#tigapuluhsatu

17 1 0
                                    

Hai, assalamu'alaikum.
Siap lanjutkan? Ini dia part #tigapuluhsatu.

Happy reading 😊

-----------------------------------------------------------

Hari ini kondisiku sudah lebih baik. Aku sudah bisa berkeliling rumah dengan kursi rodaku. Ya, aku masih memakai kursi roda itu untuk menyangga tiang infusku. Nafsu makanku belum tumbuh sama sekali, karena itulah aku rela untuk dipasangi infus.

Kalau di sekolah aku punya pengawal dan perawat pribadi, lain halnya di rumah. Kalau di rumah aku memiliki segalanya. Mommy, beliaulah segalanya bagiku. Beliau dengan senang hati akan menjaga sekaligus merawatku setulus hati. Tanpa perlu bantuan siapapun. Daddy sudah menawari untuk ditemani seorang perawat saja, namun mommy menolak tegas.

Mommy trauma karena kelalaian perawat waktu itu. Beliau kecewa. Kalau dipikir-pikir bukan salah perawat itu juga, tapi aku. Akulah yang bersikeras minta ditinggalkan berdua dengan Kevin. Sedang perawatan itu hanya menuruti permintaanku. Siapa sangka kalau kemalangan itu akan terjadi?

Semakin lama di rumah, membuatku merasa bosan. Tidak ada kegiatan sama sekali. Menyentuh ponsel pun aku tidak berminat sedikitpun.

Aku duduk di balkon kamar bersama mommy. Seperti yang aku katakan, mommy selalu setia di sampingku. "Mom, Andre bosan. Besok Andre masuk sekolah, ya?"

Mommy meraih kursi rodaku dan memutarkan untuk mengahadap ke arahnya. "Jangan dulu sayang, kamu harus istirahat sampai benar-benar sembuh."

"Tapi mom, Andre bosan banget."

"Sabar ya, sebentar lagi aja." Mommy tersenyum simpul.

Aku merengek pada mommy. Biasanya setelah aku merengek, mommy akan luluh dan menuruti permintaanku. "Ayolah mom. Kalau Andre kelamaan libur sekolah, Andre bisa ketinggalan pelajaran. Lagian bentar lagi juga mau ujian. Mommy gak pikirin itu?"

"Kamu itu baru libur beberapa hari. Mommy yakin kamu bisa mengejar ketertinggalannya. Karena mommy tau kemampuan anak mommy ini." Mommy mencolek daguku. "Jadi kamu istirahat dulu ya. Kalau kamu bosan, sana main sama Kevin di bawah."

"Kevin?"

"Iya, dia ada di bawah."

Gila tuh anak. Gua yang sakit, malah dia yang enak-enakan libur.

"Oke, Andre mau main sama Kevin. Mommy jangan ganggu kami ya."

Di Ruang Tamu...

"Hah! Serius lu? Hasil ujian udah keluar? Dan gua lagi number one? Woho!" Kevin bersorak kegirangan. Eits, tunggu-tunggu. Tadi mereka bahas apa? Hasil ujian? Itu artinya….

"Vin,--" Kevin menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arahku. Setelah itu kembali berbincang dengan lawan bicaranya sampai sambungan terputus. "--siapa?" Kevin termangu mencerna pertanyaan ambigu dariku. Mengerti kebingungan Kevin, aku mengangkat dagu ke arah ponsel yang digenggamnya.

"Oh, ini Rangga. Dia bilang hasil ujian gua udah keluar dan gua peringkat pertama lagi, Bong. Yes!" Kevin mengangkat tangannya ke udara.

Kevin tersenyum singkat. "Selamat kalau gitu. Tapi, itu yang keluar hasil ujian lu aja? Bukan ujian kita?"

Kevin menatapku tajam. Dan kemudian terdiam. "Sorry, Bong. Gua lupa, kalau lu…."

"Iya, aku paham sekarang. Maaf." Aku menyadari kekeliruanku. Ini bukan salah Kevin, jadi tidak seharusnya aku marah dan menumpahkan kekesalanku padanya. "Vin, emang berapa lama aku koma?" Nada bicaraku menurun satu oktaf.

Satu Cinta Menghancurkan SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang