuh penyesalan.
Kenapa aku melakukannya?
Bodoh!
Sialan!Berhenti--