Semoga suka sama ceritanya:)
Happy reading guys❤️"Ngapain di sini sendirian? Galauin gue ya?" tanya Devan dengan nada percaya diri.
"Idih pede banget lo."
"Terus ngapain?" tanya Devan lagi.
"Bukan urusan lo!" jawab Riel, lalu hendak berdiri namun ditahan oleh Devan.
"Apaan sih?" tanya Riel geram.
"Di sini dulu, gue mau ngomong," ucap Devan masih memegang pergelangan tangan Riel.
"Lo dari tadi juga udah ngomong!" Riel melepaskan tangan Devan yang memegang tangannya.
"Serius El."
"Jadi dari tadi lo pikir gue bercanda? Udah buruan ngomong bentar lagi bel masuk!" ucap Riel kali ini ia mengizinkan Devan menyampaikan apa yang ingin ia katakan.
"Apa gak ada lagi kesempatan buat gue, El?" tanya Devan sembari menatap mata Riel.
Riel yang ditatap oleh Devan sebisa mungkin menyembunyikan salah tingkahnya, jantungnya juga sudah berdebar lebih cepat, seperti ingin meloncat dari tempatnya.
"Apa nama gue udah bener-bener hilang di hati lo? Jawab El, jangan diem," lanjut Devan dan memutuskan kontak mata dengan Riel yang masih bungkam.
"Gue-gue gak tau," jawab Riel bingung dengan perasaannya sendiri.
"Kenap-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, bel tanda berakhirnya jam istirahat berdering. Devan benar-benar mengutuk bel tersebut yang berbunyi di saat yang tidak tepat.
"Udah bel, gue masuk kelas duluan," pamit Riel sambil berdiri.
"Lo juga masuk, jangan bolos!" lanjut Riel dengan nada ketus yang dibuat-buat.
Devan hanya menganggukkan kepalanya, setelah itu Riel pergi meninggalkan Devan yang masih setia duduk di atas rooftop.
***
Bel tanda berakhirnya pelajaran sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Saat ini Riel sedang berjalan menyusuri koridor sambil menundukkan kepala, bingung dengan hatinya, disatu sisi hatinya berkata masih mencintai Devan namun logikanya berkata sebaliknya.
Karna terus menunduk tidak sadar Riel menabrak seseorang, dan berakhir tersungkur di lantai koridor.
"Eh, maaf gue jalan gak liat-liat," ucap orang yang menabrak Riel tadi.
Riel mendongak untuk melihat siapa orang yang bertabrakan dengannya. Gadis itu terkejut saat mengetahui orang tersebut adalah Devan. Raut terkejut Riel seketika sirna berganti dengan ekspresi datar kala Riel mengingat Devan tidak kembali masuk ke dalam kelas setelah keduanya berbicara di rooftop.
Devan mengulurkan tangannya berniat membantu Riel berdiri. Namun sayang Riel sama sekali tak berniat menerima uluran tangan Devan, dan memilih berdiri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...