Hidangan makan malam itu terlalu banyak bagi Naruto. Meja besar bundar itu penuh dengan berbagai jenis makanan Eropa. Namun tidak ada satu pun di sana yang berhasil membuat dirinya tergoda. Tentu makanan itu dimasak oleh koki khusus yang ada di keluarga Namikaze.
Bau masakan itu sempat menggelitik hidungnya. Tetapi, rasanya benar-benar berbeda saat bau panggangan roti gulung yang dimasak oleh ibunya Hinata. Padahal makanan itu sederhana, namun bisa membuatnya begitu selera daripada hidangan mewah saat ini.
Meja makan hanya diisi oleh tiga orang. Tetapi para pelayan terlihat sibuk berseliweran di sekitar mereka. Inilah yang paling membuatnya begitu malas ketika berada di rumah kakeknya. Rumah besar yang lebih banyak dihuni oleh pelayan daripada pemilik rumah. Suasana di sekitar terasa seperti mencekik lehernya.
Terlalu sepi. Suara sendok dan garpu bahkan tidak mengeluarkan suara dentingan sama sekali. Ah, rasa sesal sekarang datang menghampiri Naruto. Mungkin seharusnya dia tidak ikut bersama dengan ibunya dan memilih mengikuti Hinata ke tempat kerja gadis itu.
Tetapi, kalau dia sudah sampai di sini. Mencari alasan untuk kabur, hanya akan memperkeruh suasana. Kakeknya tentu akan marah padanya, pria tua itu lebih banyak bicara daripada ibunya. Naruto akan lebih senang berdebat dengan Kushina daripada kakeknya, Jiraiya.
"Aku mendengar kau mengacaukan makan malam kembali." Naruto menyempatkan melirik ibunya. Jiraiya tidak pernah mencampuri hal ini, tentu dia akan berpikir kalau ibunya yang telah memberitahu.
"Kau tidak perlu menikah sekarang. Tetapi, aku ingin kau bertunangan itu saja." Jiraiya meletakkan sendok dan garpu itu di atas piring. Ia beralih menatap cucunya yang tengah menatap makanan. Dia bahkan mengingat dan bisa menghitung, berapa kali cucunya itu memakan makanan di sana.
"Apa ada yang salah dengan makanannya? Kau bisa menukarnya kalau kau mau."
Naruto tersentak. Dia langsung menolak dan menghabiskan makanan itu, mungkin setelah ini dia akan ke kamar mandi dan memuntahkannya. Ia tidak bisa dipaksa makana di saat situasi yang membuatnya tidak nyaman, perutnya menolak dan tidak bisa bekerja sama.
Kushina memperhatikan Naruto. Wanita itu tidak akan banyak berbicara saat berada di meja makan, terlebih saat bersama dengan ayah mertuanya. Sangat tahu sekali, kalau putranya itu agak sensitif saat berada di lingkungan keluarga Namikaze. Entah apa yang membuatnya seperti itu, namun seingatnya kalau pembahasan yang sama akan diungkit kembali.
"Apa kau memiliki kekasih?"
Naruto merasa kalau dia baru saja menelan makanan itu tanpa dikunyah lebih dulu. Hari ini kakeknya terlalu banyak bicara. Terdengar menyebalkan memang, ia bahkan tidak ada minat untuk kembali melanjutkan makanan itu.
Tangannya mendorong piring itu menjauh darinya. Jiraiya mengamati, sepertinya dia baru saja mengacaukan mood cucunya itu. "Tidak. Aku tidak tertarik untuk menjalani hubungan seperti itu," kata Naruto. Ia mengambil tisu di atas meja, mengelap sudut bibirnya. "Begitupun dengan menikah. Karena itu, berhentilah memaksaku menikah. Aku ingin bebas dan tidak terikat dengan orang-orang. Kalau aku bosan, mungkin aku bisa menyewa satu atau beberapa wanita. Seperti yang Kakek lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Heart
FanfictionNaruto selalu terlibat dengan perjodohan yang direncanakan ibunya. Membuatnya begitu lelah harus menghadapi masalah yang sama. Entah apa yang membuat ibunya begitu memaksa dirinya agar menikah. Itu merupakan suatu hal yang menyebalkan baginya. Naru...