Sasuke mengedar pandangan sekitar, mencari keberadaan Naruto. Pemuda itu sedari tadi tidak terlihat di sekitarnya, setelah melempar tas sembarang ke arah meja. Tentu hal itu berhasil memancing perhatian seluruh kelas. Bertanya-tanya, apa yang membuat lelaki pirang itu kesal di pagi hari.
Bahkan ketika pelajaran pertama dimulai, Naruto tidak kembali ke kelas. Sebagai seorang teman dekat, Sasuke sangat tahu apa yang menyebabkan pemuda itu sampai marah tidak jelas seperti itu. Tidak lain dan tidak bukan, tentu masalah keluarga.
Sering sekali dia berpikir; apa yang menyebabkan Naruto dipaksa untuk sgera memiliki kekasih?
Namun pada akhirnya dia paham, kalau keluarga pemuda itu, terlalu sibuk dengan mempertahankan hak waris. Naruto adalah cucu satu-satunya di keluarga Namikaze dan Uzumaki. Dibandingkan dengan keluarga Uzumaki, keluarga Namikaze lah yang terlalu mempertahankan hak waris.
"Bagus, jika kau kembali hanya membawa membawa masalah. Aku tidak akan menolongmu." salah satu yang menjadi ketakutan terbesar Sasuke ketika temannya itu tidak ada di sisinya adalah Naruto yang melampiaskan emosinya pada orang lain. Tidak jarang, dia ikut terlibat. Berbicara mengenai kompensasi tentang biaya obat luka.
Tidak jarang ada beberapa orang tua murid datang hanya untuk sekadar melapor. Tentu, pihak sekolah akan angkat tangan dan memilih menghubungi keluarga dari pihak Naruto. Itachi terkadang menjadi orang tua wali. Mengingat Sasuke tidak akan sanggup menghubungi Kushina. Ah, jika dia melakukan itu. Dia berpikir kalau masalah akan menjadi rumit. Mengingat bagaimana kalau ibu dan anak itu tidak memiliki hubungan baik.
Sasuke memejamkan matanya sesaat, bersandar pada dinding koridor. Ketika dia membuka mata, Hinata Hyuuga tidak berada jauh darinya dengan membawa beberapa tumpukan buku tebal.
Terlihat jelas sekali kalau pemuda itu tampak berpikir. Sasuke akan sangat yakin kalau gadis itu akan mengabaikan dirinya. Ingatan malam kemarin, kembali membawa pikiran pemuda itu.
"Bisa kita bicara sebentar?" kata Sasuke. Pemuda itu berdiri tepat di depan Hinata, menghalangi gadis itu untuk berjalan.
Hinata mendongak. Terlihat acuh tak acuh. Bahkan ketika dia tahu siapa orang di depannya, tentu dia ingin menghindar. Pemuda itu merupakan teman dekat Naruto Uzumaki. "Aku sedang sibuk." berkata dengan tegas, seolah-olah dia memang tidak ingin diganggu.
Sasuke menatap datar, bahkan ketika gadis itu melewati dirinya. "Kau tidak akan pernah bisa lari dari Naruto." katanya. Ia melirik dari ujung matanya, lalu berbalik dan melihat kalau gadis itu membatu di tempat.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian. Tetapi aku yakin kalau dia merencanakan sesuatu untukmu. Sekadar memberi saran, mungkin menerima menjadi kekasihnya, maka semua akan baik-baik saja. Bukankah kau juga akan mendapatkan untung di sini?"
"Seperti aku yang tidak mendapatkan penindasan di sekolah, begitu? Jika itu yang kau pikirkan. Aku memilih untuk ditindas selamanya di sekolah, daripada harus menjadi kekasih Naruto Uzumaki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Heart
FanfictionNaruto selalu terlibat dengan perjodohan yang direncanakan ibunya. Membuatnya begitu lelah harus menghadapi masalah yang sama. Entah apa yang membuat ibunya begitu memaksa dirinya agar menikah. Itu merupakan suatu hal yang menyebalkan baginya. Naru...