"Gue gak bisa move on," ujar Devan, entah ini sudah kali keberapa Devan mengucapkan kalimat itu sehingga membuat kedua sahabatnya--Dylan dan Denis muak.
"Balikan aja sih ribet lo!" celetuk Denis yang sedikit kesal.
"Eneg gue denger lo ngoceh itu-itu aja Van," sambung Dylan lalu menyedot jus alpukat miliknya.
Sekarang Devan, Dylan, dan Denis sedang berada di cafe dekat rumah Dylan. Tadi Devan memaksa kedua sahabatnya itu untuk datang ke cafe dan menemaninya yang sedang galau akut.
"Tau, kalo ke sini cuma mau dengerin lo ngomong gitu mending gue nonton upin-ipin di rumah," ujar Denis.
"Ngoceh mulu lo Den, gue gampar bolak-balik lo lama-lama! Lo tuh harusnya ngertiin ke galauan temen alay lo itu," ucap Dylan yang ikut jengah dengan Devan namun ia masih sedikit waras daripada Denis.
"Gara-gara ke sini, gue jadi gak nonton serial upin-ipin tau gak," gerutu Denis.
"Upin-ipin aje isi otak lu, sadar umur kampret udah manula juga!"
"Manula ndasmu! Orang ganteng tujuh turunan gini."
"Iya tujuh turunan dan lo keturunan ke delapan," cibir Dylan.
Devan menatap dua sahabatnya jengah, mereka berdua memang tidak tahu kondisi. Keputusan Devan menelpon mereka pagi-pagi untuk menemaninya di cafe ternyata salah, bukannya mengembalikan mood dan memberikan pencerahan, Dylan dan Denis malah sibuk ngoceh masing-masing.
"Upin-ipin tuh pagi ini ada episode baru, dan gue ketinggalan gara-gara dipaksa ke sini," oceh Denis tidak nyambung.
"Gak guna lo nontonin tuh bocah botak dua yang gak gede-gede."
"Bacot!" ucap Devan lalu berdiri dan mengambil kontak motornya.
"Mau kemana lo?" tanya Dylan.
"Minggat, biar bisa move on!" jawab Devan ketus lalu beranjak dari cafe di mana ia berada.
"Tuh bocah emang gak tau diri, maksa-maksa ke sini sekarang dia malah cabut duluan kan kampret."
"Gara-gara lo ngoceh mulu!"
"Lah kok gue? Orang dari tadi gue gak ngapa-ngapain," ucap Denis yang tidak terima disalahkan.
"Gak ngapa-ngapain pale lo! Lo ngoceh dari tadi tuh apa?!" Setelah mengucapkan kekesalannya pada Denis, Dylan beranjak dari cafe tersebut meninggalkan Denis.
"Eh, Lan tunggu dong kampret," ucap Denis sebelum menghabiskan minumannya Denis pikir mubazir jika dibuang-buang, setelah minumannya habis Denis cepat-cepat menyusul Dylan yang sudah keluar cafe duluan.
***
Sekarang Riel tengah menyantap mie instan buatan Mamanya, sembari menonton televisi.
"Ini hari minggu, tumben kamu gak pergi main," tanya Siska pada putri semata wayangnya yang sedang menikmati semangkuk mie intan buatannya.
"Males ah, pengen di rumah aja sama Mama," jawab Riel sebelum menyuapkan mie tersebut ke mulutnya.
Siska tersenyum mendengar jawaban putrinya, Siska rasa ia terlalu sibuk membantu bisnis suaminya hingga jarang ada untuk putrinya.
"Devan kok udah lama gak main?" tanya Siska sambil melihat iklan di televisi.
"Uhukkk.." Riel terbatuk kala mendengar pertanyaan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...