16

25.1K 4.9K 1.7K
                                    

Dulu, waktu almarhum Ayah masih ada, beliau selalu bilang ke gue bahwa ketika ada sesuatu yang gak berjalan sesuai rencana, jangan menyalahkan sesuatu selain diri sendiri. Jangan menyalahkan orang lain, jangan menyalahkan keadaan, apa lagi sampai menyalahkan Tuhan. Yang terakhir itu, jangan sekali-kali. Karena kata Ayah, semua yang baik itu datangnya dari Tuhan, dan semua yang gak baik itu datangnya dari selain Tuhan. Makanya, sejak tadi malam sampai sekarang, gue masih sibuk mencari tau apa yang salah dari gue sampai Tuhan masih belum kunjung mengabulkan permintaan gue.

Biasanya doa ini manjur. Kenapa sekarang gak, ya? Padahal doanya sama aja kayak biasanya. Tapi kenapa sampai sekarang Kak Dirga masih muncul-muncul juga? Gue habis ngapain sampai dapat kesusahan semacam ini?

Gue menelaah kembali salah satu permintaan yang selalu gue panjatkan setiap habis solat, untuk dijauhkan dari orang-orang yang gak baik buat gue, dan dijauhkan dari orang-orang yang berniat jahat ke gue.

Gak, kok. Bener itu kata-katanya. Terus salahnya di mana, ya?

Gue masih terus merenungi hari-hari yang telah gue lewati, sampai-sampai gue gak sadar kalau gue sudah sampai di lokasi. Kalau bukan karena Nana yang menepuk-nepuk punggung tangan gue yang tersampir di bahunya, mungkin gue masih lanjut mengintrospeksi diri sampai detik ini.

"Nyebut coba," ucap Nana ketika gue mau menyerahkan helm.

"Hah?"

"Nyebut aja."

"Astag ... firullah?"

Kedua alis Nana kontan menukik tajam. "Bukan kakak gue ya lo? Heh! Siapa di dalem? Keluar gak?!" Nana nyaris melepas helmnya kalau saja gue gak buru-buru menoyor kepalanya.

"Apaan sih, lo? Gue Nara kali! Astagfirullah. Audzubillahiminassyaitonirrojim! Tuh! Setan mana yang minta dilindungin dari setan lain?"

Nana yang hampir kehilangan keseimbangan memberenggut. "Ya gak usah ngegas juga kali. Salah siapa dari tadi dipanggilin gak nyaut-nyaut? Ya gue kira kesambet lah!"

Gue memutar bola mata malas. "Kebanyakan nonton YouTube sih lo! Makanya kalau malam tuh tidur, bukannya streaming!"

"Iya bawel," sungutnya. Nana mengambil helm yang tadi gue pakai lalu menyalakan mesin motornya, bersiap untuk pulang kembali ke rumah. Tapi ketika lapangan pandangnya berganti, cara pandangnya juga ikut berganti.

Hng? Kenapa?

Gue mengikuti arah pandang Nana, berujung menghela napas lelah ketika mendapati gak jauh dari sini, Kak Dirga sedang berdiri dan melihat kemari.

Same situation, different feeling. Nice.

Ada sesuatu yang berbeda dari saat terakhir kali kita ketemu. Gue gak terlalu memperhatikan karena gak berminat untuk menafsirkan. Tapi yang jelas, tatapannya kali ini gak sama dengan tatapannya tempo hari.

I'll get a call in three ... two ... o-

"Kak," panggil Nana.

Told ya.

Gue menolehkan kepala, mencoba bersikap biasa walau sebenarnya gue sudah malas meladeni Nana lantaran gue tau apa yang sekarang ada di pikirannya. "Kenapa?"

"Hati-hati, ya."

"Hm."

"Telpon gue kalau ada apa-apa."

"Iya."

"Balik dulu."

"He'em."

"Assalamualaikum."

Dosbim | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang