Devan menghempaskan tubuhnya yang masih terbalut seragam sekolah ke kasur miliknya, bahkan Devan belum melepas sepatunya. Memejamkan mata sejenak, lalu membukanya lagi. Tiba-tiba sekelebat bayangan saat Riel menangis memenuhi pikiranya, Devan benar-benar khawatir pada Riel."Galau lo?" tanya Clara yang sudah berada di dalam kamar Devan.
Devan melirik ke arah Clara sekilas lalu kembali menatap langit-langit kamarnya.
"Kalo cinta ya perjuangin, kalo gak sanggup ya lepas," ujar Clara menyindir Devan.
"Ck, lo kira selama ini gue gak berjuang!" balas Devan sinis.
"Kenapa lagi lo sama Riel?" tanya Clara sambil merebahkan diri di samping Devan.
"Gue udah ingkar janji sama dia, tadi gue bolos terus ngerokok lagi, gue udah bikin dia kecewa," ucap Devan lalu mengusap wajahnya dengan satu tangannya.
"Dia kecewa, artinya dia masih sayang, gue gak ngerti lagi sama kalian berdua masih sayang aja segala sok gengsi, tinggal balikan aja ribet."
"Lo pikir gampang? Gak nyadar lo, apa kabar sama lo yang suka sama Dylan tapi gak berani ngomong?" sindir Devan, dan langsung membuat wajah Clara memerah.
"Tau dari mana lo? Sotoy!"
"Gue baca diary lo," ucap Devan sinis dan membuat Clara langsung terduduk dari baringanya.
"Lancang banget sih! Baca-baca privasi orang!" omel Clara sambil memukul Devan dengan bantal.
"Heh, lo sendiri taruh sembarangan, pake nyalahin gue lagi."
"Lagian suka sama orang itu omongin ke orangnya, kalo diem aja mana dia peka," lanjut Devan mengejek Clara.
"Gue cewek, yakali gue ngomong duluan."
"Cih, sok gengsi keduluan orang mampus lo," cibir Devan lalu tertawa.
"Devan kampret! Awas lo ngomong sama dia, gue aduin sama tante Bella kalo lo sama Riel putus." Mendengar ancaman Clara, Devan langsung diam karna takut Mamanya akan marah-marah hanya karna putus dengan Riel.
"Udah, huss sana keluar lo gue mau mandi," usir Devan lalu menarik Clara agar keluar dari kamarnya.
***
Suasana taman komplek saat ini sedang sepi, pas sekali untuk seorang gadis yang sedang duduk di ayunan sambil menunduk dan menangis. Riel benar-benar merasa kecewa pada Devan, namun disatu sisi ia harus sadar saat sekarang dirinya bukan lagi kekasih Devan.Gadis itu hanya menunduk, entah kenapa ia bisa sekecewa ini bahkan lebih kecewa dari saat dulu Devan memutuskanya.
Tiba-tiba ada seorang anak perempuan berumur sekitar 6 tahun menghampirinya.
"Kakak jangan nangis," ujar anak perempuan itu.
Riel menghapus sisa-sisa air matanya lalu menatap anak perempuan yang berdiri di depannya. Riel sempat berpikir bahwa anak perempuan ini sangat mirip dengan dirinya saat kecil.
"Kakak lagi sedih ya?" tanya anak itu.
Riel hanya tersenyum sambil menganguk sebagai jawaban.
"Kakak mau permen? Ini Lala punya dua kita satu-satu aja," ucap anak kecil bernama Lala itu sambil menyodorkan satu permen tangkai rasa coklat dengan bungkus bergambar sapi.
"Terima kasih," ucap Riel setelah mengambil sebungkus permen yang disodorkan anak itu.
Anak perempuan bernama Lala itu lalu duduk di ayunan samping Riel sambil mengemut permen tangkainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...