SEBATAS MANTAN #10

346 30 0
                                    

Selesai makan malam Riel dan Clara membantu untuk mencuci piring.

"Lo masih ada rasa sama Devan?" tanya Clara tiba-tiba membuat Riel terkejut dan hampir menjatuhkan piring yang akan ia letakkan di rak, jika Clara tak segera menahan piring tersebut.

"G-gue gak tau," jawab Riel salah tingkah dengan pipi yang memerah.

"Devan itu sebenernya masih sayang sama lo, tapi lo tau sendiri dia gengsinya selangit."

Riel hanya diam tidak tau harus merespon bagaimana.

"Dia sebenernya pengen ngajak lo balikan," ucap Clara lagi.

Prangggg..
Suara piring terjatuh yang disebabkan oleh Riel.

Devan yang mendengar suara benda pecah dari dapur langsung berlari ke dapur untuk melihat apa yang terjadi, begitupun dengan Bella.

"Aduh kenapa ini kok bisa jatuh?" tanya Bella pada Riel dan Clara.

"Em, maaf Tante Riel gak sengaja jatuhin piringnya," ucap Riel meminta maaf pada Bella.

"Clara juga Tante, tadi pas Riel mau letakin piringnya aku gak sengaja nyenggol tangannya," ujar Clara sambil melirik pada Riel yang terkejut dengan penuturan Clara.

Sudah jelas yang menjatuhkan piring tadi Riel sendiri karna terkejut dengan ucapan Clara.

"Aduh kalian berdua ini, ya sudah gak apa-apa, Devan kamu bersihin pecahan piringnya sana," ucap Bella.

"Lah kok jadi aku sih Ma?" protes Devan tidak terima.

"Mau ngelawan Mama?" Ancam Bella sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Duh, iya Ma, iya Devan bersihin."

"Tante biar Riel aja yang beresin, kan tadi Riel yang jatuhin," ucap Riel yang merasa tidak enak dengan Devan.

"Aduh, ya udah siapa aja deh yang bersihin, yang penting kaca pecahanya jangan ada yang ketinggalan nanti kena kaki orang, dah Tante ke depan dulu ya," ucap Bella lalu berjalan meninggalkan tiga orang remaja di dapur.

Riel mulai memunguti pecahan kaca yang berserakan diikuti Clara.

Saat mengambil satu pecahan kaca tidak sengaja tangan Riel terkena pecahan tersebut.

"Awwww..." ringis Riel sambil melihat tangannya yang terluka.

Tanpa ba-bi-bu Devan langsung mendekat pada Riel dan menghisap darah yang ada di jari Riel.

Clara yang melihat dua orang itu hanya tersenyum geli dan melanjutkan membersihkan sisa pecahan piring.

"Devan," panggil Riel.

"Kamu duduk sini dulu, aku ambil kotak P3K," ujar Devan lalu berjalan meninggalkan Riel untuk mengambil kotak P3K.

Riel hanya menurut dengan perkataan Devan yang menyuruhnya duduk di kursi yang ada di dapur.

Setelah mengambil kotak P3K Devan buru-buru menghampiri Riel dan mengeluarkan obat merah dan mengoleskan obat itu pada jari Riel yang terluka.

Setelah itu Devan menempelkan plester luka dan kembali memasukkan obat merah ke dalam kotak.

"Van," panggil Riel.

"Apa?" Jawab Devan singkat.

"Kita perlu bicara."

"Dari tadi juga lo udah ngomong."

Riel menghembuskan napas kesal karna jawaban Devan barusan. Riel jengah dengan sifat Devan yang dari dulu tidak pernah bisa diajak bicara serius.

"Oke-oke, ikut gue," ujar Devan sambil menarik tangan Riel menuju taman belakang rumahnya.

Kini mereka berdua duduk di kursi halaman belakang rumah Devan. Tidak ada suara dari keduanya, hanya suara binatang malam yang mengisi kecanggungan keduanya.

