#enam

69 3 0
                                    

Assalamu'alaikum​ readers.
Hai..hai..hai.. I'm back again.

Cuap-cuapnya dibawah aja ya, sekarang biar kalian enjoyed dulu bacanya. Woke?

So, happy reading 😊

-------------------------------------------------------------

Alunan nada Indonesia Raya bergema keseluruh liku-liku sekolah. Menandakan bel masuk sekolah. Seluruh siswa yang berkeliaran segera masuk ke ruang kelas mereka masing-masing. Begitupun aku, aku mempercepat langkahku menuju ruang kelasku. Karena kejadian tadi pagi aku jadi terlambat pergi sekolah.

Aku melangkah masuk kelas. Ekspresi terkejutlah yang terpasang di wajahku sekarang. Pasalnya kelasku yang kemarin seperti pasar lauk, kini jauh lebih tertib. Setiap mulut yang ada masih saja mengeluarkan suara dan setiap kaki yang ada juga tetap melangkah, namun masih sebatas kewajaran. Tidak menggila seperti waktu itu. Salutlah buat kelasku.

Aku mendaratkan pantatku di kursiku. Duduk tenang dengan melipat kedua tanganku di atas meja. Aku juga menempelkan keningku tepat ditumpukkan kedua lenganku.

Seseorang menepuk pundakku, menyadarkanku yang tengah hanyut dalam duniaku sendiri. Memikirkan kondisi yang tengah terjadi antara aku dan daddy--diam diaman. Tadi itu kali pertama aku dan daddy tidak saling membuka mulut saat di mobil.

Tangan yang menepuk pundakku masih tetap menempel di tempatnya tanpa kuhiraukan. Perlahan, tangan itu meremas bahuku keras namun lembut. Sangat menenangkan. Aku menikmatinya hingga tangan itu menjalari kedua bahuku, hingga punggung dan leherku. Oh, nikmatnya.

Tanpa mengubah posisi, aku tetap menikmati setiap remasan yang tepat di punggungku. Tidak peduli tangan siapa itu, yang pasti tangan itu sangat menenangkan diriku, memberiku kekuatan. Namun seiring dengan ucapan salam seseorang, tangan itu menghilang. Dengan sigap aku mengangkat kepalaku dan melihat seorang wanita muda di depan kelas.

"Ini kelas X.MIPA.3?" Dan setelah kami membenarkan beliau melanjutkan. "Tadi Bu Reva berpesan, beliau akan telat masuk kelas. Untuk itu kalian jangan ribut ya." Kami pun serempak mengiyakan.

Setelah kami mengucapkan terimakasih, wanita itu melangkah keluar kelas. Aku pun bangun dan hendak ke toilet. Bukannya tidak ada yang mau menemaniku. Tetapi untuk perihal yang satu ini, aku lebih memilih sendiri.

Ketika hendak kembali ke kelas, aku melihat wali kelasku dari kejauhan. Beliau membawa banyak barang-barang perlengkapan kelas. Sepertinya, Bu Reva kesulitan. Karena itu aku handak menghampiri dan membantu beliau. Namun aku kalah cepat dengan seorang cowok blasteran, yaitu Kevin.

Entah darimana asalnya aku pun tidak tahu. Yang jelas, kini dia sudah berjalan mengiringi Bu Reva sambil membawakan barang-barang​ tersebut. Dasar pencuri perhatian.

*****

"Kalian mau mengatur duduk sendiri atau saya yang nentukan?"

"Saya Aldi Hasibuan dari kelas X.5." Bu Reva mengangguk. "Saya lebih memilih pilih sendiri buk. Alasannya kami sudah besar, sudah pasti bisa menentukan yang terbaik untuk diri kami sendiri. Lagi satu, kami bisa belajar bertanggung jawab dengan pilihan yang kami buat."

Bu Reva pun tersenyum mendengarkan. "Akhirnya ada juga kelas lain yang absen." Beliau terkekeh dan melanjutkan. "Oke. Selanjutnya perwakilan dari pilihan saya yang menentukan, ada?"

Aku mengangkat tangan untuk berkomentar. Namun, tepat di sampingku Kevin juga mengangkat tangannya dan masih ada beberapa orang, cukup banyak. Aku berucap syukur dalam hati. Dengan begitu, akan kecil kemungkinan Kevin duduk sebangku dengan Nina lagi. Namun dibalik itu, juga kecil kemungkinan aku bisa duduk dengan Nina untuk pertama kali.

Satu Cinta Menghancurkan SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang