13

30.6K 5.1K 2.4K
                                    

"Dunia penelitian, gak seterang itu, Nara."

"... seterang itu, Nara."

"..., Nara."

"Nara."

"Nara."

"Nara!"

Gue berjengit sambil menahan napas, mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan sambil menganalisis keadaan.

Kenapa kenapa? Gue di mana? Gue habis ngapain tadi?

"Nara itu airnya udah tumpah-tumpah!"

Teriakan yang cukup histeris itu membuat gue menoleh ke sumber suara, mendapati Sisil menatap horor ke arah sesuatu di dekat gue. Mengikuti arah pandangnya, gue tercengang menyadari keran air di wastafel yang gue gunakan masih terbuka dan air masih terus mengalir dari sana, sementara saluran pembuangan wastafel ini tadinya dalam keadaan tertutup dan genangan airnya sekarang sudah meluber sampai ke bawah.

"Omegat!" Gue segera mematikan keran dan menarik ujung rantai penyumbat wastafel sampai sumbatannya terbuka. Campuran air dan busa yang tadinya melimpah-ruah mulai surut secara perlahan, menyisakan sedikit busa kering yang masih butuh air tambahan.

Dari ujung mata gue bisa melihat Sisil berkacak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Lo lagi mikirin apa, sih? Masa cuci tangan aja sampai banjir begini?"

Gue melirik ke bawah, ke lantai sekitar kaki yang lumayan basah kemudian menyengir gak bersalah. "Hehe. Sorry, sorry. Gak sengaja ini."

Sisil merotasikan bola mata lalu melangkah mendekat. "Ya udah, buruan. Habis itu gantian. Gue juga mau cuci tangan."

"Iya, iya." Gue kembali memutar keran dan membilas tangan dengan air mengalir. Setelah itu gue membasuh tangan dengan alkohol sebagai sentuhan terakhir sebelum akhirnya gantian dengan Sisil.

Sambil mengangin-anginkan tangan, gue kembali teringat perkataan yang tadi membuat gue membuang-buang persediaan air bersih dunia dengan percuma, perkataan Kak Dirga di hari sebelumnya tentang dunia penelitian dan kekelamannya.

Tapi ngomong-ngomong, kayaknya kemarin itu pertama kalinya dia nyebut nama gue, deh. Biasanya kan, dia manggilnya pake 'kamu', atau 'temennya Sisil', atau pake sindiran-sindiran gak jelas yang—tunggu. Bukan itu poinnya, Nara!

Gue mendecih, merutuki diri sendiri yang mulai sering menghadirkan hal-hal aneh dalam pikiran.

Stay in your lane, Nar! Fokus!

Gue menghela napas. "Sil,"

"Hm?"

"Kalau nanti, semisal ternyata hasilnya gak sesuai rencana, kita mau gimana?"

Sisil mematikan keran, mengambil tisu lalu mengeringkan tangannya. "Ya namanya juga penelitian. Kalau hasilnya udah pasti, ngapain diteliti lagi? Kan ada yang namanya hipotesis. Hasil akhirnya bisa diterima, bisa ditolak. Bisa berhubungan ataupun gak berhubungan, bisa efektif ataupun gak efektif. Kan tujuan penelitian itu buat membuktikan."

"Iya, sih. Idealnya emang gitu. Tapi dalam kasus kita sekarang kan, hasil-hasil yang gak sesuai harapan bisa merugikan. Kita gak lagi ngerjain skripsi yang mau hasilnya bagus atau enggak dosbimnya gak bakalan protes selama semuanya udah sesuai prosedur. Kita lagi lomba, yang artinya hasilnya harus menguntungkan. Iya, kan?"

Terdiam sejenak, Sisil lalu tersenyum. "Waktu gue SMA, guru gue pernah bilang, terkait data, peneliti gak boleh bohong." Sisil membuang tisunya ke tempat sampah. Dia lalu memutar badan dan jalan lebih dulu menuju barang-barangnya di dekat pintu.

Dosbim | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang