#duapuluhsatu

23 1 0
                                    

Happy reading 😊

Kembaliku melanjutkan. "Jadi kalau kamu ingin bersama Kevin, silahkan. Aku gak bakal menghalangi kalian lagi."

"Seperti saat ini. Aku berdiri di antara kalian dan menghalangi kalian. Tapi sekarang gak lagi, sekarang berbeda. Aku akan pergi dari posisiku sekarang, supaya kalian bisa bersatu. Aku harap kalian bahagia."

~~~

Aku memutar tubuhku ke sisi kanan membelakangi Kevin dan Nina yang tengah berhadapan. Aku ingin pergi, berlalu meninggalkan mereka. Namun saat kakiku akan melangkah Kevin mencekal lengan kananku.

"Lepasin Vin!" Ujarku tegas--berusaha menghindari suara isakan.

Kevin tetap mencekal lenganku. Alhasil aku menghentakkan tanganku agar terlepas, dan itu berhasil. Tangan Kevin yang tidak begitu kuat terlepas begitu saja. Aku bersyukur, kini aku bisa lepas dari situasi ini.

Aku kembali melangkahkan kaki, namun kini tangan kiriku yang dicekal. Tangan satu ini berbeda dengan tangan sebelumnya--begitu halus dan lembut. Seketika rasa seperti sengatan listrik menjalar di tubuhku. Aku melirik tanganku. Dan benar saja tanganku dicekal oleh Nina.

Desakan air mata semakin membuat mataku perih. Aku memejamkan mata seiring dengan tetesan air mata yang melolos. Aku menekan sudut mataku dengan telunjuk dan jempol tangan kananku.

Kevin menangkap lenganku yang kuayun dari atas. Kini kedua lenganku ditahan oleh kedua sahabatku. Apa aku bisa dari sekarang?

Harus bisa! Ya, aku harus bisa. Bagaimanapun caranya aku harus hengkang dari hadapan mereka. Bagaimanapun caranya, sebelum pertahananku luruh dan hancur.

Setelah menghirup nafas dalam dan menghembuskannya kasar. Lalu kuhentakkan tanganku. Dengan sekali sentakan keras, kedua genggaman itu terlepas dari tanganku. Aku langsung berlari meninggalkan mereka. Tidak peduli teriakan mereka yang memanggilku berulang kali. Tanpa menunggu lama aku tiba di rumah, lebih tepatnya di kamarku.

BLAM!!!

Bunyi pintu kamar yang terhempas. Aku melompat ke kasur king size-ku dan menggulung diri dengan bed cover. Hanya ujung rambutmu yang terlihat dari luar. Persis seperti kepompong.

Selang beberapa waktu pintu yang aku banting kembali terbuka. Aku yakin itu mommy. Bunyi hempasan keras tadi pasti membuat beliau cemas. Hingga beliau datang kemari.

Ranjang tidur bergerak karena mommy mendudukinya. Sebelum mommy bertanya apapun, aku berucap duluan. "Mom, tinggalin Andre sendiri ya." Aku memang tidak ingin diganggu jika kalut seperti ini. Cukup biarkan aku menyendiri dengan tenang, maka nanti aku akan baik sendiri.

Mommy memang mommy terbaik. Beliau selalu paham dan mengerti kondisiku. Buktinya sekarang, beliau berlalu meninggalkanku seperti yang kuminta. Itu terbukti dari pintu kamar yang tertutup pelan.

Di luar kamar aku mendengar mommy tengah berbicara dengan daddy. Sepertinya daddy juga khawatir akan kondisiku, namun berkat mommy, daddy kembali tenang. Mommy berhasil meyakinkan daddy kalau aku akan baik-baik saja.

Oke, aku bisa tenang sekarang.

*****

Aku menggeliat. Tapi kenapa tubuhku susah digerakkan? Seperti terikat kuat. Aku membuka mataku perlahan. Kok gelap ya? Hanya bayangan hitam dan kelam yang menyambutku. Tubuhku juga basah, basah oleh keringat yang menyembul ke permukaan kulit. Panas sekali. Oh my, ada apa ini?

Satu Cinta Menghancurkan SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang