Vinefru Tokyo Cafe, Tsukiji.
Satu piring kecil dan cangkir diletakkan di atas lemari khusus penyimpanan. Hinata dengan telaten menyusun piring kecil dan cangkir itu dengan rapi, agar tidak dimarahi oleh Bos akan kerjanya dan berakhir dengan pemecatan. Apa pun itu, dia akan melakukan yang terbaik dalam hal bekerja.
Selesai melepas apron dan topinya, dia berjalan ke arah loker khusus pegawai kafe untuk menyimpan barang-barang yang diperlukan. Melepas ikatan rambutnya, dia sedikit mengintip ke arah kaca untuk melihat penampilannya sendiri sebelum pulang. Hinata tidak ingin membuat ibunya khawatir, jika dia pulang dengan wajah kelelahan. Wanita itu terkadang suka berlebihan mengekspresikan diri.
"Ah, beruntung kau belum pulang." Hinata tersentak, dua kantung sampah plastik yang ingin diambil olehnya ia urungkan. Ino memasang wajah panik yang membuat dirinya bingung.
Berpikir mungkin bahwa terjadi sesuatu ̶ ̶ seperti keributan yang dibuat oleh pelanggan. Hal itu biasa terjadi, ketika dua orang saling bertemu untuk meluruskan kesalahpahaman mereka. Namun mengingat sekarang jam 10.00 malam, jadwal di mana Kafe akan segera tutup. Akan terlihat mustahil jika hal itu akan terjadi. Sebab hal seperti itu biasanya terjadi di siang atau di sore hari.
Bahkan sebelumnya, Hinata sudah memeriksa bahwa sebelum dia pergi ke dapur, hanya ada dua orang pelanggan yang tengah berbincang dengan dua kopi panas di atas meja. Pun dia benar yakin, kalau dua pelanggan itu akan bergegas pulang setelahnya. Terlihat kalau mereka merupakan orang kantoran dengan setelah jas rapi.
"Apa yang terjadi? Apa ada pelanggan yang sedang bertengkar?"
Ino menggeleng kepalanya, gadis itu menghela napas sekali-sekali, sembari mengusap keringat. "Tidak. Ini berbeda," katanya. "Ada seorang laki-laki yang mencarimu. Dia tidak ingin dilayani oleh pegawai lain, selain dirimu."
Hinata tersentak, "Aku?". Ini berhasil membuatnya bertanya-tanya, jarang-jarang ada kasus semacam ini. Seingatnya, pelanggan laki-laki yang datang hanya meminta nomornya. Mereka tidak pernah bersikap lebih semacam ini.
Ah, sekarang dia menjadi penasaran. Siapa lelaki yang dimaksud oleh Ino itu. Sekali-sekali dia mengintip untuk melihat dengan jelas. Sayangnya Kafe tersebut lebih banyak dihiasi furnitur dan tanaman hias yang membuatnya agak kesulitan melihat.
"Sepertinya lelaki itu seusia dengan kita. Hanya saja, dia bersifat emosional dan suka menatap bengis. Bahkan ketika Sai menghadapinya dia tetap bersikeras. Maka dari itu, Sai memintaku untuk memanggilmu."
Hanya satu nama yang terlintas di dalam pikiran Hinata saat ini. "Aku akan mengurusnya!" katanya. Dia langsung mempercepat langkahnya, memastikan bahwa kalau apa yang dipikirkan olehnya tidaklah benar.
Tidak, tidak. Aku harap bukan dia.
Oh, demi Tuhan. Hinata ingin berteriak sekuat-kuatnya. Namun dia tidak memiliki tenaga akibat kelelahan, sebab seharian ini dia bekerja di bagian dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Heart
ФанфикNaruto selalu terlibat dengan perjodohan yang direncanakan ibunya. Membuatnya begitu lelah harus menghadapi masalah yang sama. Entah apa yang membuat ibunya begitu memaksa dirinya agar menikah. Itu merupakan suatu hal yang menyebalkan baginya. Naru...