#sebelas

38 2 0
                                    

Gimana cast yang udah aku siapkan? Sesuai dengan ekspektasi kalian semua? Hah tidak? Itu artinya kita tidak sehati dong.

Hm, tak apalah. Yang penting kalian baca aja ceritanya. Mau siapa pun yang kalian bayangin buat jadi cast-nya, ndak masalah kok. Semua orang bebas berimajinasi bukan?

Oke, cukup sudah basa-basinya. Yuk lanjut, ke part selanjutnya.

Happy reading😊

-----------------------------------------------------------

Aroma yang tidak sedap menyelinap masuk kedalam hidungku. Memancing lonjakan-lonjakan aneh dalam perutku. Lonjakan seperti ingin mendorong sarapan tadi pagi keluar.

"Lu kalau mau muntah, muntah aja Bong. Tempatnya cocok kok. Kecuali, lu masih diranjang gua. Gua tonjok lu kalau sampai muntah." Kevin terkekeh karena candaannya sendiri.

Nina menatapku cemas. "Kamu gak papa Bong?"

"Gak tau nih, perut aku kayak main trampolin gitu. Kadang melompat naik, kadang down turun."

Nina mendekatiku. "Ya udah, kamu tunggu di luar aja ya. Biar hukumannya aku sama Kevin aja yang nyelesaiin."

Belum sempat aku merespon, Kevin sudah protes duluan. "Gak bisa gitu dong Nin. Kitakan udah dapat bagian masing-masing, ya harus dikerjainlah."

Ekspresi Nina berubah, seperti... Marah mungkin? Dia menatap Kevin. "Kamu gak kasihan Vin? Liat tuh mukanya Andre pucat gitu." Nina menunjuk ke arahku dan menatap Kevin lagi. "Kalau kamu gak mau, gak papa kok. Kamu selesaikan aja tugasmu. Setelah itu biar aku yang kerjain tugasnya Andre."

Kevin tertunduk. "Maaf deh." Setelah itu ia melangkah mendekatiku dan membawaku keluar dari toilet yang super duper wanginya itu.

Itu dia, toilet. Aku dan dua sahabatku ini, sekarang tengah berada di toilet siswa. Bukan untuk panggilan alam kami, melainkan menjalani hukuman. Karena apa? Karena kita terlambat.

...flashback on...

"KEVIN! ANDRE!"

Tanpa ba.bi.bu lagi, aku dan Kevin segera menghampiri Nina di kamar sebelah. Sangat terburu-buru. Hampir saja aku tergelincir di lantai untuk kedua kalinya. Beruntung Kevin berhasil menyelamatkanku.

Pintu kamar terbuka dan mata kami berdua kontak langsung dengan mata Nina. Nina duduk di kasur sambil memegang handphone-nya.

"Ada apa?" Tanyaku dan Kevin bersamaan.

Nina tidak menjawab. Ia hanya membalikkan ponselnya menghadap ke arah aku dan Kevin. Aku jadi tidak mengerti. Tentu saja, ponsel itu hanya menampilkan wallpaper-nya. Tidak ada yang aneh sama sekali. Alhasil aku dan Kevin menggeleng-geleng saja.

"Liat jamnya!" Teriak Nina lagi. Untungnya tidak sekeras tadi.

Spontan, aku dan Kevin mengikuti perintah Nina. Alangkah terkejutnya aku ketika melihat layar ponsel itu menunjukkan jam, 07.07 WIB.

Merasa tidak percaya, aku mengeluarkan ponselku. Dan ternyata jamku malah menunjukkan pukul, 07.17 WIB.

Tidak aneh, karena jamku memang lebih cepat 10 menit. Itu berarti emang benar jam tujuh lewat.

"Tapi alarm yang kukunci jam enam kurang seperempat, baru bunyi kok. Makanya aku bangun." Komentarku masih tidak percaya.

Tiba-tiba saja Kevin berdehem. "Hm, bong. Sebenarnya alarm lu udah bunyi dari tadi. Tapi gua gedeg, gua matiin aja lagi." Kevin diam sejenak. "Terus gua atur ulang deh jam tujuh pas. Niatnya sih mau ngerjain lu, tapi ternyata..."

Satu Cinta Menghancurkan SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang