"Hmmph!"
Adriella berbalik ketika mendengar suara napas tertahan.
PRANG!
Ketika berbalik, gadis itu menjatuhkan gelas kaca di tangannya. Ardhira tengah terduduk lemas di lantai sambil memegang dadanya.
"Ardhira!" teriak Adriella sambil berlari mendekati kembarannya tanpa memedulikan pecahan kaca yang berserakan di lantai.
Ardhira hanya bisa melihat kembarannya sekilas. Dia kesulitan bernapas, asmanya kambuh, dan ia lupa menaruh obatnya di mana.
Adriella dengan panik merangkul bahu Ardhira dan menyeret gadis itu ke ruang tamu. Ia mendudukkan Ardhira di sana. Ardhira tampak pucat, gadis itu terus megap-megap, berusaha menghirup udara, dadanya begitu sesak.
"Obat lo mana?!" Adriella bertanya dengan panik sambil terus membuka laci-laci untuk mencari obat asma milik kembarannya.
"D-driell! Gu-gue ... dada g-g-gue se-sak...," lirih Ardhira terbata-bata. Napasnya terputus-putus, matanya mulai berair karena paru-parunya terasa begitu sakit.
Adriella sangat panik ketika mendengar lirihan Ardhira. Ia tidak bisa menemukan obat Ardhira.
"Kita ke rumah sakit!" Adriella mengambil kunci mobilnya segera. Ia berlari tergopoh-gopoh mendekati Ardhira yang berusaha untuk menghirup udara.
Dirangkulnya bahu Ardhira dan gadis itu membawanya masuk ke dalam mobil.
"Bertahan Ardhira...."
***
Adriella tengah berjalan mondar-mandir di lorong rumah sakit. Tadi Ardhira segera di bawa masuk ke dalam UGD karena ketika dalam perjalanan gadis itu tidak sadarkan diri.
Adriella sangat cemas. Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri karena lalai menjaga Ardhira. Ia juga menyalahkan dirinya sendiri, seandainya ia membawa Ardhira ke rumah sakit lebih cepat.
Adriella menggigit kuku jempolnya. Hal yang biasa ia lakukan ketika sedang panik.
Gadis itu lalu berjalan mendekati deretan kursi besi yang terletak di dekat ruang Ardhira. Ia duduk di sana.
Adriella memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya pada dinding. Kenapa dokter lama sekali di dalam? Apa Ardhira baik-baik saja?
"Hai...."
Sapaan dan tepukan seseorang membuat Adriella terperanjat dan refleks membuka matanya.
Seorang gadis tengah tersenyum ramah padanya. Adriella mencoba mengingat gadis yang tengah berdiri di depannya itu. Ia seperti mengenalnya, tetapi ia lupa.
"Lo anak SMA Cahaya, kan?" tanya gadis itu lalu duduk di samping Adriella.
Adriella hanya mengangguk singkat.
"Elo Adriella bukan? Yang pacarnya Calson itu."
Adriella terdiam mendengar pertanyaan gadis itu. Hatinya sedikit tercubit mendengar pertanyaan itu. Kepalanya kembali berputar, mengulang rekaman-rekaman peristiwa yang ia alami bersama Calson.
"Udah mantan," jawab Adriella cuek.
Gadis itu membulatkan matanya. Ia berdeham karena merasa tidak enak hati.
"Ma-maaf," ucapnya merasa bersalah.
Adriella mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gamon Boyfriend ✔️
Genç Kurgu"Gue yakin bisa gantiin Meredith di hati lo." Calson tertawa meremehkan. "Let's see, kalo berhasil gue nikahin lo langsung." Adriella Ornetta Halim, gadis misterius SMA Cahaya dengan bola mata biru yang sangat indah. Dengan kecantikannya itu, seharu...