"Cie yang dianter pulang mantan cie." Dafika terus menggoda Riel.
Saat jam istirahat tiba, Fika dan Dafi tiba-tiba menyeret Riel ke kantin, tak sabar menunggu cerita dari Riel yang bisa pulang bersama Devan, yang notabene mantannya.
Riel mendengus sebal, pasalnya dari tadi kedua sahabatnya terus menggoda dengan embel-embel 'cie' di awal dan akhir kalimat yang mereka ucapkan.
"Cie-cie yang sebel cie," goda Fika ikut-ikutan.
"Cia-cie teross, bosen gue!" ucap Riel sambil memutar bola mata malas.
"Ceritain dong sama kita, gimana lo bisa pulang bareng mantan," ujar Dafi yang mendadak terserang penyakit kepo akut.
"Males, lo berdua toa."
Dafi dan Fika cemberut mendengar ucapan Riel barusan. Padahal mereka berdua sedang sangat penasaran dengan cerita Riel.
"Gak seru lo!" ucap Fika lalu memanyunkan bibirnya.
"Dahlah, gue mau balik ke kelas," Ucap Riel lalu berdiri dari duduknya.
"Ngapain sih di kelas? Mau ketemu mantan?" sindir Dafi dengan ekspresi menyebalkan di mata Riel.
"Nyebelin lo berdua!"
Riel kembali mendudukkan diri. Tiba-tiba dari belakang ada yang menutup matanya menggunakan tangan.
"Siapa sih? Kurang kerjaan banget!" omel Riel.
"Tebak dong El," ucap Fika yang disuruh oleh orang yang menutup mata Riel.
"Sapa sih? Mbah Jambrong?" tebak Riel asal agar orang menutup matanya kesal.
"Oh gue tau ini siapa, Mimi Peri kan? Ato Putri Kebaret?"
"Ganteng-ganteng gini disamain sama Mimi Peri," ucap orang yang menutup mata Riel, sambil menjauhkan tangannya dari mata Riel.
"Devan," ucap Riel terkejut.
"Apa?" jawab Devan mengikuti nada bicara Riel, dan itu membuat Riel kesal.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Riel ketus seperti biasanya.
"Menurut lo? Gue ke kantin mau ngapain? Ngepet?" Balas Devan dengan nada dingin yang dibuat-buat. Lagian mana bisa Devan bersikap dingin pada Riel.
Riel berdiri lalu berjalan ingin keluar dari kantin. Tapi baru saja selangkah Devan menahan pergelangan tangannya.
"Apaan sih!" ucap Riel sambil berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Devan, tapi nihil cekalan Devan terlalu kuat.
"Lepas Devan!" ujar Riel kali ini sambil menatap tajam mata Devan, namun tak berlangsung lama Riel membuang muka tidak sanggup bertatapan lama dengan Devan, karna jantungnya tidak bisa diajak kompromi.
"Gue bakal lepasin asal lo mau kasih kesempatan sekali lagi sama gue," ujar Devan yang membuat beberapa orang yang mendengarnya melotot tidak percaya.
"Gak!"
"Yaudah, gak mau dilepasin."
Riel mencoba menghentakkan tangan Devan dan kali ini dengan sekali sentakan cekalan tangan Devan terlepas, setelah itu Riel langsung melarikan diri, keluar dari kantin.
Tak berniat mengejar Devan hanya berdiri di tempatnya sambil menatap punggung Riel yang makin menjauh.
"Sabar ya Van," ucap Fika kasihan pada Devan yang ditolak mentah-mentah oleh Riel.
Devan melirik Fika dan Dafi sebentar lalu mengangguk, dan kemudian meninggalkan kantin.
"Kasian ya kak Devan, masa ditolak gitu aja sama Kak Riel," ujar seorang siswi kelas 10 yang kebetulan mendengar dan menyaksikan perdebatan singkat Riel dan Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...