Awal dari masalah ̶ ̶̶ kenapa dia sering ditindas di sekolah adalah karena kencan buta yang selalu dilakukan Hinata di setiap minggu jika ada kesempatan. Dia tidak pernah mengenali kliennya. Hingga suatu hari dia mendapatkan klien yang ternyata mereka berada di satu sekolah yang sama.
Hinata tidak pernah tahu kalau pemuda itu memiliki kekasih. Hingga suatu hari kekasih dari pemuda itu marah, mendatangi kelasnya dan mengatakan kalau dia adalah pengganggu hubungan orang. Saat itu anak perempuan mulai membencinya, menyebar gosip aneh. Sialnya, para laki-laki selalu mendatangi dirinya untuk menyatakan perasaan. Rasa benci anak perempuan di sekolah semakin menjadi.
"Mereka hanya iri padamu," Dei mengedar pandangan sekitar, merasa waswas kalau Naruto tiba-tiba datang dan menghajar dirinya. "Pertemanan anak perempuan memang mengerikan." satu hal yang tidak dapat diabaikan, kalau apa yang dikatakannya adalah benar. Mungkin benar kalau perkataan itu terlalu berlebihan, namun nyatanya seperti itu.
"Omong-omong, kenapa mantan kekasihmu itu tidak datang?"
"Berhentilah menyebut namanya seperti itu." ada rasa tidak nyaman ketika Dei mengatakan kalimat seperti itu, karena pada dasarnya dia bukanlah kekasih pemuda itu. Bagaimanapun ini hanya lingkaran permainan yang mereka ciptakan.
"Oh, apa kau masih belum menerima kalau kalian telah putus?"
"Jangan berbicara omong kosong!"
Dei memekik karena suara itu mengganggu telinganya. Tidak menduga bahwa gadis itu sedikit sensitif. Namun dia kembali fokus mengedar pandangan sekitar. Sudah dua jam lebih dia menunggu, bahkan dia dan Hinata menyempatkan diri memasuki kedai ramen untuk mengisi perut mereka.
Kalau begini, ada rasa takut bagi Dei untuk besok kembali sekolah. Demi apa pun, sulit sekali rasanya untuk bersikap dengan tenang. Belum lagi pikiran-pikiran negatif yang ada di dalam kepalanya benar-benar menguasai dirinya. "Kau tahu? Semakin lama Naruto tidak menunjukkan keberadaannya, semakin takut bagiku untuk berada di sampingmu."
Hinata meletakkan sumpitnya setelah selesai makan. Sama halnya dengan Dei, Hinata juga sedikit waswas karena pemuda itu tidak muncul sedari tadi. "Sesuai dengan ucapanmu, kalau kami sudah putus. Aku dan dia tidak memiliki hubungan apa pun," meskipun kalimat itu benar-benar sedikit membuatnya sesak, namun dia tidak dapat lari dari kenyataan. "Dia tidak akan datang. Maka dari itu kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun."
Melirik arloji putih di tangannya, ini sudah lebih dari dua jam bersama Dei. Itu berarti, pemuda itu harus membayar dua kali lipat. "Kau bisa membayar sekarang." Dei tersentak saat Hinata berdiri di depannya.
Pemuda itu mengeluarkan beberapa lembar yen untuk diberikan ke padanya. "Kau yakin akan pulang sekarang?" Hinata mengangguk, karena setelah ini dia masih memiliki urusan lain. "Bagaimana kalau Naruto tiba-tiba muncul dan menghajarku? Bisa-bisa dia mencari waktu yang cocok untuk menghajarku karena tidak ingin kau melihatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Heart
FanfictionNaruto selalu terlibat dengan perjodohan yang direncanakan ibunya. Membuatnya begitu lelah harus menghadapi masalah yang sama. Entah apa yang membuat ibunya begitu memaksa dirinya agar menikah. Itu merupakan suatu hal yang menyebalkan baginya. Naru...