*happy reading
Bel yang ditunggu-tunggu oleh para siswa-siswi pun akhirnya berbunyi.
Bu Weni yang mengajar di kelas Riel pun langsung menyudahi pelajarannya dan keluar dari kelas. Para murid pun langsung pergi menuju ke kantin dengan cacing-cacing perut yang sudah meronta meminta makan. Kini hanya tinggal Riel,Fika,Dafi,Devan,Dylan,dan Denis yang ada di dalam kelas.
Devan pun memberikan kode pada teman-temannya dan teman Riel untuk meninggalkan mereka berdua. Fika yang mengerti kode dari Devan langsung menarik Dafi keluar kelas dengan alasan ingin ke toilet disusul dengan keluarnya Dylan dan Denis yang ingin ke kantin.
"Eh Fik, kok gue ditinggalin sih!" ucap Riel yang melihat Kedua temannya pergi meninggalkannya.
Baru saja ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba ada yang mencekal tangannya. Yah, itu Devan bukan hantu, lagian mana ada hantu setampan Devan. Riel membalikkan badannya mengahadap ke tempat Devan berdiri sekarang.
"Ngapain sih lo?" tanya Riel jutek padahal jauh dilubuk hati yang terdalam terdapat perasaan bahagia yang bermunculan.
"Bareng yuk, lo mau ke kantin kan?" ucap Devan tanpa melepaskan cekalannya pada tangan Riel.
"Lo gak inget sekarang lo sama gue itu udah gak ada hubungan apa-apa lagi, gue sama lo sekarang cuma MANTAN!" ujar Riel sambil menekankan kata 'mantan' di akhir kalimatnya.
"Kita emang udah gak ada hubungan apa-apa lagi, tapi emang salah kalo kita berteman? Sapa tau nanti bisa balikan," ucap Devan santai.
"Balikan? Lo lupa apa pura-pura lupa? Lo yang mutusin gue duluan Devan!"
Bukannya menjawab Devan malah menarik tubuh Riel kedalam pelukkannya. Riel terkejut, ralat sangat terkejut dengan perlakuan Devan, apa Devan sudah lupa jika mereka sudah tak berstatus pacar lagi? Lalu kenapa sekarang ia berlaku manis kepada Riel? Entahlah Devan memang membingungkan.
"Lepasin gue Devan!" ucap Riel berusaha melepaskan diri dari pelukkan Devan, tapi percuma saja tenaga Devan lebih kuat darinya.
"Lo kenapa sih kaya gini, kemaren aja lo bilang lo udah gak cinta lagi sama gue! Tapi kenapa sekarang lo berlaku seolah gak terjadi apa-apa kemaren!" ujar Riel sambil memukul-mukul dada Devan.
"Gue kemaren cuma bercanda El, gue cuma mau ngetes lo, apa lo bakal mohon-mohon buat gak putus sama gue, tapi kenyataannya enggak, lo beda El dari cewek-cewek lain," ucap Devan sambil melepaskan pelukkannya pada Riel.
"Bercanda lo bilang? Asal lo tau ya cinta gak sebercanda itu!" ujar Riel sebelum berlari meninggalkan Devan.
"Riel, gue bisa jelasin semuanya!"
Riel sama sekali tak menghiraukan ucapan Devan, apa lagi coba yang ingin dia jelaskan? Semuanya sudah jelas bagi Riel. Riel berlari menuju taman belakang sekolah yang jarang sekali dikunjungi siswa-siswi, mungkin hanya ada beberapa siswa yang datang kesitu. Dan dapat dipastikan siswa-siswi yang datang ke taman belakang pasti sedang patah hati atau ada masalah, seperti Riel contohnya.
Riel mendudukkan diri di bangku panjang yang disediakan. Ia hanya berdiam diri sambil menangis, sejujurnya ia masih sangat mencintai Devan, tapi mau bagaimana lagi hubungannya dengan Devan sudah berakhir. Masa iya ia harus memohon-mohon saat diputuskan oleh Devan kemarin, lagi pula gengsinya terlalu tinggi untuk melakukan hal seperti mantan-mantan Devan sebelumnya, memohon-mohon sambil menangis di depan Devan agar tidak diputuskan. Cih, Riel tidak akan sudi melakukan hal rendah seperti itu, memangnya dia apa? Plis deh Riel tidak serendah itu.
