Bab 10 - Lamaran

177 9 1
                                    

"Jadi, kedatangan kami kesini bermaksud ingin melamar anak bapak dan ibu untuk di jadikan istri anak kami yang bernama Rayhan Putra Pratama." Ucap papanya Rayhan pada keluargaku juga keluarga tante.

Rayhan pov

Pikiranku tidak karuan memikirkan perjodohan ini. Bagaimana mungkin aku menikah dengan gadis yang sama sekali belum ku kenal. Jangankan kenal, bertemu pun tidak pernah.

"Ray, udah siap belum? Cepat. Nanti kita telat dari jam yang di janjikan." Itu suara mamah. Pikiranku makin kacau, membayangkan nanti aku sekamar dengan wanita yang tidak ku kenal. Dan bagaimana perasaan para wanita yang mengejarku? Pasti akan potek sekali jika mendengar aku akan menikah. Uhh PD nya akuu.. Hehe..

"Rayhan cepat keluar, atau papa dobrak pintunya" Ucap papa mengetuk-etuk pintu kamarku.

"Iya, gausah dobrak-dobrak. Sayang pintu. Ayo.." Ucapku membukakan pintu kamar dan berlalu pergi meninggalkan papa dan mamah yang masih mematung di depan pintu kamarku.

Nadira Pov

Dari semalam aku tidak bisa tidur memikirkan tentang perjodohan ini. Pikiranku kalut. Sampai jam 3 dini hari, baru aku bisa tertidur.

"Dira, udah bangun sayang? Ada umi, abi, dan abangmu nih." Ucap tante sambil mengetuk-etuk pintu kamarku.

"Iya tante, Dira keluar" Ucapku sambil berjalan keluar kamar. Menghampiri abi, umi, dan abang di ruang tamu.

"Sayangg, apa kabar? Kamu betah disini?" Ucap umi sambil memelukku erat. Rindu yang telah memuncak dan baru terlampiaskan sekarang.

"Alhamdulillah baik umi, umi apa kabar? Abi, abang?" Jawabku sambil membalas pelukan umi.

"Abi sama abangmu baik-baik aja ra" Ucap abi menjawab pertanyaanku ke umi tadi.

"Heh Kutu aer, lu ga kangen gua apah? Gamau peluk peluk gua? Sini sini gua pen meluk lu" Ucap abang sambil merentangkan kedua tangannya. Minta aku memeluknya.

"Ih ogah, males banget. Ketek lu bau comberan." Ucapku sambil menutup hidungku. Keluarga om dan keluargaku tertawa melihat tingkahku dengan abang yang tidak jauh beda dengan Lala dan Aldi. Sepupuku.

Keluarga ku dan keluarga om sekarang bersiap untuk menyambut keluarga dari temannya om dan abi. Katanya sebentar lagi mereka akan sampai. Hatiku pun makin tidak karuan. Semakin jarum jam berdetak maju, semakin keras juga detakan jantungku.

***

"Assalamu'alaikum" Ada yang berkunjung ke rumah. Mungkin keluarga dari teman om itu.

"Itu mereka sudah datang, biar tante yang buka ya. Wa'alaikumussalam" Ucap tante sambil membukakan pintu dan menjawab salam dari mereka.

Ceklekk..

"Wahh udah dateng, ayo mba silahkan masuk." Ucap tante pada mereka.

"Iya mba terimakasih." Ucap wanita paruh baya, masih terlihat agak muda. Mungkin itu mamahnya si laki-laki yang akan di jodohkan denganku.

Rayhan Pov

Setelah sampai rumahnya, jantungku makin tidak bisa terkontrol. Deg-degan yang teramat parah. Hadeuhh, aku lebay sekali. Ya pokonya rasanya itu seperti akan memenangkan piala dunia saja gitu.

Tok tok tok
"assalamu'alaikum" Ucap papa ketika sampai depan pintu rumahnya.

"Wa'alaikumussalam" Terdengar suara menjawab salam dari dalam rumah. Mungkin si empunya rumahnya. Dan tak lama..

Ceklekk..

Pintu pun berhasil di buka, dan pikiranku buyar. Jantungku makin berdetak lebih cepat dari biasanya. Seperti ada perlombaan lari maraton.

"Wahh udah dateng, ayo mba silahkan masuk." Ucap wanita paruh baya, kelihatan masih muda. Mungkin itu mamahnya si cewek yang akan di jodohkan denganku. Tapi, ah bodo amatlah. Aku tak memikirkan siapa dia. Aku hanya fokus memikirkan perjodohan konyol ini.

Aku beserta keluargaku masuk ke dalam rumahnya. Dan ketika sampai di dalam, aku terkejut. Kenapa ada si mba terminal disini? Sedang apa? Dia siapa? Atau... Ah tidak tidak. Mungkin dia kerabat keluarga ini saja. Tidak mungkin dia yang akan di jodohkan denganku. Tidak, tidak mungkin.

🍃🍃🍃

Hey heyy.. Maaf up nya jarang-jarang sekarang. Lagi sibuk ama kegiatan.
Lagi kurang sehat juga.
Tapi In Shaa Allah, di usahain bakal cepet up ya..
Doain aku cepet sembuh juga😅
Terimakasih..

Selamat membaca 😁😁😁

Imam Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang