"Wtf, Steve?" Kata Bucky ketika ia membuka pintu rumahnya dan melihat Steve berdiri di sana, hanya menggunakan celana panjang berwarna abu-abu dan baju lengan panjang berwarna hitam. Tidak, tidak ada yang salah dengan hal itu, kecuali dia datang jam satu pagi. Jam satu pagi."Language. Gua mau cerita." Lanjut Steve yang lalu langsung masuk tanpa izin dan duduk di sofa ruang tamunya.
Bucky sedang tidur dengan pulas, sebelum Steve tiba-tiba menggedor pintunya dan bilang ia ingin bercerita.
Rumah Bucky tadinya sudah gelap semua, tapi terima kasih untuk Steve yang datang dengan tidak di undang, sekarang rumah itu terang dibagian ruang tamu— dan cahanya menyilaukan mata Bucky.
"Heh, si bangsat. Ini udah jam satu pagi bego. Jam. Satu. Pagi." Kata Bucky yang meberikan penekanan di setiap kata lalu membanting pintunya dan duduk di depan Steve yang sekarang berada di sofa ruang tamunya itu.
"Gua gak ditawarin minum nih?"
"Lu dateng jam satu pagi, bilang mau cerita dan ganggu tidur cantik gue. Terus sekarang lu minta minum? Emang dasar temen gak tau diri."
"Jadi... Gua dapet minum gak nih?"
"Setan." Caci Bucky sambil memutar matanya
Keheningan memenuhi ruangan tersebut sebelum Bucky membuka mulutnya kembali, "Mau cerita apa?" Tanyanya sambil menyenderkan kepalanya di telapak tangannya dan berusaha tidak menutup matanya yang sudah ngantuk setengah mati itu— tapi karena dia mengenal Steve, dia tahu Steve tidak akan pulang sampai ia selesai bercerita. Tai emang.
"Haha, penasaran juga kan lu." Canda Steve yang sukses mendapatkan tatapan sinis dari lawan bicaranya itu.
Steve akhirnya mengubah ekspresinya menjadi sedikit lebih serius lalu membuka mulutnya, "Gua kayaknya suka deh sama seseorang."
"Sama siapa?" Tanya Bucky, dengan malas karena ia harus menemani Steve berbicara tentang masalahnya. Palingan ini Steve yang bilang ia suka dengan seorang wanita dan tiga minggu kemudian dia bilang ia suka sama wanita lain— emang labil itu om-om.
"Ada aja, pokoknya kayaknya gua suka sama dia."
Bucky menghela napas, "Suka? Yakin beneran suka atau cuman tertarik?" Tanya Bucky, masih malas tapi ia tidak memiliki pilihan lain selain mendengarkan cerita Steve.
"Kali ini beneran—"
"Lu selalu bilang kayak gitu setiap kali curhat, sayang." Potong Bucky dan itu sukses membuat Steve bungkam.
"Iya, juga ya." Balas Steve, dengan ekspresi yang seperti menunjukkan sebuah kabel di otaknya baru saja nyambung. "Kayaknya gua cuman tertarik deh." Lanjut Steve, kemudian dia mengehela napas, merasa bodoh.
Steve sadar bahwa ia suka dengan banyak wanita semenjak cerai dengan istrinya, tapi itu semua berakhir dengan Steve yang akhirnya hanya merasa tertarik dan tidak ada perasaan lebih. Memang aneh, tapi itu memang kenyataannya.
Steve harusnya sadar lebih awal bahwa ia sebenenarnya hanya tertarik dengan (F/N)— seperti seorang laki-laki normal ketika ia bertemu wanita cantik —dan tidak ada perasaaan lebih. Steve yakin dalam beberap hari lagi dia akan melupakan gadis itu.
Ini hanya seperti ketertarikan sementara. Seiring berjalannya waktu akan hilang secara perlahan. Lagipula, Steve tidak mungkin menyukai anak dibawah umur. Tidak mungkin.
"Udah ceritanya?" Tanya Bucky yang menyadarkan Steve dari benaknya.
Steve hanya bisa tertawa kecil, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu— sementara Bucky mengikutinya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Materials // S. Rogers
Fanfiction❝Jadi lu mau bilang kalau lu naksir sama anak dibawah umur?❞ ❝Emang salah?❞ ❝...gua telpon polisi sekarang.❞ Bagaimana jadinya jika seorang pengusaha kaya nan tampan seperti Steve Rogers jatuh cinta sama kamu, seorang anak SMA biasa?