Entahlah sejauh manapun aku pergi dan menghindar pada akhirnya kamu adalah tempatku pulang
Bel tanda berakhirnya seluruh pelajaran di hari ini akhirnya berbunyi, membuat siswa maupun siswi bernapas lega.
Riel sibuk memasukkan alat-alat tulisnya, padahal saat pelajaran terakhir kelasnya jam kosong, tapi memang pada dasarnya Riel kurang kerjaan jadilah ia mengeluarkan buku mata pelajarannya.
"El, ayo lama amat sih," ujar Fika yang duduk sebangku dengan Riel.
"Iya nanti ini resletingnya ditutup dulu," balas Riel yang sedang menarik resleting tasnya yang agak sulit untuk ditutup.
"Lo sama Dafi duluan aja deh," sambung Riel.
"Beneran nih?" tanya Dafi meyakinkan.
"Iya udah sana nanti gampang gue pulang naik ojol."
"Ya udah, kalo gitu kita duluan ya," pamit Fika sambil berdiri dari bangkunya.
"Iya hati-hati."
"Lo juga, ya udah yuk Daf," ajak Fika lalu berjalan keluar kelas bersama Dafi, meninggalkan Riel yang masih berkutat dengan resleting tasnya.
"Butuh bantuan?" tanya seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya, Riel familiar dengan pemilik suara itu, ya itu Devan.
"Gak usah, bisa sendiri kok makasih tawarannya," Tolak Riel tanpa melihat ke arah Devan, ia masih sibuk berusaha menutup resleting tasnya.
"Sini gue aja yang benerin," ucap Devan lalu mengambil alih tas Riel.
Riel hanya diam membiarkan resleting tasnya diperbaiki oleh Devan.
"Ini nyangkut, kalo dipaksa tarik nanti malah copot," ujar Devan saat hendak memperbaiki resleting tas Riel.
"Nih udah bisa, kalo nyangkut lagi jangan langsung asal tarik, yang dalamnya diliat dulu," ucap Devan lalu mengembalikan tas milik Riel yang resletingnya sudah tertutup.
"Makasih," ucap Riel sambil menerima tasnya.
"Mau pulang bareng?" tawar Devan.
"Enggak deh gue naik ojol aja," tolak Riel secara halus.
"Daripada buat bayar ojol, mending duitnya lo tabung buat beli kebutuhan yang lain, nebeng gue gratis kok, gimana?"
Riel tampak berfikir, Dafi dan Fika tadi sudah pulang duluan karna Fika harus cepat-cepat sampai di rumah karna ada acara.
"Udah keburu sore nih, mau gak?" tanya Devan.
"Gak ngerepotin?"
"Enggaklah, dulu juga waktu lo masih jadi pacar, gue anterin dan sama sekali gak ngerepotin malahan gue seneng," ujar Devan sambil tersenyum.
Riel hanya diam sambil menatap sepatunya yang kusam terkena debu.
"Ya udah yuk," ajak Devan sambil menarik tangan Riel. Tanpa sadar pipi Riel merona karna perlakuan Devan, si mantan sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Mantan {Completed}
Teen FictionMantan itu sebagian dari masalalu yang harus dilupakan dan hanya bisa dikenang bukan untuk terulang. Mantan itu masa lalu, tapi kalo ditakdirin boleh juga jadi masa depan. #8-lampung (05 November 2020) *Cerita ini sudah direvisi jika masih ada kesal...