Riel menghela napas sejenak sebelum memulai bicara.

"Ada yang pengen gue omongin," ucap Riel dan Devan bersamaan.

"Lo duluan," ujar Devan memberi waktu Riel untuk berbicara lebih dulu.

"Lo duluan aja."

"Dimana-mana tuh ladies first."

Jengah dengan Devan akhirnya Riel mengangguk dan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

"Sebelumnya makasih," ucap Riel sambil melihat tangannya yang diplaster.

Devan mengerutkan kening bingung. "Makasih buat?" tanya Devan heran.

"Buat semuanya, dan makasih untuk plesternya."

Devan menganggukan kepala sebagai respon.

"Padahal ini cuma luka kecil, tapi lo segitunya hehe," lanjut Riel berbicara.

"Luka kecil kalo dibiarin juga lama-lama sakit," ujar Devan sambil menatap wajah Riel.

Hening, keduanya hanya saling tatap dalam diam. Sampai akhirnya Riel memutuskan kontak mata terlebih dahulu.

"Lo bener, luka kecil kalo dibiarin lama-lama sakit dan bisa jadi luka yang lebih besar, begitupun luka di hati gue."

Devan lagi-lagi terdiam mendengar Ucapan Riel, ia bingung harus mengatakan apa, akhirnya Devan berkata, "maksud lo?"

"Gue pengen jujur sama lo, gue kangen kita yang dulu, gue masih sayang lo," ujar Riel tanpa mau melihat ke arah Devan.

"Gue juga," balas Devan cepat, bahkan hampir terdengar tidak jelas di telinga Riel.

"Kalo gitu kenapa dulu lo bilang bosen?"

"Gu-gue, biar gue jelasin dari awal."

Riel diam bersiap mendengarkan penjelasan Devan, meskipun nanti menyakitkan setidaknya hatinya lega sudah mengetahui alasan Devan meninggalkannya.

"Waktu itu gue pengen ngetes perasaan lo ke gue, akhirnya gue cerita ke Denis sama Dylan," jelas Devan dengan gugup.

Riel masih diam, menunggu Devan melanjutkan perkataanya.

"Mereka kasih saran gue buat pura-pura mutusin lo buat liat gimana reaksi lo, dan dengan bodohnya gue setuju sama saran mereka,"

"Dan pas itu gue mikirnya lo bakal nangis sambil mohon-mohon sama gue biar gak putus, tapi nyatanya lo cuma pergi gitu aja."

"Jadi lo mau ngeprank gue?" tanya Riel sambil menatap sebal Devan sekaligus tidak menyangka.

Devan mengangguk membenarkan ucapan Riel barusan, karna pada nyatanya memang niat awalnya hanya mengerjai Riel, tapi malah berujung menyedihkan.

"Lo jahat banget sumpah! Gue benci sama lo!" ujar Riel pada Devan yang tertunduk di sampingnya.

"Maaf," ucap Devan singkat.

"Gue mau pulang," ucap Riel.

Devan hanya mengangguk dan beranjak dari duduknya untuk mengantar Riel pulang.

Diperjalanan hening antara Riel dan Devan tidak ada yang berniat membuka obrolan. Setelah mereka berbicara di taman belakang rumah Devan tadi mereka berdua sama sekali tidak berniat untuk berbicara lagi. Riel yang merasa sebal dan Devan yang merasa bersalah.

Riel yang menyibukkan diri dengan ponselnya dan sesekali memandang ke arah luar mobil. Sedangkan Devan fokus menyetir.

Tak terasa mobil Devan sudah berhenti di depan rumah Riel.

Tanpa banyak omong Riel segera turun tak lupa mengucapkan terimakasih pada Devan.

Devan terdiam masih memperhatikan Riel hingga masuk ke dalam rumahnya, setelah memastikan Riel masuk, Devan baru menjalankan kembali mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Riel.







Typoo bertebarannn:v

Tbc....

Sebatas Mantan {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang