Bab 15 - Karna pikiran

164 6 0
                                    

Ku mohon, jangan buat diriku hancur karna ulahmu. Ku mohon, beri aku sedikit kesempatan untuk membahagiakanmu.

-Rayhan-

🍁🍁🍁

"Iya iya.. Abi sama umi kesana sekarang." Tut.. Tut.. Suara telpon terputus. Abi mendapat telepon dari abang bahwa aku sudah sadarkan diri. Abi dan umi kemarin  pulang karna bujukan abang. Karna melihat umi dan abi sangat terpukul dengan hasil laboratorium itu.

Flashback on

"Apa? Jadi? Jadi benar anak saya terkena..." Ucap abi sangat sangat syok. Abang yang berada di samping abi pun tak kalah syoknya dengan abi.

"Apa penyebab kanker otak adik saya dok?" Sekarang giliran abang yang bertanya pada dokter.

"Kemungkinan, otaknya terlalu banyak tekanan. Entah apa yang ia pikirkan hingga ia merasa tertekan. Dan mungkin saja dari pola makan dan hidup yang kurang sehat. Seperti hasil Lab ini, kanker yang anak bapak idap telah ada sejak ia mulai beranjak remaja. Mungkin ia sering pusing, tapi ia tak menyadari kalau pusing itu bukan pusing biasa. Ia mengabaikan dan tidak pernah periksa. Dan saat ini puncaknya. Ketika pikirannya tertekan, sel kanker itu akan semakin menyebar dan menimbulkan sakit yang teramat sangat. Hingga si yang punya tubuh kehilangan kesadaran akibat menahan sakit yang tak tertahankan." Jelas dokter pada abi dan abang.

"Jadi, anak saya sudah mengidap penyakit ini dari dia remaja dok?" Tanya abi pada dokter.

"Menurut hasil Lab, iya pak. Anak bapak mengidap penyakit ini sudah lumayan lama. Dan sekarang sudah di stadium 2." Jawab dokter

"Apa? Stadium 2 dok?" Ucap abang terkejut.

"Iya pak, stadium 2. Emm.. Apakah dulu Ara sering tiba-tiba pusing lalu tak sadarkan diri?" Tanya dokter pada abi dan abang. Mereka berpikir sejenak, mengingat-ingat keseharianku dulu.

"Iya dok, pernah. Waktu itu saya dan adik saya pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku keperluannya dan keperluan saya. Tiba-tiba saat sedang mencari buku, adik saya menjerit memanggil saya yang saat itu saya berada agak jauh darinya, karena sayapun mencari buku juga. Dan tiba-tiba saya melihat adik saya memegang kepalanya seperti menahan sakit yang teramat sakit. Tapi tidak sampai pingsan dok" Jelas abang pada dokter.

"Itu baru awal dari rasa sakitnya. Kenapa tidak langsung di bawa ke rumah sakit pak?" Tanya dokter pada abang ku.

"Sudah saya paksa untuk ke rumah sakit. Tapi dia bersikeras tidak mau di bawa ke rumah sakit. Bahkan ia menangis memohon pada saya untuk tidak membawanya ke rumah sakit." Jawab abang

"Kenapa kamu ga pernah cerita sama abi bang?" Tanya abi pada abang.

"Ara yang mau bi, Ara gamau klo abi dan umi tau. Katanya nanti pasti abi sama umi bawa Ara ke rumah sakit." Jawab abang pada abi.

"Sekarang, kita hanya bisa berdoa pak. Semoga Tuhan memberi keajaiban untuk anak bapak. Kami dan semua dokter yang ahli di bidang kanker akan berusaha semaksimal mungkin untuk menolong anak bapak." Ucap dokter pada abi.

"Baik dok, terimakasih. Kalau begitu, kami permisi." Ucap abi sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan dokter.

🍃🍃🍃

Heeeyyy..
Aku up sedikitt banget dari sebelumnya.
Stuck bangettttt..
In Shaa Allah di chapter berikutnya seperti biasa lagi😁
Oya, aku baru ingat. Nama panggilan Nadira yang di awal adalah Dira. Aku ganti sama Ara yaa.. Biar lebih gampang manggilnya😂

Okee.. Selamat membaca

Imam Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang