[6] HH : Which is Actually

5.6K 569 12
                                    

Suara bel rumah mengalihkan perhatian Hikari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara bel rumah mengalihkan perhatian Hikari. Wanita itu melepas apron dan sapu tangannya, memeriksa kembali keadaan oven. Ia tidak ingin terjadi sesuatu, mengingat oven tersebut tidak sebagus seperti dulu. Setidaknya masih bisa digunakan kembali dan hanya membutuhkan sentuhan sedikit untuk diperbaiki.

"Selamat datang ... eh?" mematung di depan pintu. Pandangannya beralih ke arah belakang. "Kau membawa teman, Hinata?" Hikari bergantian menatap kedua orang di sana.

Hinata menghela napas, memutar bola matanya. Tidak menduga kalau Naruto mengikuti dirinya sampai ke rumah. Tentu ini benar-benar menyebalkan untuknya, pemuda itu sangat keras kepala. Padahal dia sudah mendiamkan pemuda itu sadari tadi, mengabaikan seolah-olah tidak ada orang. Namun siapa yang menduga kalau Naruto tetap pada pendiriannya.

"Masuklah, kebetulan sekali Ibu membuat kue gulung hari ini." kata Hikari. Wanita itu tersenyum ramah di sana, mengambil Hanabi dari gendongan Hinata.

Tanpa ada rasa ingin mempersilahkan masuk ke dalam rumah. Di sana Hinata terlihat acuh tak acuh, bahkan dia tidak ingin menanggapi Naruto sama sekali.

"Apa kau kekasihnya?" Naruto tersentak, menoleh ke arah ibunya Hinata. Ia menyempatkan diri memandangi gadis itu yang sedang menaiki anak tangga.

"Tidak," kata Naruto. Ia tidak ingin membuat kesalahpahaman di sini, tetapi kalau dia mengatakan dengan jujur ̶ ̶ tentang apa yang terjadi dan membuat dirinya sampai ke mari. Mungkin setelah ini akan muncul beberapa pertanyaan yang hanya akan menambah rasa sakit kepalanya. "Untuk saat ini belum."

Hikari membuang tawanya. Naruto hanya diam, memandangi wanita itu yang sedang tertawa. Dan tentu ini semakin membuatnya memikirkan gadis itu, ibunya Hinata terlihat cantik ketika tertawa. Seketika dia berpikir, mungkin dia akan terlihat cantik juga saat sedang tertawa.

◊◊◊◊

Satu cangkir dan satu piring kue gulung mendarat di atas meja. Aroma panggangan menggelitik hidung Naruto. Ia tidak pernah sampai sensitif seperti ini pada bau, namun kalau boleh jujur hidangan di depan matanya benar-benar menggoda.

"Aku menambahkan kayu manis di dalamnya. Hinata sangat suka, biasanya dia tidak pernah melewatkan kue gulung buatanku." menoleh ke arah tangga. Jelas sekali kalau Hikari sedang menunggu gadis itu untuk turun. Namun ini sudah hampir setengah jam, dan gadis itu tidak menunjukkan dirinya.

Begitu juga dengan putri kecilnya, Hanabi. Biasanya anak itu yang lebih terlihat ramah ketika ada tamu di rumah mereka. Berbeda sekali dengan Hinata yang suka mengurung diri di kamar. Bahkan selalu lupa dengan jadwal makan malam jika tidak diingatkan.

"Hinata sangat sulit untuk dimengerti," Naruto tersentak, dia juga tidak bisa mengabaikan hal yang satu itu. Ternyata bukan dia saja yang merasakan hal ini. "Dia selalu menjaga jarak dari orang-orang. Ketika pulang sekolah, dia selalu menggunakan seragam yang berbeda di setiap harinya. Ini membuatku khawatir."

Hidden HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang