Adriella mencengkram seragamnya. Sial, penjelasan Ibu Kirana tentang syair-syair dan puisi sama sekali tidak ada yang menempel di otak Adriella.
Perutnya yang keram akibat tamu bulanan membuat ia tidak bisa berfokus pada pelajaran.
Beruntung ia duduk di barisan paling belakang. Jadi, kemungkinan Bu Kirana menangkap basah ia tidak memperhatikan pelajaran lebih sedikit.
Adriella mengumpat dalam hati. Gadis itu merasakan cairan yang mengalir dari bagian bawahnya. Ia lupa memasang pembalut wanita pula pada pakaian dalamnya.
Adriella menggigit bibir. Lalu, sekarang bagaimana?!
Sebenarnya, koperasi sekolahnya menyediakan pembalut wanita. Tetapi, masalahnya penjaga koperasi sekolahnya adalah guru laki-laki! Yah ... walaupun guru itu berperilaku seperti wanita, tetap saja dia laki-laki bukan?! Adriella malu.
"Gita!" Adriella memukul bahu teman perempuan di depannya.
Gadis berkepang dua dan berkacamata yang namanya baru saja dipanggil Adriella itu berbalik. Ia mengangkat sebelah alisnya.
"Lo ada pembalut nggak?" bisik Adriella. Ia melirik kiri dan kanan. Berharap agar teman laki-lakinya tidak mendengar.
"Ada, tapi nggak panjang. Nggak takut bocor?"
Adriella berbinar. Oh, Gita penyelamat hidupnya hari ini.
"Boleh, boleh, mana?" Adriella mengangguk-angguk kencang.
Gita membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan sebuah kantong plastik hitam.
Adriella mengambilnya dengan sembunyi-sembunyi. Ia hanya berharap tidak ada satupun teman sekelasnya yang melihat! Jika ada, maka ia akan malu setengah mati.
"Makasih," bisik Adriella pada Gita. Gita mengangguk pelan dan kembali memperhatikan penjelasan Bu Kirana.
Adriella memasukkan pembalut itu ke dalam sakunya. Ia berdiri dan berjalan dengan takut-takut ke depan. Tangan kanannya pura-pura memegang rok bagian belakangnya. Siapa tahu darahnya menembus roknya.
"Ibu ... ke toilet ya?"
Ibu Kinanti yang sedang asyik menjelaskan itu berhenti berceloteh. Ia melirik Adriella dari balik kacamata jadul-nya.
"Mau ngapain?" tanya guru itu ketus.
Adriella meneguk ludahnya susah payah. Sial, mau bilang apa dia? Masa bilang mau ganti pembalut?! Nanti, akan terdengar oleh teman-teman sekelasnya. Ia pasti ditertawakan, terutama oleh teman lelakinya!
"Anu...." Adriella menggaruk-garuk rambutnya.
"Anu apa?!"
Adriella berjengit. Bentakan dari Bu Kinanti membuat gadis itu takut.
"Ganti pembalut, Bu." Adriella mendesah, akhirnya ia mengatakan hal memalukan itu. Telinganya bisa mendengar cekikikan dari beberapa teman lelakinya.
Dasar, mereka semua benar-benar minta ditinju oleh Adriella! Beraninya menertawakan singa betija yang baru bangun!
"Oh, silahkan." Bu Kinanti mengangguk.
Adriella menunduk dan menutupi wajahnya yang merona akibat malu dengan poni panjang.
Sampai keluar kelas, ia bisa mendengar teman lelakinya yang bersiul dan tertawa menggoda.
Adriella menggertakkan gigi. Lihat saja mereka!
***
Adriella mendesah pelan menatap bayangan dirinya di cermin. Wajahnya masih terlihat pucat. Ditambah rambutnya yang berantakan membuat penampilan Adriella semakin kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gamon Boyfriend ✔️
Roman pour Adolescents"Gue yakin bisa gantiin Meredith di hati lo." Calson tertawa meremehkan. "Let's see, kalo berhasil gue nikahin lo langsung." Adriella Ornetta Halim, gadis misterius SMA Cahaya dengan bola mata biru yang sangat indah. Dengan kecantikannya itu, seharu...