"Anak jalang!"
Bentakan seseorang membuat Adriella membalikkan badannya yang menggigil karena kedingingan.
Di sana, di teras rumahnya. Ayah tirinya tengah menatapnya marah dengan rahang yang mengetat.
Mendadak, kaki Adriella menjadi lemas, seperti jelly. Adriella merasa tak mampu lagi berdiri. Kehadiran ayahnya, menandakan ia akan kembali dipukuli dan dihujani dengan umpatan-umpatan yang melukai harga dirinya.
"Kurang ajar kau! Sudah kubilang jangan berhubungan dengan lelaki bernama Fernando itu, jalang! Untuk apa kau berdiri di sana, hah?! Menunggu Fernando untuk menjemputmu, jalang?!" Ayahnya mengepalkan tangannya dan melangkah menuju tempat Adriella berdiri.
Ayahnya itu menjambak rambut panjangnya yang basah dengan kuat. Adriella menjerit kesakitan, hujan yang deras meredam jeritannya.
"Sudah kukatakan jangan berhubungan dengan lelaki miskin itu, jalang!" Ayahnya menjambak rambut Adriella semakin kuat. Adriella menutup matanya menahan rasa perih yang menjalar di sekitar kepalanya. Ia mencengkram lengan ayahnya, berusaha melepaskan tangan kekar itu dari rambutnya.
"Aku tidak berhubungan dengan Fernando!"
Ayahnya itu tersenyum sinis. Ia mencekik leher Adriella dengan tangannya yang lain.
"Berani-beraninya kau mengelak! Masuk dan lihat apa yang akan kutunjukkan kepadamu!" Ia melepaskan cengkraman tangannya di leher Adriella. Cengkramannya meninggalkan bekas merah kebiruan di leher putih Adriella.
"Hentikan...," lirih Adriella dengan bibirnya yang pucat dan bergetar. Gadis itu kembali harus menahan sakit ketika rambut dan kepalanya ditarik dengan kasar. Ayah tirinya menyeretnya masuk ke dalam rumah dengan cara menjambak rambutnya.
"Duduk dan lihat ke layar televisi ini!" Ayahnya melepaskan jambakannya dengan kasar, membuat tubuh Adriella terjatuh ke lantai.
Lantai rumahnya yang dingin beserta seragamnya yang basah membuat tubuhnya terus menggigil.
Ayahnya itu melewati tubuh Adriella yang tergeletak lemah di lantai menuju ke sebuah televisi besar yang terletak di tengah ruangan. Ia menyalakn televisi itu, dan layar besar itu menampilkan rekaman di depan rumahnya.
Adriella melongo bingung. Untuk apa ayahnya itu membuka rekaman CCTV?
"Lihat ini! Bukankah ini adalah kau berserta lelaki itu?! Masih ingin mengelak kau, jalang?!" Ayah tirinya menunjuk layar televisi yang sedang menampilkan dirinya sedang berbicara dengan Fernando yang terduduk di atas motor.
Ayah tirinya itu membuang remote TV yang sedang dipegangnya ke arah Adriella.
Adriella menutup mata dan berusaha menghindari remote itu dengan memiringkan kepalanya. Untungnya, hanya ujung remote itu saja yang melukai jidat Adriella.
Ayah tirinya itu menggeram kesal. Ia menghampiri Adriella dengan kedua tangan terkepal.
Kembali ditariknya rambut panjang Adriella, gadis yang tengah terduduk di lantai itu merintih menahan sakit di kepalanya. Ayahnya itu menyeringai puas melihat wajah kesakitan Adriella, ia menarik rambut panjang itu sekali lagi, tetapi dengan tenaga yang lebih kuat, Adriella sampai dibuat mendongakkan kepalanya.
Dan, ketika kepala Adriella terangkat karena jambakan yang kuat itu, tidak sengaja mata birunya menangkap sesuatu di layar televisi yang masih menampilkan rekaman CCTV kemarin siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gamon Boyfriend ✔️
Novela Juvenil"Gue yakin bisa gantiin Meredith di hati lo." Calson tertawa meremehkan. "Let's see, kalo berhasil gue nikahin lo langsung." Adriella Ornetta Halim, gadis misterius SMA Cahaya dengan bola mata biru yang sangat indah. Dengan kecantikannya itu, seharu...