Adriella berlari menelusuri koridor sekolah yang ramai dengan mata berarir. Gadis itu berusaha menutupi matanya dengan tangan, ia tak mau jika ada orang yang menyadari ia habis menangis.
Ia benci menjadi pusat perhatian.
"Napa tuh si cewek misterius."
"Tau tuh, nangis kayaknya."
"Palingan diputusin sama Calson."
Adriella tidak menghiraukan bisikan-bisikan orang yang bisa terdengar olehnya.
Ia terus berlari.
BRUK!
Ya, hingga tidak menyadari ada orang di depannya, dan ia menabraknya.
Adriella membuka telapak tangan yang menutupi kedua matanya.
"Adriella?!"
Ardhira membulatkan mata melihat kembarannya berdiri di hadapannya dengan mata sembab dan ada sisa air mata di pipinya.
"Lo kenapa?!" Dia maju dan menangkup kedua pipi kembarannya itu.
"Lo kok nangis?" Ardhira menatap Adriella khawatir.
Adriella diam. Dia menatap Ardhira dengan tatapan penuh arti.
"Gue nggak apa...," lirihnya.
Ardhira mengernyit bingung. Ia tak dapat menebak sesuatu yang Adriella coba katakan lewat pandangan matanya.
"Adriella. Mata lo menunjukkan sesuatu yang berbeda sama ucapan lo." Ardhira menghela napas pasrah.
"Gue nggak apa, Ardhira," ucap Adriella, lalu memalingkan wajahnya.
"Adriella. Lo nggak pernah cerita masalah lo sama gue, gue jadi khawatir sama lo. Memendam masalah cuma bikin lo merasa lebih berat dan tertekan, Driell. Lebih baik lo cerita daripada lo mendem-mendem gitu. Dengan cerita, lo bakal merasa lebih ringan, dan siapa tau aja gue punya solusi buat lo."
Ucapan panjang lebar Ardhira hanya ditanggapi dengan anggukan singkat Adriella.
"Iya."
Ardhira mendengus sebal. Dia menatap tajam kembarannya itu.
"Cerita Adriella. Kalau nggak cerita lo malah sakit sendiri, nanti."
Adriella tersenyum kecut.
"Gue lebih suka kalau gue sakit," ucap Adriella datar.
Ardhira kembali mengernyit bingung.
"Lo gila? Di mana-mana orang maunya senang, bukan sakit."
Adriella tertawa hambar lalu berkata, "Senang itu bersifat sementara, Dhir. Buat apa suka sama sesuatu yang sementara?"
"Hah? Ma—"
TENG! TENG! TENG!
Baru saja Ardhira hendak bertanya lebih banyak pada Adriella. Tapi, suara bel pertanda istirahat selesai megagalkan semuanya.
"Bye." Adriella melepaskan tangan Ardhira dari pipinya dan melenggang pergi.
Ardhira berbalik dan menatap kepergian Adriella. Dia benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi pada kembarannya itu. Jarang-jarang Adriella menangis, sekalinya gadis itu menangis tentu saja ada masalah besar yang sedang menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gamon Boyfriend ✔️
Novela Juvenil"Gue yakin bisa gantiin Meredith di hati lo." Calson tertawa meremehkan. "Let's see, kalo berhasil gue nikahin lo langsung." Adriella Ornetta Halim, gadis misterius SMA Cahaya dengan bola mata biru yang sangat indah. Dengan kecantikannya itu, seharu...