5

34.5K 5.6K 921
                                    

Suara gesekan antara kertas dan printer menjadi melodi yang mengiringi aktivitas gue pagi ini. Meneguk kopi susu yang tersisa, gue kembali menumpukan kepala di atas meja. Nyatanya dua cangkir minuman instan—yang katanya berkafein—itu masih gak mampu membuat kesadaran gue terjaga. Bahkan langit sudah cerah di luar sana. Tapi mata gue rasanya masih terlalu berat untuk membuka.

Semua ini gak lain dan gak bukan adalah gara-gara Kak Dirga. Gue gak paham lagi dengan kadar menyebalkan yang dia punya. Sumpah, dia kalau ngasih deadline itu suka gak kira-kira.

Kemarin, semua berjalan sesuai dengan apa yang sudah gue dan Sisil jadwalkan. Awalnya gue kira gue bisa istirahat dengan tenang setelah sampai di rumah. Sayangnya, ekspektasi memang nyaris gak pernah sesuai realita. Sekitar pukul 8 malam gue dapat chat dari Sisil yang bilang kalau Kak Dirga mau besok—alias hari ini—draft paten sudah ada.

Kalian tau apa artinya?

Waktu pengerjaan yang dia kasih kurang dari 15 jam.

Gue ulangi, KURANG DARI 15 JAM!

Tapi masalah utamanya bukan hanya persoalan waktu. Kalau cuma soal itu, kejadian ini masih belum seberapa. Gue pernah baru mulai mengerjakan tugas paper dua bahkan satu jam sebelum tugas itu dikumpulkan.

Masalah utamanya adalah sediaan yang gue dan Sisil rencanakan masih belum jadi dan hewan uji kita bahkan masih dalam tahap perkembangan penyakit.

TERUS YANG MAU DIPATENKAN TUH APA?!

Semalam gue cuma bisa memberi sedikit rasionalisasi ke Sisil tentang komando aneh dari Kak Dirga itu. Tapi yang namanya dosen, pasti gak mau kalah dari mahasiswanya. Ujung-ujungnya dia tetap mau berkas-berkas paten itu sudah siap besok, termasuk draftnya. Katanya urusan hasil bisa ditambah belakangan, karena latar belakang yang gue buat pun belum tentu bakalan langsung di-acc sama dia.

Pada akhirnya gue harus mengorbankan waktu istirahat gue untuk mulai menyusun draft paten yang dia minta, membuat gue terjaga sepanjang malam dan baru selesai sekitar tiga puluh menit yang lalu.

Ya Allah, kenapa sih ada makhluk macam dia di muka bumi ini? Kayaknya dosen di fkg gak ada yang serese dia, deh!

Begitu printer gue gak bersuara lagi, gue akhirnya mengangkat kepala, mengambil kertas-kertas itu lalu menyusunnya dengan baik dan gue masukkan ke dalam map. Sekon berikutnya hp gue bunyi, ada panggilan masuk dari Sisil.

"Hm, iya kenapa, Sil?" ucap gue setelah sebelumnya menguap lebar.

"Lo baru bangun ya, Nar? Gimana? Udah siap berkasnya?"

"Ya belumlah! Semalam gue fokus buat latar belakang sama printilan-printilannya. Tau sendiri draftnya ribet kayak makalah. Udahlah, yang lain kan gampang. Nanti di kampus juga bisa. Cuma biodata sama blablabla doang."

"Ya udah, deh. Habis ini langsung ke kampus, ya? Kita ketemu di lab aja. Gue mau ngecek keadaan hewan-hewannya dulu sebelum naik."

"He'em."

"Oke, Nar."

Setelah itu sambungannya terputus.

Mendudukkan diri di tepi tempat tidur, gue menggeleng cepat lalu menepuk kedua pipi, berniat mengusir kantuk yang sejak tadi gak kunjung pergi. Sepertinya gue harus segera mandi sebelum badan gue oleng ke kasur dan berakhir di pulau mimpi.

Gue berdiri, mengambil handuk lalu keluar dari kamar. Gue mendapati Nana di ruang tengah, sibuk sama laptopnya. Ekspresinya kelihatan serius. Satu tangannya menjadi tumpuan dagu, pandangannya fokus ke layar dan kedua alisnya sesekali merespons dengan gerakan-gerakan minimalis pertanda ada sesuatu yang menarik di sana. Dia sedang menonton Youtube.

Dosbim | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang