prolog

101K 8K 1.6K
                                    

Kedua bola mata gue bergerak cepat menelusuri nama demi nama yang tertera di kertas itu. Sejak tadi mulut gue masih belum berhenti bergerak, terus-menerus melafalkan judul proposal yang gue ajukan beberapa bulan yang lalu.

Duh, lolos gak sih, gue?

Gue mulai khawatir karena sudah banyak lembaran yang terlewat, tapi judul proposal gue masih belum terlihat.

Dan ... kekhawatiran gue menjadi kenyataan. Sampai pada lembaran terakhir dari foto yang tersebar, gue sama sekali gak mendapati judul apa lagi nama ketua tim gue tercantum di sana. Bahkan setelah gue baca ulang sampai tiga kali pun, hasilnya masih sama, gak berubah.

Tetap aja gak ada.

Gue menghela napas sembari membanting diri ke tempat tidur. "Ya udahlah. Mungkin udah jalannya begitu."

Halah! Jalan apaan? Jalan buntu? Ck!

Gak, gak. Gue bukannya gak menerima kenyataan. Hanya sedikit kecewa aja.

Iya sedikit. Gak banyak-banyak.

Mungkin.

Bodo, ah!

Gak mau berpusing-pusing dengan pengumuman yang gak sesuai harapan itu, gue berniat untuk tidur. Sayangnya, gue sama sekali gak bisa tidur karena hp gue yang tergeletak di atas meja gak berhenti bergetar dan hal itu jelas gak boleh diabaikan.

Pertama, karena hp gue bisa rusak kalau terus-menerus bergetar di atas meja. Kedua, berisik. Ketiga, gue kepo.

Dengan keinginan yang hanya setengah, gue berguling ke sisi tempat tidur dan mengambil hp gue. Ada banyak chat yang masuk di LINE maupun WA. Tapi isinya semuanya kurang lebih sama—pengumuman proposal yang lolos didanai. Teman-teman gue sekadar menanyakan hasilnya karena mereka gak tau—atau pura-pura gak tau—sedangkan dosen-dosen gue sibuk memberi ucapan selamat bagi mereka yang lulus.

"Bacot banget!"

Gue gak membuka apa lagi membalas semua chat itu. Ada sih satu yang gue balas. Dari teman setim gue. Kita saling menyemangati dan bertukar energi positif biar gak sedih-sedih banget.

Tapi cuma sebatas kata-kata.

Pada kenyataannya semua itu gak memberi efek apa-apa.

Yang namanya orang lagi sedih atau kecewa itu gak butuh dihibur. Butuhnya waktu. Dan pengalih.

Setidaknya, buat gue seperti itu.

Gue baru mau menonaktifkan hp ketika tiba-tiba dosen pembimbing gue nge-chat.

Anjir. Mau ngomong apa lagi, sih?!

Jujur gue malas banget buat buka chat dari dia terlepas dari fakta kalau dia adalah pembimbing akademik sekaligus dosen yang biasa jadi tempat curhat gue. Gue tebak dia cuma mau bilang semangat dan blablablabla. Gue udah bilang kalau itu gak berguna dan gue gak butuh itu, kan?

Tapi karena gue masih sayang image dan takut dia baperan kalau chatnya gak segera gue balas, ya terpaksa gue buka.

Whatsapp

drg. Tian
Selamat, ya 😄🎉
[picture]

Heh?

Gue memperbesar gambar yang dikirim oleh beliau. Kedua alis gue nyaris bersatu saking bingungnya.

Di foto itu, ada lingkaran merah yang dia edit sendiri.

Dosbim | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang