21

26.7K 4.2K 1.4K
                                    

"Waalaikumsalam."

"Waalaikumsalam."

"Waalaikumsal—"

"Waalaikums"

"Waalaik"

"Waal"

Aaaaaa!!!

Gue meremas rambut sendiri lalu membasuh muka berkali-kali.

Gak, gak, gak! Gak gitu maksudnya! Yang tadi pasti bukan itu maksudnya! Udah! Lo gak usah mikir macem-macem! Asumsi lo gak bener! Asumsi lo salah! Gak mungkin itu maksudnya!

Menahan napas sejenak, gue mengembuskannya perlahan. Gue lalu memejamkan mata, membasuh muka gue sekali lagi lalu menyugar ke belakang sebelum akhirnya benar-benar keluar dari kamar mandi.

Ah, iya. Maaf. Gue tadi sempat hilang kendali. Tempat-tempat privat yang mengizinkan diri untuk sendiri memang rentan membuat pikiran dimasuki, menghadirkan spekulasi-spekulasi yang kadang gak masuk akal dan ujung-ujungnya malah membodohi diri sendiri. Sekarang gue mengerti kenapa para orang tua selalu bilang kalau gak baik berlama-lama di kamar mandi. Ternyata, kamar mandi memang se-berbahaya ini.

Menggesek-gesekkan kaki di atas keset, gue memperhatikan keadaan sekitar. Sisil sedang main hp di atas tempat tidur Dahlia, sementara yang punya tempat tidur sekarang sedang memperhatikan gue dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Buset. Ibu habis cuci muka apa mandi, Bu? Sampai basah seluruh badan begitu."

"Tck, berisik."

Gue mengabaikan Dahlia yang menatap gue penuh tanya, memilih menghampiri Sisil yang sedang bergoler ria di tempatnya. Gue kemudian mengambil tempat di ujung kasur yang berhadapan langsung dengan kipas angin, berharap supaya baju gue—yang ikut basah karena ulah gue di kamar mandi tadi—jadi cepat kering.

Oh, iya. Sekadar informasi, sekarang gue sedang di tempat Dahlia, di kamar kosnya tepatnya. Kita bertiga memang sepakat untuk latihan di sini hari ini. Kebetulan tempatnya memang di tengah-tengah kalau dibandingkan dengan rumah gue atau rumah Sisil. Dan kebetulan lagi, lokasinya paling dekat dengan kampus. Jadi gue gak perlu menempuh perjalanan yang jauh setelah agenda mengobservasi tadi.

"Eh, Gengs, Gengs!" Sisil segera mendudukkan diri. "Gue dapat info kalau katanya monev hari ini mau diperpanjang soalnya besok reviewer-nya mau balik siang!"

"Hah? Masa, sih? Kata siapa?" tanya Dahlia.

"Itu, Lala barusan chat gue. Jadwalnya dia kan sama kayak kita, besok juga. Tapi karena ada informasi itu, dia jadi nanya gue, tim kita gimana? Ke kampus juga apa nunggu besok aja?"

"Dia sendiri dapat info dari mana?"

Sisil menggeleng, lalu menoleh ke gue. "Menurut lo gimana, Nar?"

"Ha? Kok nanya gue?"

"Ya ... kali aja lo punya pendapat?"

"Gak ada."

Sisil kontan merengut . "Ih, Nara mikir dulu, dong! Jangan langsung main gak ada gak ada aja!"

"Lah? Ya ... ya emang gak ada, Sil. Gue kan cuma follower. Mana gue tau harus ngapain?"

"Kak Dirga gak ada ngomong apa-apa gitu sama lo?"

Ha?

Gue mengernyit, lalu menggeleng pelan. "Kenapa jadi Kak Dirga?"

"Ya kan Kak Dirga pasti di sana."

"Emang Dokter Tian gak di sana?"

"Bisa jadi enggak!" Sisil menyatukan dua telapak tangannya, tampak yakin sekali dengan jawabannya. "Soalnya Dokter Tian kan orang sibuk. Bentar-bentar di sini, bentar-bentar di sana. Urusannya banyak dan di mana-mana. Kalau Kak Dirga, kan lo pernah bilang kalau dia yang ngantar jurinya ke mana-mana. Jadi harusnya dia tau dong kalau emang ada apa-apa?"

Dosbim | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang