Happy Reading❤
"Riel ayo dong lama banget sih," omel Afika pada orang yang dipanggil 'Riel'. Nama lengkapnya Gabriella Algaria Fransiska tapi teman-teman dan keluarganya memanggilnya dengan sebutan 'Riel'. Terdengar aneh dan susah tapi itu lah faktanya.
"Aduh sabar napa, bentar lagi kelar nih catatan gue huh," ucap Riel sambil menyalin catatan dari papan tulis.
"Nanti keburu masuk ihh," ucap Fika lagi sambil mengguncangkan lengan Riel yang sedang menulis.
"Alamak!! Fika kecoret kan ah, lo sama Dafi aja deh sana!" ucap Riel lagi sambil terus menulis.
"Dafi juga masih nyatet Riel!"
"Sendirian lah, ribet banget dari tadi."
"Huh nyebelin banget ih!" dengus Fika sambil berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya di lantai.
Tiba-tiba ada seorang cowok menghampiri Riel dan dengan santai duduk dibangku sebelah Riel--bangku Fika.
"Pegel gak?" tanya cowok itu.
"Lumayan sih, mau berenti nanggung dikit lagi," jawab Riel tanpa menoleh ke arah cowok tersebut. Cowok tersebut merupakan Devan pacar Riel yang satu kelas dengannya dan duduk tepat di sebrang bangkunya.
"Sini biar aku aja yang lanjutin nyatet," ucap Devan sambil mengambil alih pena dan buku tulis Riel.
"Eh gak usah ih, bentar lagi juga selesai." Tolak Riel sambil mengambil kembali buku tulisnya.
"Plis, kali ini gak usah nolak," ucap Devan sambil mengambil buku Riel kembali.
"Tap-"
"Gak ada penolakan!" Tegas Devan lalu kemudian mulai menuliskan catatan yang ada di papan tulis ke buku Riel.
Riel menghembuskan napas pasrah, jika Devan sudah mengucapkan kata 'tak ada penolakan' huh menyebalkan untung Riel sayang.
"Van aku ke kantin sebentar ya," ucap Riel pada Devan yang sedang menuliskan catatan di bukunya.
"Oke, jangan lama-lama kalo ada apa-apa langsung bilang ke aku."
"Ih lebay deh, aku kan cuma mau beli minum ke kantin bukan ke monas."
"Iya iya sayang," ucap Devan sambil sejenak berhenti menulis.
Riel hanya tersenyum mendengar kata 'sayang' yang keluar dari bibir Devan. Mungkin itu bukan yang pertama kalinya tapi setiap mendengar kata itu yang keluar dari bibir Devan, selalu membuat jantung Riel berdegup seperti habis lari maraton.
"Ya udah aku pergi dulu." Pamit Riel masih dengan senyum yang mengembang dibibir mungilnya.
***
"Daf, gue nebeng lo ya hari ini mama gue gak bisa jemput nih," ucap Fika pada Dafi yang sedang memasukkan buku-bukunya kedalam tas karna bel tanda selesainya pelajaran telah berbunyi.
"Hm," jawab Dafi singkat padat dan tidak jelas.
"Nanti gue traktir mie ayam deh."
"Beneran?" tanya Dafi dengan semangat yang menggebu-gebu.
"Giliran denger traktiran aja langsung semangat!" cibir Fika.
"Hehe ya kan gue laper."
"Oh iya El, lo pulang sama Devan kan?" tanya Fika pada Riel.
Riel hanya menganggukkan kepala.
"Ya udah gue sama Dafi duluan ya."
"Hati-hati."
Fika hanya mengacungkan jempolnya.
"Udah selesai beresin bukunya?" tanya Devan yang entah sejak kapan sudah berdiri didekat bangku Riel.
"Udah kok yuk," jawab Riel sembari bangkit dari duduknya.
Mereka berjalan berdampingan sambil menautkan jari-jari tangan mereka di sepanjang koridor yang sudah agak sepi, hanya tinggal beberapa siswa-siswi saja yang lewat.
Sampainya diparkiran Devan langsung mengambil motornya dan menyuruh Riel menunggu di depan gerbang.
"Oh ya, mau gak kita jalan-jalan dulu?" tanya Devan sambil menyerahkan helm pada Riel.
"Emm boleh tapi-"
"Aku tadi udah izin ke Mama kamu, kalo mau ajak kamu jalan," jelas Devan.
"Ya udah kalo gitu yuk," ucap Riel bersemangat sembari naik ke atas motor Devan.
Setelah 10 menit akhirnya mereka sampai disebuah taman bermain yang banyak sekali anak-anak.
"Taman bermain?" tanya Riel sambil tersenyum.
"Kamu suka?" tanya Devan.
Riel mengangguk sambil tersenyum cerah. Tangan Devan pun terulur dan mengacak sebentar rambut Riel.
"Sebenernya aku ngajak kamu kesini karna gue mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Devan.
Riel yang sedang asik duduk diayunan sambil berselfie ria langsung menoleh ke arah Devan.
"Mau ngomong apa?" tanya Riel polos.
"Tapi janji dulu sama aku, setelah aku ngomong ini ke kamu, tolong jangan pernah benci aku," ujar Devan sebelum mengatakan maksud dan tujuan sebenarnya mengajak Riel ketempat ini.
"Tergantung," ucap Riel sambil melanjutkan berselfie sekali lagi.
"Huft." Devan menarik napas dalam-dalam sebelum kembali berbicara pada Riel.
"Aku tau ini berat buat kamu," ucap Devan menjeda perkataannya.
"Tapi aku harus ngomong ini sama kamu El, maafin aku, hubungan kita cukup sampai di sini," ucap Devan dengan rasa sesak di dadanya.
"Tap-tapi kenapa Van?" tanya Riel sambil menahan air matanya yang siap meluncur keluar kapan saja.
"Aku udah gak ada perasaan lagi sama kamu, Maaf."
"Oke, kalo itu yang kamu mau, kita selesai cukup sampai di sini. Semoga kamu bisa nemuin orang yang lebih baik dari pada aku," ucap Riel dengan air mata yang sudah mengalir membentuk garis lurus.
"Maaf udah buat kamu terlalu berharap sama aku."
Riel tak sanggup menjawab perkataan yang dilontarkan oleh Devan, Riel memutuskan berlari tak tentu arah, yang penting ia tidak melihat wajah Devan saat ini.
"Riel kamu mau kemana?" teriak Devan kencang sambil mengejar Riel yang sudah berlari jauh.
.
.
.
.
.
.
.
Cerita ini sudah aku revisi jadi mudah-mudahan gak ada lagi typo sama alur yang gak jelas, tenang aja ceritanya masih tetep sama kok gak jauh dari yang pertama kali aku publis:)Jgn lupa tinggalkan jejak
Thank you❤
See you next part~02 Agustus 2018
Revisi 11 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...