Pagi-pagi sekali, sekolah itu mendadak ramai. Hiruk-pikuk setiap kelas mengalihkan perhatian. Rasa penasaran semakin tinggi, ketika setiap orang selalu membicarakan hal yang sama. Bahkan pada saat itu, jadwal yang biasanya digunakan untuk belajar, tertunda begitu saja tanpa ada alasan yang jelas.
Ketika Naruto melewati ruangan perpustakaan, dia bertemu dengan dua temannya yang sedang berdiri di depan pintu. Sasuke dan Dei tersentak saat pintu tiba-tiba terbuka, mereka berusaha bersikap normal ̶ ̶ seolah-olah tidak tahu apa-apa. Padahal mereka berdua berdiri di sana hampir satu jam untuk menguping pembicaraan yang begitu serius.
Terhitung sekitar dua puluh anak perempuan keluar dari sana, mereka membawa tas, atribut sekolah tidak terpasang karena dipaksa untuk lepas. Ketua Osis bersama rekannya yang melakukan itu, mereka diperintahkan untuk mengurus pelaku penindasan sekolah.
Wajah-wajah mereka terlihat kesal, ada sekitar lima orang anak perempuan yang menangis. Namun daripada itu, wajah para anggota osis terlihat tidak bersahabat.
"Kami hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah. Jangan membela diri sendiri, sebab itu akan sia-sia." Gaara Sabaku merasa lelah, karena harus mendengarkan berbagai kalimat pembelaan dari mulut anak perempuan. Mereka terus memaksa dan berteriak. Suara-suara itu semakin membuat kepalanya berdenyut.
Seharusnya dia membiarkan kedua saudaranya yang melakukan ini. Kedua kakaknya memaksa untuk ikut, tidak ada celah untuk menghindar saat dia mendapatkan perintah langsung dari kepala sekolah.
"Aku berhenti di sini, dan akan segera mengumumkan pengganti baru." Gaara mengambil langkah lebih dulu, disusul dengan rekannya. Ia menyempatkan diri melirik dua orang yang terlihat mencurigakan. Dia tahu bahwa dua orang di sana menguping pembicaraan mereka. Seharusnya dia memberikan teguran, tetapi Gaara tetap tidak ingin mengambil pusing.
Dei menghela napas, dia mengakui kalau dia sangat membenci laki-laki dingin berambut merah itu. Karena Gaara dia mendapatkan skorsing. Sialnya pemuda itu tidak dapat bekerja sama dengannya. Saat itu, dia terus memaki dan menyumpahi Gaara tiada henti.
"Apa yang kalian lakukan di sana?" Naruto menghampiri mereka. Dei tiba-tiba menyenggol lengannya.
"Apa kau yang melakukan ini?"
"Melakukan apa?" Sasuke dan Dei saling pandang. Mereka berdua saling melempar kebingungan dan meminta penjelasan masing-masing.
"Ada sekitar 20 orang siswi yang dikeluarkan dari sekolah. Mereka semua merupakan orang yang selama ini menindas Hinata Hyuuga."
Dia tidak melakukan apa-apa. Bahkan tidak tahu apa-apa. "Jangan berbicara omong kosong. Aku tidak akan melakukan apa-apa. Jika aku melakukan itu, aku harus membawa nama keluarga Namikaze. Aku tidak suka mereka mencampuri urusanku." katanya dengan sinis.
Kepalanya berputar-putar karena bingung dengan apa yang terjadi. Sedangkan sampai saat ini dia tidak mendapatkan kabar apa-apa dari Hinata.
"Jika kau yang ti ̶ ̶" Dei tersentak saat ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan sengaja. "Sialan!" jika dia tidak menahan diri dengan tumpuan pada kakinya, mungkin wajahnya sudah mengenai lantai kotor sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Heart
FanficNaruto selalu terlibat dengan perjodohan yang direncanakan ibunya. Membuatnya begitu lelah harus menghadapi masalah yang sama. Entah apa yang membuat ibunya begitu memaksa dirinya agar menikah. Itu merupakan suatu hal yang menyebalkan baginya. Naru...