Tidak memakan waktu lama dari terminal bus sampai ke rumah tante ku di Bandung. Karna memang jarak antara rumah tante ke terminal lumayan dekat.
Sesampainya di gerbang rumah yang kecil tetapi bersih dan rindang itu, aku mengetuk-ngetukkan slot gerbang yang terbuat dari besi. Hingga menimbulkan suara yang cukup keras untuk memanggil si empunya rumah tersebut.
Tak lama seorang wanita paruh baya membukakan gerbang, lalu menyapaku dengan ramah.
"Punteun, bade papendak sareng saha?" (Permisi, mau bertemu dengan siapa?). Ucapnya dengan logat sundanya."Maaf bu, saya mau bertemu tante saya. Lastri lestari namanya. Apa dia ada di rumah?" Tanyaku pada wanita paruh baya itu yang aku prediksikan kira-kira usianya 42 tahunan. Karna aku sudah pernah tinggal di Bandung kira-kira selama 4 tahun. Jadi aku mengerti apa yang dikatakan ibu itu. Walau aku membalasnya dengan bahasa Indonesia, karena sudah agak lupa percakapan dalam bahasa sunda. Ya, tau artinya tapi ga bisa Ngomong nya..
"Punteun, iyeu sareng saha?" (Maaf, ini dengan siapa?) . Tanyanya padaku.
Kata punteun sendiri dalam bahasa sunda ada 2 artian. Maaf dan permisi. Tergantung kata yang menghubungkan setelah kata utama."Aku keponakan dari tante Lastri dari Jakarta. Anaknya ibu Nindi, kakaknya tante Lastri." Jelasku pada ibu paruh baya itu.
Keliatan ia sedang mengingat-ingat sesuatu sehingga kerutan di dahinya tampak jelas sekali."Oooohhh.. Neng Dira ya? Anaknya Bapak Rahmat?" Ucapnya bersemangat sekali setelah ingat apa yang dia ingat dulu.
"I.. Iya Ibu, saya anaknya Bapak Rahmat. Maaf, ko ibu bisa tau?" Tanyaku padanya. Karna akupun bingung kenapa dia bisa tau nama orang tuaku dan aku. Tetapi aku sama sekali tidak mengenalnya.
"Saya bibi neng, bi minah. Pembantu di rumah ibu Lastri. Neng ga bakal ingat. Karna neng ketemu bibi kalau neng lagi pulang aja kerumah, terus main kesini. Dulu waktu neng SD, neng mondok dan pulangpun jarang. Main kesini saja sebentar. Mana ingat" Jelasnya padaku, sambil mengingat-ingat waktu aku kecil dulu.
"Ah masa iya bi? Dira ngga inget." Ucapku sambil berusaha mengingat-ingat masa kecilku dulu. Tetapi nihil, tak ada yang ku ingat bersama wanita paruh baya ini yang mengaku sebagai pembantu rumah tangga disini. Di rumah tanteku.
"Ya sudah neng kalau ngga inget ngga apa-apa" Ucapnya dengan senyuman.
"Masya Allah neng, udah besar sekarang. Tambah cantik aja neng. Sampe pangling bibi liatnya. Dulu waktu SD kamu klo mau ke pondok lagi harus di antar sampe dalem pondok. Klo ngga, bakal nangis-nangis. Sekarang? Subhanallah neng." Lanjutnya padaku.
Aku yang di puji hanya tersenyum sambil bilang terimakasih padanya."Emm bi, aku tau disini sejuk, ga panas kaya di Jakarta. Tapi, sampai kapan aku di biarin berdiri disini bi?" Tanyaku pada bibi sambil nyengir-nyengir.
"Masya allah neng, bibi lupa saking girangnya. Yauda ayo neng masuk. Bu Lastri tadi ada di kamarnya. Sebentar, bibi panggilkan dulu ya." Ucapnya sambil meninggalkanku masuk ke dalam rumah dan si bibi langsung ke kamar tante Lastri.
🍃🍃🍃
Syukron yang udah baca..
Selamat membacaaa😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian
RandomAllah punya rencana disetiap kehidupan manusia. Jodoh, maut, rezeki. Semua telah Allah atur sedemikian rupa. Dan saat Allah mempertemukan aku denganmu. Aku yakin, Allah telah merencanakan ini semua dengan sangat indah. ~Nadira Putri Ayuni