"Devan!"
"Apa?"
"Ck, ngeselin banget sih."
"Tapi ngangenin," ucap Devan dengan tampang tengil yang membuat Riel ingin sekali mencakar wajah cowok yang sok ganteng itu.
"Gue mau pulang Devan!" ucap Riel dengan nada sedikit tinggi.
"Ayo, gue anter."
"Gue tadi bilang gak mau, lo budek?"
"Lo tau pepatah yang bilang gini 'cinta itu buta dan tuli' Nah iya gue budek gara-gara cinta sama lo," jawab Devan dengan entengnya.
"Gak nyambung!"
"Iya, tapi perasaan kita masih nyambung kan?" tanya Devan sambil tersenyum pada Riel.
Pipi Riel seketika merona mendengar pertanyaan Devan yang ngawur barusan.
"Ish, udah awas gue mau pulang!" ujar Riel yang berpura-pura kesal, padahal ketara sekali jika ia sedang menyembunyikan salah tingkahnya.
"Kita pulang bareng," ucap Devan lalu menggandeng tangan Riel, perlakuan Devan tersebut sontak membuat Riel terkejut karna tiba-tiba tangannya digandeng oleh Devan. Riel terlihat pasrah dan tak ingin melakukan protes lagi karna Devan seenaknya memaksa, dan menarik pergelangan tangannya.
Riel hanya terdiam sambil mengikuti Devan yang membawanya ke tempat parkir, matanya masih menatap pergelangan tangannya yang digandeng oleh mantannya itu.
"Malah ngelamun," tegur Devan saat dirinya sudah sampai di samping mobilnya, dan malah mendapati Riel yang melamun.
"Eh." Riel tersadar dari lamunannya saat Devan tiba-tiba menepuk pundaknya.
"Masuk El, lo mau berdiri di sini sampe karatan," ucap Devan yang sudah membukakan pintu mobilnya untuk Riel.
"Lo pikir gue besi bisa karatan!" balas Riel masih dengan nada ketusnya.
"Mau masuk sendiri atau-"
Tidak ingin mendengar Devan melanjutkan kata-katanya, Riel segera masuk ke dalam mobil milik Devan.
Devan tersenyum saat Riel sudah masuk kedalam mobilnya, akhirnya usahanya untuk pulang bersama dengan Riel berhasil.
"Mau langsung pulang atau gimana?" tanya Devan sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Ke kuburan!" jawab Riel asal tanpa melihat ke arah Devan.
"Mau ziarah? Makam siapa?"
"Mau ngubur lo! Udah buruan jalan gak usah bacot mulu, kalo gak gue turun!"
Devan terkekeh mendengar ucapan Riel, dan langsung menginjak pedal gasnya meninggalkan area sekolah.
***
"Lo mau beli es krim dulu?" tanya Devan ketika melihat ada toko ice cream di seberang jalan yang mereka lewati.
"Gak usah sok baik!" jawab Riel masih dengan nada ketusnya.
"Gue kan memang baik El, apalagi sama lo."
"Basi!"
"Di angetin kalo basi," balas Devan sambil sesekali melirik Riel yang masih memasang wajah kesal, yang membuat Devan gemas sendiri dengan mantan yang masih dicintainya ini.
"Apa lo liat-liat?!" tanya Riel kala mendapati Devan memandanginya.
"Kamu cantik," ujar Devan dan mengubah panggilan gue-lo menjadi aku-kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...