"Lah gue kenapa nangis coba? Aduh Riel kok lo bego sih malah nangis cuma gara-gara mantan kaya Devan, plis deh masih banyak cowok di luar sana yang lebih dari Devan," ucap Riel pada dirinya sendiri sambil menghapus air matanya dengan dasi yang dipakai di lehernya.
Setelah mengelap bersih semua air matanya hingga tidak ada lagi yang tersisa Riel berdiri dari bangku panjang taman belakang sekolah itu, dan berjalan menuju ke kantin karna sudah merasa kelaparan.
***
"Woy stres balikin bakso gue, tai!" seru Denis kesal pada Devan karna baru datang ke kantin dan tiba-tiba mengambil mangkok bakso beserta isinya yang barusan ingin ia makan.
"Lo pesen lagi sono," ucap Devan dengan santainya seperti orang tak punya dosa sembari menyuapkan kuah bakso ke mulutnya.
"Ye si monyet, gue ogah ngantri lagi nyet!" ucap Denis sambil mengambil kembali mangkok beserta baksonya, ya iyalah masa mau mengambil mangkoknya saja,dipikir Denis manusia pemakan beling.
"Muke lo kusut amat kaya baju belom disetrika 1 bulan," ucap Dylan saat melihat muka kusut Devan, sambil menambahkan sambal di mangkok bakso yang saat ini ia makan.
"Gue lagi mikirin gimana caranya PDKT lagi sama Riel," jawab Devan lalu meminum es teh milik Denis dan ...
Bughhh
Denis memukul punggung Devan yang baru saja ingin meneguk es teh milik Denis, hingga Devan tersedak sedikit es tehnya dan sebagian lagi tersembur ke arah Dylan yang sedang asyik menikmati baksonya.
"Anjing! goblok!" teriak Devan kesal dan menatap tajam pada Denis gara-gara Denis ia harus tersedak sebagian es teh yang diminumnya barusan.
"Goblok, baju gue basah ogeb!" seru Dylan tak kalah kesalnya dengan Devan.
"Hehe sorry Bro." Cengir Denis seperti manusia yang tidak pernah berbuat dosa, padahal gara-gara dia Devan dan Dylan jadi tersedak dan tersembur.
"Kalo mau mukul tuh dipikir dulu gue lagi minum oon!" ucap Devan dengan tatapan tajam yang masih mengarah pada Denis.
"Huekkkk, Anjir bau jigong baju gue!" ujar Dylan seolah-olah ingin memuntahkan isi perutnya sambil mencium bajunya yang terkena semburan es teh dari mulut Devan.
"Lagian siapa suruh sembarangan minum minuman orang," balas Denis sembari melirikkan mata sekilas pada Devan.
"Devan yang minum gue yang kena imbasnya bodoh!" ucap Dylan yang sudah kesal setengah mati.
"Sebagai gantinya lo bayarin makanan gue!" ucap Dylan lalu berdiri hendak meninggalkan kantin dan menuju toilet untuk membersihkan bajunya dari jigong-jigong Devan yang ikut menempel bersama es teh yang tidak sengaja disemburkan tadi.
"Lah kok gue? kan lo yang makan," ucap Denis.
"Bodo amat!" ucap Dylan lalu meninggalkan kantin.
"Van, lo yang bayarin makanan Dylan ya," ujar Denis memelas pada Devan yang sedang asik memainkan ponselnya.
Devan hanya diam saja, pura-pura tidak mendengar perkataan Denis barusan.
"Van, Devan," panggil Denis dengan nada seperti anak kecil yang minta dibelikan ice cream
Bukannya menanggapi ucapan Denis, Devan malah berdiri dari duduknya sambil bersiul dan meninggalkan Denis seorang diri bersama bakso Dylan yang belum dibayar.
Sungguh malang nasib Denis."Alamak macam mana pulak ini, duit gue abis kalo buat bayarin makan si Dylan kampret! Tabahkanlah hati Denis yang ganteng tapi selalu ternistakan ini ya Tuhan," Ucap Denis dengan tangan menengadah seperti orang berdoa.
.
.
.
.
.
.
Tbc...Semoga kalian suka sama cerita ini:)
Jangan lupa pencet bintang ya, karna satu vote dari kalian itu berharga banget buat aku hehe.
See you next part..👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...