Bab 1 - Merantau

502 19 4
                                    

Kriingg kriingg kriingg..

Praaangggg....

"Diraaaaa, suara apa itu? Apa yang jatuh?" Teriak umi dari arah dapur, lalu segera menghampiri kamar Dira.

Nadira Putri Ayuni

Itulah namaku,semua orang memanggilku dengan nama Dira. Kecuali sahabat ku memanggilku dengan nama "gidir".. Entahlah dia dapat panggilan itu dari mana. Tetapi aku enjoy-enjoy aja dengan panggilan dia yang kadang suka bikin aku gondok jika ia memakai panggilan itu di tempat ramai.

"Ini umi, jam weker nya jatoh sendiri" Ucapku sambil melompat ke bawah tempat tidur untuk membereskan serpihan kaca yang berserakan.

"Ya ampun Dira, udah berapa jam weker kamu jatohin? Klo kamu keganggu sama bunyi weker, biar umi aja yang bangunin kamu" Ucap umi kepadaku. Karna umi sudah bosan membelikanku jam weker tapi selalu jatuh akibat aku banting karna berisik.

"Iya umi, Dira ga sengaja" Ucapku pada umi

"Yasudah, kamu cepet beresin jam yang berserakan itu, trus mandi. Klo udah rapi kamu ke bawah, kita sarapan". "Kemarin semua perlengkapan yang mau kamu bawa ke Bandung udah kamu siapkan?" Lanjut umi

"Udah beres semua umi, tinggal cuscaw" Ucapku sambil membuang serpihan kaca bekas jam tadi ke tempat sampah yang ada dikamarku.

"Benar? Yakin tidak ada yang tertinggal? Kamu kan anaknya pelupa Dir" Sindir umi padaku

"Ngga umi, kan dari jauh-jauh hari sudah aku list apa aja yang mau aku bawa. Jadi Insha Allah ga bakal ada yang ketinggalan umiku yang cantik" Ucapku sambil mencium pipi umi dan beranjak ke kamar mandi.

"Yasudah sana mandi, umi tunggu di bawah ya sayang" Ucap umi sambil berlalu meninggalkan kamarku.

Setelah selesai mandi dan bersolek, aku turun ke bawah untuk sarapan.

"Wuihhh si gidir jadi juga merantau ke negara orang" Usil kakak ku.

Niko Putra Pratama

Dia memang suka sekali ngajak ribut denganku. Usia kami terpaut hanya 4 tahun. Wajar saja kami seperti seumuran.
Ia sekarang bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Posisinya sebagai Asisten Manager. Lulusan S1 dari Universitas Indonesia. Dan sekarang sedang melanjutkan S2 di Universitas yang sama.

Plakk..

"Lebay lu bang, cuma beda kota aja di bilang Negara. Diem deh lu, nanti gaada gua dirumah kangen lu baru tau rasa" Ucapku pada kakaku sambil memukul lengannya.

Abang sebutan keluarga ku untuk anak laki-laki tertua dirumah.

"Gabakal gua kangen ama lu, yang ada elu tuh kangen ama abang lu yang paling ganteng sejagat raya ini" Ucap abang sambil menaikkan sebelah alisnya, usil.

"Umiii, abang rese ih gabisa diem. Dira gabisa tenang makan nya" Adu ku pada umi

"Sudah sudah.. Kalian ini sudah besar juga. Masih aja kaya anak anak. Abang, sarapan yang benar. Nanti kamu terlambat ke kantor. Dira juga, nanti ketinggalan bus" Ucap umi memisahkan kami.

Selesai sarapan, aku di antar abi menuju terminal bus. Setelah membeli tiket, aku langsung naik ke bus sesuai dengan tiket yang aku beli.

"Sayang, kamu baik-baik disana. Klo ada apa-apa kabari orang rumah ya sayang. Klo kamu perlu apa-apa bilang umi atau abi, atau abangmu. Jangan telat makan, jangan tinggalkan sholat sayang" Cup cup cup "abi sayang Dira" Lanjut abi sambil mengecup kening dan kedua pipiku.

"Iya abi, Dira ga bakal lupain semuanya. Dira sayang umi, abang, juga abi" Ucapku sambil menangis dan memeluk erat tubuh abi.

Tiiinn tiiinnn

Suara klaksok bus menyadarkan kami.

"Sudah sana masuk bus sayang, nanti ketinggalan" Ucap abi sambil mengecup keningku sekali lagi.

"Iya abi, Dira berangkat ya, Assalamu'alaikum" Ucapku sambil mencium tangan abi lalu memeluknya.

Aku berlari ke bus ku, setelah duduk di bangku ku. Tak lama, bus pun berjalan meninggalkan terminal.
Aku ber dadah pada abi dari balik kaca mobil.
Rasanya barat sekali meninggalkan kota kelahiranku, kota yang sudah membesarkan aku hingga saat ini. Tapi inilah hidup. Harus terus berjalan dan melewati tantangan-tantangan baru.

🍃🍃🍃

Terimakasih yang sudah menyempatkan membaca cerita pertamaku.
Kritik dan sarannya ditunggu.
Komen dan tanda bintang nya juga yaa klo kalian suka..

Selamat membaca😊

Imam Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang