Bab 4 - Rumah sejuk

214 9 2
                                    

Aku melihat sekeliling rumah ini, rumah sederhana yang di kelilingi dengan tanaman-tanaman hias yang hijau nan indah. Pepohonan cangkokan yang rindang. Dengan cat rumah warna hijau. Menambah kesan asri pada rumah ini.

Berbagai macam bunga di tanam di taman dengan ukuran 2x3 meter ini. Bermacam-macam pula warnanya. Kicauan burung-burung seakan-akan menambah suasana menjadi tentram dan tenang. Semilir angin yang sejuk menerpa wajahku. Ah, rasanya aku betah berlama-lama di luar seperti ini.

"Nadiraa? Udah sampe sayang? Dari kapan? Ko ga kabarin tante pas kamu udah sampe terminal? Kan nanti biar tante yang jemput kamu disana. Kamu tidak apa-apa kan sayang?" Tanya tanteku sambil membolak-balikan badanku. Takut ada yang lecet katanya.

Ya, itulah tante ku. Adik dari umi. Umi hanya 3 bersaudara. Umi anak kedua, dan kakaknya, om Nino sudah berkeluarga dan memiliki 3 orang anak. Yang pertama bernama ka Nissa khanza az-Zahra, terpaut usia 5 tahun denganku. Adik ka Nissa, atau anak kedua om Nino bernama Muhammad Hafiz Firdaus, hanya terpaut usia 3 tahun dari ka Nissa. Dan anak terakhir om Nino bernama Akmal Maulana Akbar, 2 tahun lebih muda di bawahku. Ia sekarang menetap di Semarang bersama dengan istri dan ketiga anaknya. Tanteku anak bungsu, adiknya umi. Menetap di Bandung mengikuti suaminya. Ia sudah memiliki 2 orang anak. Laila Nada Natalia dan Renaldi Syahputra. Usia mereka hanya terpaut 3 tahun. Jadi sudah biasa jika mereka seperti aku dengan Niko, abangku yang rese nya dunia akhirat. Tidak pernah akur. Selalu saja ada yang buat onar. Tetapi dibalik ke- reseannya, kita semua saling menyayangi satu sama lain.
Dan umiku, dia anak kedua. Sudah memiliki 2 anak, aku dan abang ku. Dulu kami tinggal di Bandung. Dikarenakan pekerjaan Abi yang mengharuskan kami pindah ke Jakarta. Agar tidak terlalu jauh juga pulang perginya kata Abi. Jadi kami semua sekarang menetap di Jakarta.

"Ihh tante, Dira gapapa. Tante kebiasaan lebay dah" Ucapku sebal karna sikap tante selalu berlebihan terhadapku.

"Maaf sayang, ponakan kesayangan tante yang cantik dan In Shaa Allah sholehah. Tante khawatir sayang. Kemarin Umi mu ngasi tau tante kamu bakal kesini untuk kuliah dan tinggal bersama tante. Tapi dari kamu berangkat sampe sekarang ada didepan rumah tante, tante ngga tau dan kamu ngga ngabarin tante. Umi mu sedari tadi menelpon tante, nanyain kamu udah sampe apa belom." Ucap tante panjang lebar tanpa jeda tanpa nafas. Eh.. Nafas deh. Ga nafas nanti..... (Ga kuasa ngelanjutin nya, hehe)

"Astagfirullah tante, Dira lupa ngabarin Umi klo Dira udah sampe rumah tante" Ucapku sambil menepuk jidat. Karna aku lupa sekali mengabari malaikat tanpa sayapku. Umi.

"Yasudah, nanti tante yang kabarin Umi mu klo kamu udah sampe rumah tante dengan selamat tanpa lecet sedikitpun" Ucap tante sambil menyipitkan matanya, sembari jari jempol dan telunjuknya membentuk seperti ingin mencapit.

"Ah tante, apaansih lecet-lecet. Emang Dira mobil apa? Takut banget lecet" Ucapku pada tante sambil memajukan bibirku beberapa centi.

"Haha.. Yasudah yasudah, ayo tante anterin ke kamarmu. Udah tante rapi kan dan tante ganti sepray nya dengan warna hijau kesukaanmu. Kamu sangat suka warna hijau Ra. Nanti tante bantuin untuk beresin baju-baju kamu ke lemari" Ucap tante sambil merangkulku menuju kamarku. Tinggi kami hanya beda 7cm. Lebih tinggi tante ku. Jadi, dengan mudah ia merangkul ku.

🍃🍃🍃

Selamat membacaaaa😁😁
Tunggu episode selanjutnya😅😁

Imam Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang