Film romantis yang membosankan. Mereka berdua sama-sama berpikir seperti itu, namun tidak ada satu pun dari mereka yang berani mengeluarkan suara. Ketika Naruto melirik ke arah Hinata, gadis itu terlihat tenang dan fokus pada layar di depan. Begitu pun dengan Hinata yang melihat Naruto, kalau pemuda itu terlihat tenang dan begitu menikmati film. Mereka dua orang yang sama-sama saling menutupi perasaan.
DuraSi film sekitar dua jam lebih, tentu saja mereka menahan mati-matian untuk tidak menunjukkan rasa bosan mereka. Terlebih dari itu, sesungguhnya Hinata dikacaukan dengan kalimat Naruto sebelum memasuk ruangan bioskop.
"Aku pikir kau akan menangis setelah keluar dari ruangan itu."
"Tidak," sahut Hinata. "Sejujurnya, aku tidak menyukai film seperti itu. Namun kau terlihat menikmati film itu. Maka dari itu aku mencoba menahan untuk tetap menikmati film."
Naruto tersentak, ternyata gadis itu merasakan hal yang sama. Pemuda itu mengatur suaranya, "Aku tidak menikmati film itu. Justru aku yang berpikir kalau kau benar-benar menikmatinya." kata Naruto.
Hinata mengedar pandangannya sekitar, matanya tertuju ke arah toilet. "Kau bisa menunggu?" tanyanya. Naruto mengernyit bingung. "Aku ingin ke toilet. Jika kau terburu-buru untuk pulang, kau bisa pulang lebih dulu."
Naruto bergeming, dia mengedar pandangannya sekitar. Roppongi Hills selalu ramai dikunjungi, belum lagi mengingat kalau ini hari minggu. Lagi pula dia tidak memiliki jadwal penting. "Aku akan menunggumu dan mengantarmu pulang sampai rumah. Kemarikan tas itu, aku akan menjaga dan menunggu di depan pintu."
"Tas?" dia mengulang kata. "Kau tidak perlu melakukan itu, aku bisa menjaganya." merasa bingung, tidak mengerti dengan sifat pemuda itu. Hinata lalu menatap ke arah pintu toilet perempuan. Di sepanjang koridor menuju toilet, terlihat jelas bagaimana para laki-laki menjaga tas perempuan. Ah, sudah jelas kalau itu tas kekasih mereka.
"Tidak perlu banyak berpikir." Naruto mengambil tas selempang itu, dan berjalan lebih dulu.
"Apa dia benar-benar serius dengan perkataanya itu?" dia menghela napas, sembari memutar bola matanya. Hinata berpikir kalau di dalam toilet besar itu pastinya akan ramai, kebanyakan para perempuan memasuki toilet hanya untuk merias diri.
◊◊◊◊
Ini terlalu menyebalkan bagi Naruto. Menunggu perempuan keluar dari toilet hampir sama lamanya dengan durasi film yang ditonton olehnya. Sebenarnya, apa yang dilakukan Hinata di dalam sana. dia sendiri tidak dapat menebak apa yang dilakukan oleh gadis itu. Jika gadis itu sedang dalam panggilan alam, Naruto berpikir tidak akan mungkin lama seperti ini.
Orang-orang di sekitarnya yang sedari tadi menunggu, bahkan tidak ada lagi. Naruto beranggapan, mereka akan tetap di sini sampai besok. "Apa dia masih hidup di dalam sana?" gumamnya.
Melipat kedua tangannya di depan dada, mata itu bahkan tidak lepas dari pintu toilet di depannya. Mengedar pandangan sekitar, Naruto yakin kalau tidak ada orang di dalam sana, kecuali Hinata. Tidak mungkin gadis itu kabur melewati jendela, sebeba dia yakin kalau toilet itu tidak dipasang ventilasi atau pun celah untuk kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Heart
FanficNaruto selalu terlibat dengan perjodohan yang direncanakan ibunya. Membuatnya begitu lelah harus menghadapi masalah yang sama. Entah apa yang membuat ibunya begitu memaksa dirinya agar menikah. Itu merupakan suatu hal yang menyebalkan baginya. Naru...