"Minum dulu yuk." Calson tiba-tiba menarik Adriella masuk ke dalam salah satu kedai kopi terkenal.
Adriella tersentak ketika Calson tiba-tiba menarik tangannya. Tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah menerima, seperti biasanya.
Calson membawa gadis itu menuju sebuah meja dengan dua kursi kecil. Calson memegang salah satu bahu Adriella dan menekannya, membuat Adriella terduduk di atas kursi.
"Mau ngapain sih?"
"Ya, minum lah." Calson menggeleng pelan.
Adriella mendengus sebal. Ia melipat tangannya di dada dan menatap lurus ke depan.
"Jangan cemberut terus, gue cium ya," ujar Calson tiba-tiba.
"Iya, Calson! Iya!" Adriella menggertakkan giginya dan berusaha tersenyum walau sebenarnya ia dangat enggan melakukan itu.
"Gue pesen dulu deh ya." Calson berbalik dan berlalu pergi.
Adriella tidak menanggapi ucapan Calson. Gadis itu hanya memandang lurus punggung Calson yang perlahan menjauh.
Adriella mengalihkan pandangannya dari layar ponsel ketika ia menyadari ada seseorang mendekati mejanya.
"Calson?"
Calson tersenyum tipis menanggapi Adriella.
"Minumannya?" tanya Adriella.
"Entar dipanggil."
"Yaudah deh." Adeiella mengedikkan bahunya lalu kembali menatap ke layar ponsel.
Calson menarik kursi di hadapan Adriella dan duduk di atasnya.
Lelaki itu menopang dagu dan menatap Adriella lekat.
Adriella bergerak tidak nyaman karena gadis itu merasa ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya.
Ia meneguk ludahnya dengan susah payah dan perlahan mengalihkan pandangan dari ponsel.
Adriella merasa jantungnya seperti berdetak. Wajah Calson berjarak sangat dekat dengan wajahnya.
"Kok terkejut?" tanya Calson.
"Gimana nggak terkejut! Muka lo tiba-tiba ada di depen muka gue!" Adriella menatap Calson kesal.
"He he. Soalnya muka lo cantik sih, gue jadi nggak bisa berhenti buat liatin lo terus," ucap Calson sambil mengulum senyumnya.
Adriella terdiam mendengar ucapan Calson. Gadis itu bisa merasakan jantungnya yang mulai berdetak sangat cepat dan rasa panas mulai menjalar ke wajahnya.
"Calson...," lirih Adriella. Lalu, gadis itu menunduk malu.
"I—"
"Mrs. Leonathan."
Panggilan seseorang membuat Calson menghentikan ucapannya dan berbalik.
"Bentar ya. Gue ambilin kopi lo dulu."
Jantung Adriella berdetak semakin cepat.
Tu-tunggu? Baru saja pelayan memanggilnya dengan sebutan apa?
Mrs. Leonathan...?
Yang benar saja?! Apa Calson sudah gila?!
Oh ... tidak.
Jantung Adriella tidak bisa berhenti berdetak, bahkan ketika Calson sudah datang dengan segelas capuccino dingin dan whipe cream di atasnya.
"Calson? Tadi ... Mrs. Leonathan?"
Calson tersenyum tipis dan meletakkan gelas kopi itu di depan Adriella.
Adriella menatap gelas kopi itu.
Oh sial....
Ada tulisan 'Mrs Leonathan' terpampang jelas di gelas itu. Oh, oh! Jangan lupa dengan gambar hati di sampingnya!
"Iya, Mrs. Leonathan." Calson kembali menarik kursi di depan Adriella dan duduk.
"Ma-maksudnya Mrs. Leonathan?" tanya Adriella. Tangannya perlahan terulur untuk mengambil gelas kopi itu.
"Ternyata ada yang lebih nggak bisa inggris selain gue," gumam Calson sambil menghela napas.
"Mrs. Leonathan itu Nyonya Leonathan."
Adriella menggigit bibirnya.
"Ke-kenapa Leonathan...."
"Ya, emang kenapa? 8 tahun lagi juga lo bakal dipanggil gitu sama orang-orang," jawab Calson.
Adriella meremas jemarinya.
Apa yang dimaksud dengan ucapan Calson adalah dia akan menjadi istri Calson?!
Oh, Tuhan....
Calson benar-benar berhasil membuat jantungnya berdetak sangat cepat!
"Diminum dong kopinya, Mrs. Leonathan."
Calson tersenyum manis.
Hula! Tinggalkan vote dan comment yaww
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gamon Boyfriend ✔️
Novela Juvenil"Gue yakin bisa gantiin Meredith di hati lo." Calson tertawa meremehkan. "Let's see, kalo berhasil gue nikahin lo langsung." Adriella Ornetta Halim, gadis misterius SMA Cahaya dengan bola mata biru yang sangat indah. Dengan kecantikannya itu, seharu...